Bandung - Universitas Muhammadiyah (UM) Bandung menunjukkan komitmen dalam solusi pengelolaan sampah melalui Program Pengabdian Masyarakat Pengelolaan Sampah Rumah Tangga. Berdasarkan data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) KLHK 2023, rumah tangga merupakan penyumbang sampah terbesar di Kota Bandung, dengan 60 persen sampah berasal dari rumah tangga, dan 44,52 persen di antaranya adalah sisa makanan.
Ketua Pengabdian UM Bandung Luthfia Hastiani Muharram menyatakan bahwa sampah rumah tangga yang tercampur dan tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan berbagai masalah, seperti bau, panas, dan menjadi sumber penyakit. Oleh karena itu, UM Bandung melalui Program Pengabdian Masyarakat Pemula Kemdikbud 2024 memberikan solusi dengan pelatihan pengelolaan sampah organik rumah tangga kepada warga RW 05 Cipadung Kidul, Panyileukan, Bandung.
Program ini melibatkan Luthfia Hastiani Muharram dan Wulan Pertiwi dari Prodi Bioteknologi serta Siti Marlida dari Prodi Komunikasi Penyiaran Islam UM Bandung. Mereka memberikan pelatihan pengelolaan sampah melalui Training of Trainer (ToT) dengan teknik Octaco, sebuah metode inovatif untuk mengompos. Sebanyak 16 peserta dari PKK RW 05 mengikuti pelatihan tersebut.
Pelatihan dilanjutkan dengan praktik langsung di rumah masing-masing, di mana peserta dibimbing melalui grup WhatsApp. Setelah berhasil mengompos, mitra PKK RW 05 akan memberikan pelatihan kepada warga sekitar agar keterampilan mengompos ini berkelanjutan.
Program ini menggunakan dua pendekatan, teknologi dan media. Octaco, teknik kompos yang diadaptasi dari keranjang takakura, memanfaatkan sabut kelapa dan kasgot sebagai starter pengomposan, sementara alat Inpos digunakan untuk mengolah sampah organik dari usaha catering. Selain itu, video edukasi dan poster panduan pengelolaan sampah juga disebarkan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat.
Sementara itu, Ketua PKK RW 05 Linda Herliany mengapresiasi kegiatan positif yang dilaksanakan UM Bandung ini. Ia menyatakan rasa puasnya terhadap pelatihan ini dan berharap hasil pengelolaan sampah dapat menjadi sumber pendapatan melalui penjualan pupuk. RW 05 diharapkan menjadi percontohan bagi wilayah lain.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H