Piala dunia 2018 menghadirkan banyak kejutan dengan diawali tersingkirnya Belanda serta Italia yang selalu menjadi peserta wajib jawara dan selalu dianggap menjadi kelas pertama dalam soal mendekati piala itu.Â
Sedangkan raja benua amerika yakni Chile yang berhasil menendang Argentina 2 kali dalam babak final juga gagal mendapat tiket menuju negara terluas di bumi itu demi bermain dalam ajang akbar 4 tahunan sekali ini.Â
Negara dengan tekhnologi dan pengetahuan yang mumpuni yakni Amerika Serikat juga gagal meraih tiket menuju ajang ini setelah gagal mengalahkan Tridinand Tobago yang sudah tertutup kesempatannya lolos ke Russia pada saat babak kualifikasi.
Beberapa negara yang senantiasa mewakili benua Asia seperti Jepang,Korsel,Arab Saudi serta Iran yang dalam pergelaran 4 tahun silam di negara Samba juga berhasil merebut tiket kendati pada akhirnya tidak ada yang bisa membawa takhta benua asia maju sampai setidaknya 16 besar setelah semuanya ditumpaskan di babak fase grup. Keempat negara ini selalu mewakili Asia yang dimana seluruh negara benua ini hanya bisa pasrah hanya menjadi bumbu perasa bagi tim ini untuk meraih tiket menuju Rusia.Â
Kesempatan timnas Indonesia juga sangat mustahil apabila ingin menghentak dunia mengikuti ajang terbesar yang selalu ditunggu ini, mengingat sang jas merah akan selalu dikalahkan oleh keempat negara ini dan selalu hanya berakhir di awal kualifikasi dan yang paling jauh tahap kedua bahkan tidak pernah merasakan kualifikasi puncak.
Melawan Bahrain saja yang notabenennya akan dibasmi sekali oleh negara perwakilan asia ini, timnas kita justru dibantai 10-0, tampaknya sebagai pencinta Sepakbola kita harus menerima kenyataan bahwa satu-satunya jalan bagi Indonesia merebut tiket meraih trofi paling bergengsi ini dengan cara tuan rumah dan memperbaiki fasilitas stadion.
Sebuah dinding tebal yang telah menghadang Indonesia bagaikan level permainan jika ingin melangkah pentas dunia yang menutup kita tebal. Bahkan melawan negara seperti Thailland dan Bahrain saja kita sudah dipecundangi, di level permainan Asia Tenggara saja yang dimana setiap pergelaran Piala dunia, tidak ada perwakilan dari daerah satu ini yang dimana Indonesia saja gagal membawa pulang trofi dari benua Asia Tenggara maka jangan harap menuju pentas dunia yang sebenarnya.
 Lolos ke Piala Asia saja itu bagaikan prestasi yang mustahil, di ajang AFF hanya U-19 yang berhasil membaa pulang trofi itu, lalu bagaimana dengan kabar timnas senior, untuk lolos ke Piala Dunia setidaknya level permainan ditunjukkan dari lolos Piala Asia dan menjadi jawara AFF, itulah target yang harus dimaksimalkan timnas apabila ingin membuka gerbong serta dinding tebal menuju ajang paling bergengsi ini.Â
Wajah-wajah baru mulai memasuki ajang Piala Dunia 2018 di Russia ini dengan munculnya Mesir,Islandia,Senegal,Maroko dan Tunisia berhasil menggeser negara besar seperti Italia,Belanda,Chile dan Amrik yang dalam kualifikasi ditendang dan menunjukkan bahwa Sepakbola mereka sudah menemui titik terakhir dan mendekati kepunahan, sulit untuk membangkitkannya, sedangkan pendatang baru ini semakin berkembang dengan lolos ke Piala dunia akan menambah pengalaman timnas nasional yang mempersiapkan kedepannya lagi agar menjadi peserta wajib lolos seperti negara-negara Asia yang tak pernah tergantikan menuju ajang besar ini.Â
Italia berhasil menjawarai Piala Dunia pada tahun 2006 dan kemudian penurunan kualitas sumber daya pemain dan tingkat level permainan pun menurun drastis dalam 2 pergelaran terakhir yang mereka ikuti, kendati masih mampu lolos ke ajang ini tetapi penampilan negara pencetus Cattenacio ini hanya menjadi lawakan bagi negara sebesar mereka.Â
Bayangkan datang sebagai status jawara bertahan ke Afrika Selatan tampaknya Italia sedikit diuntungkan bertemu dengan negara tidak semaut lainnya dan level permainan mereka setidaknya berada beberapa tingkat dari mereka justru mengantarkan Cattenacio diruntuhkan dan menelan 2 seri serta 1 kekalahan pada pertandingan terakhir yang mengantarkan mereka pada posisi juru kunci yang terbuncit dan dipaksa meninggalkan Afrika Selatan lebih cepat dan mengemas koper mereka secara memalukan.