Pendidikan sangat penting bagi kehidupan manusia. Melalui pendidikan karakter dan pola pikirnya akan terbentuk. Bahkan rasa percaya diri dan berani akan muncul ketika menghadapi pelbagai masalah. Namun, proporsi pendidikan di Indonesia masih rendah. Berdasarkan Susenas BPS 2020, hanya 61.41% berpendidikan sampai tingkat SMP (Sekolah Mennegah Pertama). Maka dari itu, saya mendaftar relawan di bidang pendidikan yaitu Indonesia Scholarship Center (ISC) di tahun 2022.
ISC adalah Organisasi Non-Profit, dimana berperan sebagai fasilitator dan katalisator jaringan beasiswa baik luar negeri maupun luar negeri. Selain itu, oraganisasi ini fokus meningkatkan SDM di bidang pendidikan melalui pelatihan beasiswa. Bahkan memfasilitasi integrasi dan kolaborasi antar pemangku kepentingan penyedia, penyalur, dan penerima beasiswa.
Beberapa projek ISC yang sudah berjalan meliputi World Indonesia Scholarship (WISH), Kongres Beasiswa Indonesia (KBI), Kelas Webinar, serta Kelas Penggerak Beasiswa. Semua terlaksana setiap setahun sekali. Selain menginformasikan beasiswa, program-program tersebut memberikan ruang forum bagi penyedia dan penerima beasiswa. Tidak hanya itu terdapat kegiatan pelatihan persiapan beasiswa bagi masyarakat Indonesia secara gratis.
Di Indonesia Scholarship Center, Â saya berada di divisi komunikasi. Fokusnya di tim media sosial. Tugasnya membuat konten tentang informasi beasiswa. Selain itu saya bergabung di berbagai projek ISC, diantaranya: WISH sebagai konten kreator, KBI sebagai Liasion Officier (LO) dan koordiantor dari Kelas penggerak Beasiswa.
Kaitan Program Jurnalisme Berkebangsaan -- Indonesia Scholarship Center (ISC)Â
Jurnalisme Berkebangsaan diinisiasi oleh Kompas Gramedia yang menaungi Growth Center dan Kognisi.id. Growth Center memfasilitasi organisasi dan individu agar terus berkembang berdasarkan versi individu sendiri. Sementara Kognisi.id sebuah platform belajar online berwawasan dan kolaboratif untuk memfasilitasi setiap individu dalam pengembangan diri.Â
Kegiatan ini bertujuan  memperkuat keterampilan jurnalisme di era digital. Fokus lainnya,  memperkuat  nilai-nilai etika dalam komuniaksi bermedia digital dan merawat nilai kebangsaan. Jadi, pembuat konten dapat membuat konten-konten yang positif dan pengguna menjadi bijak dalam bermedia.
Sebagai konten kreator atau copywriter di ISC, saya mengambil dua kursus yang menarik untuk dipelajari. Membuat Storytelling Sesuai Kaidah Jurnalistik untuk Konten Kreator oleh Wisnu Nugroho dan Bagaimana Cara Menulis Seperti Wartawan oleh Heru Margianto. Mereka adalah editor dan jurnalis dari Kompas.com.
Selama kursus berlangsung, saya mendapatkan ilmu baru dalam membuat konten. Wisnu Nugroho menyampaikan bahwa menulis memiliki kekutan untuk mengubah hidup anda dan kehidupan orang lain. Untuk meningkatkan ketrampilan menulis, ada beberapa hal yang harus dilakukan ketika ingin membuat konten. Itu adalah riset, observasi, dan wawancara. Ketiga hal tersebut digunakan sesuai kebutuhan.
Dari situ lah, saya bertekad membuat konten melalui tulisan (copywriting)  yang lebih mengena pesannya terhadap audiens ISC. Sehingga  informasi tentang beasiswa mudah diterima oleh follower dengan baik. Mereka pun mendapatkan edukasi beasiswa yang  tidak mengarah ke agen abal-abal beasiswa.
Jadi, saya mengikuti Jurnalisme berkebangsaan Batch 9 untuk meningkatkan kemampuan menulis khususnya copywriting di media sosial. Supaya informasi yang saya buat dapat memikat audiens dan pesannya tersampaikan bagi follower ISC.