Ketimbang mengingat-ingat engkau yang tampaknya tak mau juga mengingatku, alangkah teduhnya mata ini tatkala ia percikkan sebuah tawa ringan dari lelucon yang sebenarnya tidak terlalu lucu.
Matanya memang serius memandang hal lain ketimbang aku yang duduk di hadapannya, berharap dapat melihat apa warna bola matanya.
Namun aku pun akan tetap puas, toh aku mendapat sepercik tawa renyahmu yang menyenangkan, membuatku terlupa padamu yang hingga kini masih belum juga mengingatku.
Â
Kramat Jaya, 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H