Mohon tunggu...
Info UM Bandung
Info UM Bandung Mohon Tunggu... Penulis - Bandung

Bandung

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

IMM UM Bandung Gelar Simposium, Kupas Cinta dan Nafsu Politik

18 Oktober 2024   14:02 Diperbarui: 18 Oktober 2024   14:03 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Bewara Pers UM Bandung.

Bandung - Pimpinan Komisariat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (PK IMM) Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Muhammadiyah (UM) Bandung baru-baru ini sukses mengadakan SIMPOSIUM yang bertajuk "Cinta dan Nafsu Politik" di Kopi Takar, Manisi, Cibiru, Kota Bandung. Acara ini diadakan sebagai tanggapan terhadap berbagai kekhawatiran yang muncul mengenai dinamika perpolitikan, khususnya di lingkungan kampus yang sering kali menimbulkan perdebatan di kalangan mahasiswa.

Simposium ini menghadirkan sejumlah narasumber penting, di antaranya Bagas Abdillah N, Kepala Bidang Organisasi IMM HKI, yang didaulat sebagai pemateri utama. Selain itu, hadir pula Tazzaka Ahsan, Ketua Koordinator Komisariat (Korkom) IMM UM Bandung, serta Fadli Jihadul Islam, Demisioner Ketua Umum PK IMM PAI, yang berperan sebagai penguji. Mereka memberikan pandangan dan perspektif kritis terkait perbedaan antara cinta dan nafsu dalam konteks perpolitikan yang sering kali menjadi isu hangat di kampus.

Mengusung format semi-formal, rangkaian acara Simposium ini meliputi sesi berbagi pengetahuan politik, diskusi mendalam antara peserta, hingga sesi kritik yang dipandu langsung oleh para penguji. Acara ini bertujuan untuk menciptakan suasana dialog yang terbuka dan mengajak mahasiswa untuk berpikir lebih kritis mengenai bagaimana politik dijalankan dengan prinsip-prinsip yang murni dan tidak terdistorsi oleh ambisi pribadi.

Ketua Pelaksana Simposium Fajar Abidin mengungkapkan bahwa kegiatan ini diinisiasi sebagai respons terhadap kondisi politik saat ini yang dinilainya sarat manipulasi. "Politik saat ini terasa seperti dipermainkan. Banyak orang tidak bisa membedakan antara cinta yang tulus dan nafsu yang didorong oleh ambisi. Padahal, keduanya memiliki perbedaan mendasar," jelasnya, menyoroti pentingnya membedakan motivasi dalam menjalankan peran politik, baik di kampus maupun di ruang publik.

Bagas Abdillah N, dalam sesi diskusinya, menekankan pentingnya pengaplikasian politik yang murni dan berlandaskan cinta. Menurutnya, politik yang sejati adalah politik yang bertujuan untuk kebaikan bersama, bukan sekadar memenuhi kepentingan individu atau kelompok tertentu. Dengan mengedepankan prinsip ini, ia berharap para mahasiswa mampu menerapkan nilai-nilai tersebut dalam aktivitas berpolitik sehingga tidak terjebak dalam dinamika politik yang hanya mengejar kepentingan pribadi.

Fadli Jihadul, salah satu penguji dalam acara tersebut, juga menyampaikan pandangannya mengenai tema "Cinta dan Nafsu Politik". Menurutnya, kedua konsep ini memiliki proses yang serupa, yakni sama-sama memerlukan perjuangan dan pengorbanan. "Cinta membawa ketenangan, sedangkan nafsu menimbulkan ketidaknyamanan. Sementara itu, politik merupakan alat untuk meraih kekuasaan," ungkapnya, menegaskan pentingnya membedakan antara tujuan politik yang murni dan ambisi yang hanya berorientasi pada kekuasaan semata.

Dalam Simposium ini, para peserta diharapkan dapat meningkatkan pemahaman mengenai peran politik yang lebih baik. Mereka diajak untuk lebih kritis dalam menganalisis berbagai isu politik yang berkembang di sekitar mereka. Dengan demikian, mahasiswa diharapkan mampu menjadi agen perubahan yang lebih bijak dan tidak mudah terpengaruh oleh kepentingan sempit.

Menutup acara, Tazzaka Ahsan, yang juga menjabat sebagai Presiden Mahasiswa (Presma) UM Bandung, menyampaikan harapannya agar IMM terus menjadi panutan dalam dunia politik kampus. "Harapan saya untuk IMM sangat besar. Saya ingin IMM menjadi contoh teladan dalam perpolitikan kampus serta dalam setiap aksi dan inisiatif mahasiswa," tegasnya, mengajak seluruh anggota IMM untuk terus mengedepankan prinsip politik yang positif dan konstruktif.

Melalui kegiatan ini, PK IMM FAI UM Bandung berharap dapat membentuk generasi mahasiswa yang memiliki kesadaran politik yang lebih baik dan mampu berkontribusi dalam menciptakan lingkungan politik yang sehat, baik di kampus maupun di masyarakat luas.***(Bewara Pers/Daffa/Ghibran)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun