Mohon tunggu...
Info UM Bandung
Info UM Bandung Mohon Tunggu... Penulis - Bandung

Bandung

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

UM Bandung Gelar Bedah Buku "Kosmopolitanisme Islam Berkemajuan"

31 Januari 2025   16:29 Diperbarui: 31 Januari 2025   16:29 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto bersama usai kegiatan bedah buku (Sumber: Firman/Rey/UM Bandung).

Bandung - Majelis Pustaka dan Informasi PWM Jabar bersama Lingkar Studi Islam Berkemajuan UM Bandung menggelar bedah buku bertajuk "Kosmopolitanisme Islam Berkemajuan" pada Kamis (30/01/2025). Acara yang berlangsung sejak pukul 18:00 WIB ini menghadirkan Ketua Pusat Studi Islam Berkemajuan Tati Roni Tabroni sebagai pembedah utama.

Tati mengapresiasi kehadiran para peserta, termasuk Wakil Rektor I UM Bandung Hendar Riyadi, Kepala Bagian Kemahasiswaan dan Pengembangan Karier, serta perwakilan pimpinan Muhammadiyah. Ia menekankan pentingnya forum diskusi ini dalam menginterpretasikan pemikiran dalam buku serta menghubungkannya dengan perkembangan Muhammadiyah di berbagai sektor, seperti pendidikan dan kesehatan. 

Salah satu isu yang menjadi sorotan adalah internasionalisasi pendidikan Muhammadiyah, mengingat perkembangan Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) di luar negeri yang membutuhkan strategi kaderisasi lebih luas.

Roni Tabroni dalam pemaparannya menjelaskan bahwa "Kosmopolitanisme Islam Berkemajuan" menyoroti pentingnya kaderisasi serta kontribusi Islam dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Buku setebal 454 halaman yang diterbitkan Suara Muhammadiyah ini juga menegaskan bahwa Islam adalah agama inklusif yang mampu beradaptasi dengan perubahan zaman. 

"Konsep ini menjadi relevan karena Islam sering kali dihadapkan pada stigma negatif dari Barat melalui media dan ilmu pengetahuan yang kurang berimbang," ujarnya.

Diskusi juga mengupas pemikiran para tokoh Islam modern, seperti Buya Hamka dan KH Ahmad Dahlan, yang menekankan pentingnya keterbukaan umat Islam terhadap perkembangan ilmu pengetahuan. Hendar Riyadi menambahkan bahwa tokoh-tokoh seperti Amien Rais, Ahmad Syafii Maarif, dan Din Syamsuddin turut berperan dalam mengelaborasi diskursus Barat dan Timur. Dengan demikian, sejak berdiri hingga kini, Muhammadiyah dapat dikategorikan sebagai organisasi yang bersifat kosmopolit.

Selain itu, tantangan yang dihadapi Muhammadiyah juga menjadi sorotan dalam diskusi. Sejumlah kritik yang dikemukakan oleh Nakamura, Amien Rais, dan akademisi lain menyoroti perlunya peningkatan kualitas pendidikan di lembaga Muhammadiyah, penguatan kaderisasi, serta optimalisasi layanan kesehatan di rumah sakit Muhammadiyah agar lebih terjangkau masyarakat. 

Dalam konteks politik dan kepemimpinan, Buya Syafii Maarif menekankan urgensi menyiapkan kader negarawan yang memiliki wawasan kebangsaan dan dapat berkontribusi dalam skala nasional.

Urgensi penguatan literasi dan kaderisasi juga menjadi perhatian utama dalam diskusi. Pendekatan dalam mencapai kosmopolitanisme Islam harus berbasis ilmu pengetahuan dan media, sebagaimana ditekankan dalam buku Kosmopolitanisme Islam Berkemajuan. Hendar Riyadi menjelaskan bahwa konsep ini dapat diklasifikasikan dalam beberapa aspek, yakni egosentrisme, etnosentrisme, humansentrisme, dan kosmosentrisme. 

Oleh karena itu, menurut Tati, Muhammadiyah perlu melakukan berbagai langkah strategis, seperti memperkuat kaderisasi intelektual, meningkatkan kualitas pendidikan, mengembangkan literasi akademik bagi perempuan Muhammadiyah, serta mendorong digitalisasi dan inovasi agar tetap relevan di era modern.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun