Mohon tunggu...
Mutia Rahmah
Mutia Rahmah Mohon Tunggu... pegawai negeri -

menjadi dewasa adalah keajaiban yang harus disyukuri dengan tetap berbuat baik

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Konsep Cinta untuk Pariwisata Indonesia kita

5 Januari 2015   13:32 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:47 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Indonesia adalah negara yang sangat luas dan memiliki beragam kekayaan. Mulai dari dalam bumi hingga ke atas bumi. Termasuk kekayaan dibidang pariwisatanya. Pantai dengan pasir kemilau terbentang disepanjang pulau Indonesia, gunung yang tercetak indah berpadu padan dengan hijaunya tumbuhan membuat mata semakin termanjakan. Belum lagi wisata budaya dengan berbagai adat, budaya, makanan, tradisi, dll. Semuanya sangat beragam dan tersedia di indonesia. Contohnya Bali, Raja Ampat, Lombok, Sabang, dan saya rasa butuh begitu banyak paragraf untuk menuliskan satu persatu tempat yang menawarkan keindahan tersebut.

Semua orang Indonesia sendiri kebanyakan tau tentang hal ini. Beberapa tahun belakangan promosi pariwisata Indonesia sangat gencar dipopulerkan. Namun, tetap saja lebih banyak dari kita yang lebih memilih berlibur ke luar negeri dari pada menjelajah negeri sendiri. Banyak faktor yang mempengaruhinya mulai dari kemudahan akses, transportasi, sentuhan teknologi, keramahan penduduk lokal, gengsi dan kurangnya cinta terhadap tanah air sendiri menjadi alasan mengapa hal ini bisa terjadi.

Sama seperti calon pengantin yang ingin pestanya unik dan menarik. Mereka biasanya mempunyai suatu konsep, seperti bertema cinderella atau sangat kental adat. Nah, agar pariwisata kita juga menarik dan lebih fokus, menurut saya kita harus memanam konsep cinta di dalamnya. Hakikat cinta terhadap suatu objek dengan yang lain tidak begitu berbeda. Misalnya saat kita mencintai seseorang kita akan rela membuatnya bahagia, mempercantik yang kita suka, mencari tau lebih banyak tentangnya dan berharap akan terus berjumpa dengannya. Nah, saat kita mencintai pariwisata di tanah air kita, maka yang akan kita lakukan juga tidak jauh berbeda. Kita akan terus mengembangkannya, merawat, menjaga, dan ingin terus mengunjunginya. Jadi, cintailah dulu pariwisata Indonesia.

Dari manakah datang cinta? Kalau pepatah bilang "dari mata turun ke hati". Pepatah ini seutuhnya benar. Cinta bisa muncul dari mata. Cinta juga bisa muncul dari pendengaran, dari bacaan dan dari apa yang kita rasakan. Misalnya seseorang pria yang  jatuh cinta mendengar lembutnya suara seorang wanita atau mendengar betapa baik perilaku wanita tersebut atau dari apa yang di bacanya tentang wanita itu. Bahkan yang paling menggetarkan adalah apa yang dirasakan langsung. Nah, berangkat dari hal ini, cinta terhadap pariwisata juga bisa muncul dari banyak cara yaitu dari dilihat, didengar, dibaca atau dirasakan langsung.

Dilihat

Tak kenal maka tidak sayang, tidak lihat maka tidak tau. Inilah yang banyak terjadi terhadap pariwisata di Indonesia. Masih banyak yang belum tau keberadaanya. Jadi, menjadi catatan besar untuk terus mempromosikannya. Media sudah sangat banyak sekarang. Apalagi media sosial. Saya teringat kejadian harga sendal jepit yang hanya 10.000 ribu menjadi 200.000 ketika seorang artis korea memakainya dan menguploadnya di media sosial. Hal ini juga bisa terjadi jika seorang Syahrini berfoto cantik di Lombok atau bapak Jokowi berselfie ria di Raja Ampat. Tapi terkadang tidak perlu hal sesensasional itu bukan? Kita juga bisa mempopulerkan pariwisata kita melalui foto terbaik yang kita punya. Mengauploadnya dan bangga dengan itu. Dengan caption yang mempermudah banyak orang kesana. Ini langkah paling sederhana. Atau melalui event sederhana "#20tempat wisataterbaikyangpernahandakunjungdiindonesia" di instagram yang akan berbeda tipis dengan #20factaboutme". Atau membantu mempromosikan web Indonesia Travel

Didengar

Inilah mengapa banyak orang pergi keluar negeri. 'Saya dengar dari teman saya, rugi kalau tidak ke Thailand" 1dan sebagainya. Manusia segaja di anugerahkan 2 telinga untuk lebih banyak mendengar daripada berbicara. Jadi, melalui media yang dapat didengar orang lain kita bisa membuat indonesia didengar banyak orang. Tersiar dibanyak tempat. Gunakan semua media, televisi, radio, youtube. Tidak perlu pemerintahan pusat, daerah atau orang hebat lain yang melakukannya, karena kita sendiri juga bisa melakukan. Bahkan tukang taksi, becak, penjaga toko, penjual juga bisa membuat pariwasata ini terkenal. Cukup memperkenalkannya dengan mereka. Bahwa kita punya tempat terbaik untuk dikunjungi.

Dibaca

Ini berdasarkan pengalaman pribada. Saya begitu ingin ke Lombok dan Gilitrawangan. Setelah membaca novel Sunset Bersama Rosie karangan Tereliye. Atau ke Kalimantan melihat langsung kehidupan sungai mereka setelah membaca novel Kau dan Sepucuk Angpau Merah karangan Tereliye juga. Mengapa? Karena tempat-tempat tersebut begitu kuat digambarkan di sana.  Selain bahasa, kekuatan lain buku adalah repetisi atau pengulangan. Semakin sering diulang semakin kita tersugesti. Seperti dalam buku The Secret,  setiap pagi bangunlah dan menghap ke kaca lalu katakan "bisa", "bisa", "bisa" maka kita akan bisa. Begitu juga buku, "lombok", "lombok", "lombok" maka akan ke lombok. Jadi, marilah memasukkan pariwisata kedalam buku. Lirik negeri sendiri dan mengurangi membangun setting indah tapi dari negara orang. Agar negara kita yang indah bisa dibaca banyak orang.

Dirasakan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun