Seribu tahun lalu aku adalah bakteri
Yang berjalan di antara kotoran-kotoran
Lalu aku menjadi semak yang menyakiti kaki mamalia
Kemudian aku bangun dan menjadi udara
Setiap hari keluar masuk pada diafragma-diafragma manusia
Aku adalah sebentuk hati
Yang tidak dibiasakan untuk menerima
Aku selalu memilih
Dan pilihanku kemudian
Menjadi manusia
Seratus tahun aku menjadi manusia
Aku tumbuh dari kanak, dewasa, kemudian tua
Seratus tahun aku mengingat dan seratus tahun pula
Aku melupakan
Dari seribu tahun kehidupan,
Baru hanya pada seratus tahun itu
Aku merasa hidup
Karena saat itu aku bukan hanya memilih
Tapi juga menanggung konsekwensi dari setiap
Pilihan-pilihan yang ku buat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H