Saya tak tahu isi pikiran Anda ketika melihat secara langsung atau membaca/mendengar informasi tentang kelompok manusia penyuka sesama jenis. Namun ini pemikiran saya. Tidak bermaksud mendiskreditkan kelompok ini. Mereka adalah orang-orang yang tak mengindahkan karya Tuhan dan itu berrarti tak menghormati Tuhan. Seperti yang kita ketahui, dari sudut pandang agama, Tuhan hanya menciptakan dua jenis manusia, yang pertama disebut laki-laki dan yang kedua adalah perempuan. Tak ada satu Kitab Suci agama apa pun yang diakui di Indonesia yang menyebutkan bahwa ada jenis kelamin ketiga, yakni setengah laki-laki dan setengah perempuan, atau setengah perempuan dan setengah laki-laki. Titik!
Lalu untuk siapa laki-laki dan perempuan yang diciptakan Tuhan? Jawabannya tentu saja untuk laki-laki dan perempuan itu sendiri. Maksudnya, laki-laki diciptakan untuk perempuan, begitu pula perempuan untuk laki-laki. Sama sekali tak ada maksud laki-laki untuk laki-laki atau perempuan untuk perempuan. Andaikata maksud tersebut ada, tentulah Kitab Suci mengatakannya kepada kita atau paling minim mengsiratkannya. Artinya, Tuhan telah menetapkan, orientasi seks manusia laki-laki haruslah kepada perempuan, bukan kepada sesamanya laki-laki. Demikian pula orientasi seks perempuan haruslah untuk laki-laki bukan untuk perempuan. Inilah rolenya. Manakala seorang manusia laki-laki atau perempuan memiliki orientasi seks seperti yang digariskan Tuhan, pada saat itulah yang bersangkutan keluar dari role yang telah ditetapkan.
Saya tidak sedang menyampaikan gagasan diskriminatif. Uraian ini tidak lebih dari pada seruan kepada semua aktivis yang memperjuangkan hak-hak kelompok penyuka sesama jenis untuk semakin giat memperjuangkan penerimaan terhadap kelompok penyuka sesama jenis tetapi harus dalam arti yang benar. Maksud saya, kelompok penyuka sesama jenis hanya dapat menemukan hak-hak mereka secara utuh apabila mereka kembali pada keadaan semula yaitu saat mereka dilahirkan. Apabila mereka menolak, maka meskipun hak-hak yang mereka perjuangkan telah dicapai, sebenarnya, itu bukan hak mereka. Semua itu hanyalah bias dari sesuatu yang seharusnya. Kita harus menjunjung tinggi nilai-nilai kemasyarakatan yakni saling menghargai dan saling menerima. Namun di atas semua itu, kita harus mengamalkan nilai-nilai kebenaran yang diajarkan oleh Kitab Suci agama kita.
Satu hal lagi, jangan lupa menyampaikan kepada kelompok penyuka sesama jenis tentang kebenaran bahwa hanya ada laki-laki dan perempuan. Dan laki-laki untuk perempuan atau perempuan untuk laki-laki. Tidak ada laki-laki untuk laki-laki atau perempuan untuk perempuan. Itu rekayasa mereka saja. Sesungguhnya, kaum penyuka sesama jenis bukan ciptaan Tuhan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H