Mohon tunggu...
Ahadi Dwi Sapta
Ahadi Dwi Sapta Mohon Tunggu... -

ingin menambah wawasan dan belajar menulis. easy going....

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Memproteksi Remaja dengan Iman, Taqwa, dan Norma yang Berlaku

13 Mei 2011   09:12 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:46 447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

eMemanfaatkan masa muda ada baiknya melakukan hal hal yang positif seperti olahraga, membaca, menulis dan menyalurkan hobi yang bisa mendatangkan kesenangan tapi juga bisa menambah pengetahuan. Sebenarnya masa muda itu identik dengan kesenangan untuk itu diperlukan suatu wadah penyaluran seperti adanya kegiatan karang taruna, remaja masjid, komunitas-komunitas seperti olahraga futsaal, sepeda dan masih banyak yang lainnya. Karang taruna saat ini mulai jarang ditemukan apalagi di kota-kota besar, sibuk dengan yang lain seperti kerja dan ada yang kuliah. Tapi hal tersebut dapat dikembangkan hanya dibutuhkan bimbingan dari masyarakat yang terkait. Kegiatan masjid juga demikian remaja sangat dibutuhkan untuk regenerasi. Kadang, di masjid itu hanya diurus sama yang tua-tua kepedulian remaja kurang.

Menghadapi era teknologi yang sangat maju, semua menggunakan komputer internet, serba cepat instan. Kita dituntut untuk siap tidak siap harus mampu melindungi dan membentengi diri dengan iman dan akhlak serta etika. Perkembangan teknologi yang tidak dibekali dengan suatu iman hanya akan menjadi makhluk yang kurang bermoral, kenapa demikian karna masing masing dari kita akan menyerap budaya dari luar yang beda dari budaya kita. Harus pandai memfilter apa yang bermanfaat dan dapat kita gunakan untuk ke depan. Sangat rentan usia remaja kadang masih labil dan ingin mencoba hal hal belum pernah dilakukan, istilahnya meniru yang penting happy. Pentingnya bekal iman dalam mebmbentengin kita sebagai remaja harus di mulai sejak dini mungkin.

Berbicara etika atau moral sangat sensitif dan bersinggungan dengan agama. Setiap agama baik itu islam, hindu budha, kristen selalu menekankan cara beretika yang baik mematuhi peraturan dan selalu menjunjung norma norma yang berlaku. Dalam pergaulan sehari hari kesantunan dan kesopanan mencerminkan kepribadian diri. Pembawaan dalam berbicara berpendapat seseorang yang memiliki etika mereka akan menggunakan akal sehat bukan mengandalkan emosi atau keegoisan semata. Seperti kata pribahasa” dimana bumi di pijak di situ langit di junjung” dimana kita berada harus selalu mematuhi peraturan yang berlaku.

Pada dasarnya setiap manusia baik itu remaja, tua maupun yang lansia mereka akan menggunakan hati nurani. Kadang ada hati nurani mereka tertutup akan keegoisan dan keinginan. Di sini yang di maksud keegoisan adalah semua hal yang dilakukan adalah benar dan baik. Tapi hati nurani itu tidak pernah bisa dibohongin kalau kita berbuat salah. Keinginan yang berlebihan bisa mendatangkan kebaikan dan keburukan. Kebaikan nya seperti keinginan mau pitar maka akan kerja keras dalam belajar. Namun bisa membawa keburukan jika keinginan tersebut tidak didasari dengan iman yang kuat seperti ingin punya uang banyak padahal gaji kita standar mau tidak mau ya bisa lewat jalan pintas seperti korupsi.

Korupsi di Indonesia saat ini sedang tren, istilahnya naik daun setiap instansi lembaga bahkan di tempat kerja juga demikian praktik korupsi sudah membudaya, telah banyak terungkap kasus kasus yang besar mengambil uang rakyat, membobol uang nasabah dan lain sebagainya. Di tempat kerja juga demikian mungkin beda korupsinya kalau menyangkut uang kurang mungkin bisanya mengkorupsi waktu. Sampai sampai teman saya sendiri bernadzar kalau Indonesia ini bebas karupsi beliau mau pidah agama. Sungguh ironi karna sudah tidak ada kepercayaan lagi. Menghilangkan budaya korupsi yang sudah mengakar memang susah tapi tidak ada salahnya mencoba memulai dari awal dari diri sendiri terlebih dahulu. Diperlukan suatu tulisan di depan pintu kita suatu “ perbuatan korupsi itu sungguh memalukan dan perbuatan hina karna merugikan orang lain” mungkin kita akan tergerak dan pelan pelan meninggalkannya. Sikap yang konsumerisme mendorong individu melakukan praktik tersebut.

Korupsi di Indonesia saat ini sedang tren, istilahnya naik daun setiap instansi lembaga bahkan di tempat kerja juga demikian praktik korupsi sudah membudaya, telah banyak terungkap kasus kasus yang besar mengambil uang rakyat, membobol uang nasabah dan lain sebagainya. Di tempat kerja juga demikian mungkin beda korupsinya kalau menyangkut uang kurang mungkin bisanya mengkorupsi waktu. Sampai sampai teman saya sendiri bernadzar kalau Indonesia ini bebas karupsi beliau mau pidah agama. Sungguh ironi karna sudah tidak ada kepercayaan lagi. Menghilangkan budaya korupsi yang sudah mengakar memang susah tapi tidak ada salahnya mencoba memulai dari awal dari diri sendiri terlebih dahulu. Diperlukan suatu tulisan di depan pintu kita suatu “ perbuatan korupsi itu sungguh memalukan dan perbuatan hina karna merugikan orang lain” mungkin kita akan tergerak dan pelan pelan meninggalkannya. Sikap yang konsumerisme mendorong individu melakukan praktik tersebut.

Perhatian dan bimbingan orang tua sangatlah penting untuk perkembangan kepribadian remaja. Remaja sangat butuh perhatian dari orang tua, perhatian itu bisa dalam bentuk pertanyaan kepada remaja apa yang sudah dilakukan di luar sekolah dan sering sharing. Mengajarkan prilaku yang baik sejak dini, menumbuhkan kejujuran dalam setiap hari, mengajarkan dasar agama yang kuat salah satu bentuk kita sebagai orang tua akan kepedulian kita terhadap generasi penerus kita. Sangat di sayang kan bila para remaja yang akan menjadi ujung tombak negeri ini sudah tidak ada moral, tidak adanya sopan santun etika, melangggar norma norma yang berlaku. Semua menjadi tugas bersama, bangsa yang kuat adalah bangsa yang telah menyiapkan generasi masa depan dengan bekal iman, taqwa serta menjunjung nilai-nilai agama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun