Bandung - Dosen prodi Teknologi Pangan Universitas Muhammadiyah Bandung Dr Saepul Adnan SSi MSi mengingatkan pentingnya menjaga pola makan selama bulan Ramadan. Ia menekankan bahwa puasa bukan sekadar menahan lapar dan haus, melainkan menjadi momen untuk memperbaiki kebiasaan hidup, termasuk dalam memilih makanan yang dikonsumsi.
Pada era modern, masyarakat menghadapi tantangan meningkatnya konsumsi makanan ultra-processed atau makanan yang telah melalui proses pengolahan intensif. Makanan jenis ini umumnya mengandung berbagai bahan tambahan, seperti pengawet, pewarna, perasa buatan, serta tinggi gula, garam, dan lemak. Contoh makanan tersebut antara lain mi instan, makanan ringan kemasan, minuman bersoda, dan olahan daging seperti nugget juga sosis.
Meskipun praktis dan mudah diperoleh, makanan ultra-processed sering kali minim nutrisi dan berpotensi memberikan dampak buruk bagi kesehatan. Dalam Islam, umat diajarkan untuk mengonsumsi makanan yang halal dan tayib, sebagaimana yang dijelaskan dalam Surah Al-Baqarah ayat 168. Halal berarti sesuai dengan syariat Islam, sedangkan tayib merujuk pada makanan yang sehat dan bermanfaat bagi tubuh serta jiwa.
Saepul menekankan bahwa meskipun makanan ultra-processed mungkin halal, ketayibannya masih menjadi pertanyaan. Kandungan bahan-bahan tidak alami dan proses pengolahan berlebihan dapat membawa dampak negatif bagi kesehatan.
"Oleh karena itu, Ramadan sebaiknya menjadi kesempatan untuk membersihkan tubuh dari konsumsi makanan yang kurang sehat dan beralih ke pola makan yang lebih alami serta bernutrisi," ujar Saepul.
Untuk memilih makanan yang lebih sehat, ia menyarankan masyarakat agar lebih cermat dalam membaca label kemasan. Memahami komposisi bahan, kandungan gizi, dan menghindari bahan tambahan berlebihan dapat membantu dalam menentukan pilihan yang lebih baik.
"Selain itu, konsumsi juga makanan utuh, seperti buah-buahan, sayuran, biji-bijian, serta protein nabati dan hewani yang minim olahan juga sangat dianjurkan," tambah Saepul.
Saepul juga mengajak masyarakat untuk membiasakan memasak sendiri agar dapat memastikan bahan makanan yang digunakan benar-benar segar, halal, dan tayib. Mengontrol kandungan garam, gula, dan lemak dalam makanan juga menjadi langkah penting dalam menjaga kesehatan.
Walaupun makanan ultra-processed tidak sepenuhnya dihindari, Saepul menyarankan kepada masyarakat agar konsumsinya sebaiknya dibatasi dan hanya dijadikan pilihan sesekali.
Sebagai penutup, Saepul mengajak masyarakat menjadikan bulan Ramadan sebagai momentum meningkatkan kesadaran akan pentingnya makanan halal dan tayib. Dengan memilih makanan yang menyehatkan tubuh dan jiwa, ibadah puasa dapat dijalankan dengan lebih baik serta meraih keberkahan Ramadan secara maksimal.***