Salah satu permasalahan pendidikan di Indonesia yaitu durasi sekolah di Indonesia yang terlalu lama dan dinilai tidak efektif. Banyak artikel di Indonesia yang menjelaskan terkait hal tersebut dengan salah satu judul artikel yaitu "Meski Belajar Lebih Lama, Nilai Siswa Indonesia Tetap Rendah".
Menurut artikel tersebut, sebenarnya pemerintah sudah sadar kalau pendidikan dengan durasi lama tidak efektif untuk diterapkan, sayangnya pihak pemerintah belum dapat mengubah hal tersebut. Apabila dibandingkan dengan negara maju seperti  Finlandia dan Singapura yang menerapkan satu sesi pelajaran Matematika hanya 45 menit sementara di Indonesia sampai memakan waktu 90 menit.  Meski begitu, sayangnya nilai yang diperoleh siswa Indonesia jauh dibawah negara-negara tersebut.
Durasi pembelajaran yang panjang justru bikin lupa!
Lamanya waktu belajar siswa di Indonesia tidak hanya akan berakibat pada tersitanya kesempatan anak untuk mengeksplor dunianya, tetapi akan berdampak pula pada rendahnya kualitas pemahaman siswa. Menurut sebuah penelitian, manusia dapat berkonsentrasi penuh dalam waktu 20 menit pertama proses pembelajaran. Lamanya durasi pembelajaran yang ditempuh oleh anak tidak menjamin bahwa anak dapat memproses seluruh informasi yang diperoleh dan akan mudah dalam mengingatnya. Terlebih lagi, pada usia anak sekolah juga perlu diimbangi dengan pembelajaran yang kreatif dan tidak membosankan. Apabila ketetapan durasi pembelajaran sekolah di Indonesia masih mengacu pada aturan lama, hal ini justru berisiko pada beberapa hal seperti; ketidakefektifan pembelajaran di kelas, siswa akan kesulitan memproses informasi yang disampaikan oleh guru, hingga mudahnya siswa melupakan materi yang didapat.
Terlalu banyak informasi yang didapat oleh siswa berisiko terjadinya kelupaan di kemudian hari. Bagaimana ini dapat terjadi? Pada teori psikologi kognitif, hal ini termasuk pada fenomena interferensi. Interferensi terjadi ketika informasi yang diperoleh siswa pada setiap hari bercampur dengan memori serupa yang ia dapatkan di hari selanjutnya. Lamanya waktu belajar menyebabkan terjadinya interferensi proaktif atau proactive interference. Hal ini dapat saja terjadi ketika informasi lama yang dimiliki siswa menghambat pengambilan informasi baru. Informasi yang didapatkan oleh siswa sejak pagi hari akan menguasai hampir keseluruhan kapasitas memori, sehingga pada siang dan sore hari, pembelajaran yang dilakukan siswa tidak lagi efektif karena keterbatasan daya tampung informasi pada otak. Hal ini dapat menjadi lebih buruk apabila siswa tidak melakukan pengulangan kembali (retrieval) mata pelajaran yang didapatkan sehingga pada kemudian hari akan terjadi dicey yaitu pembusukan memori akibat tidak pernah digunakan.
Lalu, bagaimana solusinya?
Pada dasarnya manusia hanya dapat sepenuhnya fokus pada 30 menit pertama. Sehingga lebih banyak jam belajar bukan berarti siswa akan menyerap lebih banyak pengetahuan. Oleh karena itu, pemangkasan durasi pelajaran dapat menjadi solusi terbaik dalam mengatasi masalah ketidakefektifan sistem pendidikan di Indonesia. Dengan memangkas durasi pelajaran proses pembelajaran menjadi lebih ringkas dan tidak bertele-tele sehingga siswa dapat lebih fokus selama pembelajaran. Berikut beberapa langkah yang dapat diambil untuk memangkas jam pelajaran:
Evaluasi kurikulum: Pihak-pihak terkait dapat mengevaluasi kurikulum yang ada saat ini untuk menentukan materi yang masih relevan dan perlu dikurangi atau dihapus.
Peningkatan kualitas pengajaran: Dengan waktu mengajar yang lebih sedikit, guru perlu meningkatkan kualitas pengajaran agar siswa tetap memahami dalam waktu singkat.
Pemanfaatan teknologi: Dalam era digital saat ini, teknologi dapat digunakan sebagai alternatif untuk mempercepat proses pembelajaran. E-learning, video pembelajaran, atau aplikasi pembelajaran dapat membantu siswa memahami materi secara efektif.
-
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!