Hampir  setiap orang di Indonesia dari usia dibawah umur hingga usia lanjut telah memiliki smartphone yang telah terkoneksi ke internet. Tak heran jika negara kita saat ini berada di peringkat yang cukup tinggi dalam hal penikmat layanan internet, yaitu peringkat ke-6 dari seluruh dunia.
Hal tersebut merupakan salah satu pendorong tersebarnya berbagai informasi dengan cepat, tetapi terkadang ada saja pihak yang tak bertanggung jawab yang memanfaatkan cepatnya penyebaran informasi ini untuk membuat dan menyebarluaskan berita bohong (hoax). Perbuatan seperti ini tentu saja tidak dapat dibenarkan dan jelas sekali perbuatan yang dapat menimbulkan masalah besar. Indonesia pun membuat Undang Undang untuk mengatasi masalah ini yaitu dengan UU ITE. Yaitu Undang Undang yang mengatur warga Indonesia untuk bijak dalam menggunakan internet.
Salah satu contoh berita hoax yang baru saja menjadi sorotan di media sosial adalah ketika seorang perawat Palestina yang sedang melakukan tugas untuk menyelamatkan seorang warga palestina yang tertembak pada waktu demonstrasi "Great March Of Return". Perawat yang bernama Razan Al-Najjar tertembak tembus dibagian dada yang rumornya ditembak oleh seorang tentara IOF Israel yang bernama Rebecca.Â
Setelah beberapa hari berita tersebut viral di media sosial di seluruh dunia, Rebecca melakukan klarifikasi bahwa dia tidak melakukan penembakan tersebut. Rebecca mengaku dia telah mengundurkan diri dari IOF semenjak 2 tahun yang lalu. Sementara itu berita tersebut telah terlanjur tersebar dan banyak yang percaya dengan berita tersebut termasuk para umat muslim di seluruh dunia.
Tetapi dilain sisi, bukan hanya pembuat berita hoax saja yang dapat disalahkan. Penyebar hoax tersebut juga dapat disalahkan meskipun tidak secara langsung. Dengan menyebar berita hoax tersebut, sama saja seperti mendukung pembuat berita hoax untuk melancarkan aksinya. Dan di Indonesia masih cukup banyak orang-orang yang termakan berita bohong ini. Hal ini dapat dilihat dari betapa banyak dan cepatnya berita tersebut disebar. Berikut ini merupakan berapa penyebab dan alasan mengapa orang-orang masih percaya berita hoax dan menyebarkannya :
- Minimnya Minat Baca
Minat baca di Indonesia masih rendah, yaitu menduduki peringkat ke 60 dari 60 negara. Dimana hal ini diungkapkan oleh Muh. Syarif Bando selaku Kepala Perpustakaan Nasional. Karena rendahnya minat baca, beberapa pembaca berita hanya membaca sebagian dari isi berita, bahkan ada saja yang hanya membaca judulnya saja. Padahal berita hoax dapat diketahui ciri-cirinya apabila kita membacanya secara teliti dan keseluruhan.
- Mudah Percaya
Berdasarkan survey yang dilakukan oleh Kantor TNS dalam riset Connected Life 2017, disimpulkan bahwa 61 persen konsumen Indonesia dengan senang hati mempercayai informasi yang mereka peroleh. Hal tersebut berbanding terbalik dengan penduduk dunia, dimana 1 dari 3 (35 persen) penduduk dunia yang menganggap konten yang mereka lihat dapat dipercaya.
- Ingin Menjadi Orang Paling Update
Seringkali ketika kita mengakses media sosial, muncul sebuah informasi entah dari akun teman atau dari web pemuat berita. Beberapa orang akan sangat "excited" jika mendapatkan informasi yang dia sukai, hingga langsung membagikan tanpa mendalami detail informasi terlebih dahulu dengan alasan "agar menjadi yang pertama tahu". Inilah salah satu alasan dan penyebab mengapa berita hoax cepat tersebar.
- Mendapat Informasi dari Orang Terpercaya
Beberapa orang menyebarkan informasi tanpa melakukan analisa terlebih dahulu karena merasa orang yang memberi informasi tersebut dapat dipercaya. Mendapat informasi dari orang terpercaya semisal keluarga atau orang terdekat, bukan berarti berita tersebut telah valid dan dapat dipercaya. Analisa dan pendalaman detail informasi tersebut masih perlu untuk dilakukan.
Dari semua faktor-faktor yang menjadi penyebab utama beredarnya berita hoax dapat kita simpulkan bahwa sebenarnya faktor utama orang-orang mudah dikelabuhi adalah ego seseorang itu sendiri. Ini terbukti bahwa masyarakat Indonesia masih sangat mengedepankan egonya masing-masing. Dan orang-orang yang mengepankan egonya cenderung tidak sabaran dalam menyikapi berita yang ada di hadapan mereka. Mereka dengan mudahnya terpengaruh dengan judul-judul berita yang provokatif, bahkan seringkali mereka hanya membaca judulnya saja tanpa mendalami konten yang disediakan.
Maka dari itu marilah kita berlatih untuk mengendalikan ego yang ada dalam diri kita. Karena sesungguhnya cara ampuh melawan hoax adalah dengan memperbaiki diri kita sendiri. Jika kita mampu menguasai ego dan mau teliti pastinya kita tidak akan mudah tersulut dengan berita-berita yang tidak bertanggung jawab.