Oleh: Atthoriq Chairul Hakim
Bukittinggi, - Mahasiswa Institut Seni Indonesia Padangpanjang telah menyelenggarakan pemutaran film tugas akhir di Rumah Syarikat, Bukittinggi. Pemutaran dilaksanakan selama 3 hari dengan jumlah 8 film. Adapun dari film-film yang ditayangkan adalah film Diah yang merupkan hasil dari karya mahasiswa yaitu Salsabilla Putri, Yolanda Tri Wardani, Septian Asniyardi, dan Yoga Febrian (03/01/25).
Pemutaran di hari pertama dihadiri oleh Kepala Program Studi Televisi dan Film, beberapa dosen, serta mahasiswa dan masyarakat Bukittinggi sekitarnya. Acara diawali dengan diskusi bersama para pengkarya. Pengkarya menyampaikan bahwa film Diah yang berlatarbelakang Jawa memerlukan setting lokasi Rumah Joglo, ternyata dapat di produksi di wilayah sumatera barat, tepatnya di Kabupaten Dharmasraya.
Salsabilla Putri sebagai salah satu pengkarya mengatakan bahwa "Film Diah berkisah tentang ketidakpercayaan seorang anak perempuan (Diah) terhadap tradisi jawa, termasuk tradisi jamasan yang sangat dipercayai oleh keluarganya sebagai pedoman hidup."
"Jamasan dipercaya sebagai perlindungan dari marabahaya. Bapaknya (Kristomo) selalu melakukan jamasan setiap malam suro, tetapi Kristomo sudah tidak dapat melakukan jamasan dikarenakan penyakit yang menimpanya."
Masalah dimulai saat Diah ke rumah, Diah mengalami kejadian-kejadian aneh yang tidak masuk di logika. Situasi semakin mencekam saat Diah mengalami kerasukan. Ibunya (Maryam) meminta tolong kepada pamannya (Suryono) untuk mengakhiri kekacauan di rumah Kristomo, ujar Yolanda Tri Wardani.
"Marabahaya yang sudah masuk ke dalam rumahnya hanya bisa dihilangkan oleh keris pusaka yang sudah dijamasankan. Hanya pewaris keris pusaka yang dapat menjamaskan keris demi melindungi keluarga kristomo dari marabahaya dan malapetaka."
Antusias penonton yang menghadiri acara malam hari ini melebihi ekspektasi para pengkarya sehingga para penonton pada malam hari ini memilih untuk berdiri sepanjang film di putar. Adanya pemutaran film ini hendaknya dapat menjadi pemacu semangat dalam berinovasi, dan berkarya dalam industri film Indonesia, Khususnya di Sumatera Barat, tutup Septian Asniyardi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H