Mohon tunggu...
Daniel Yonathan Missa
Daniel Yonathan Missa Mohon Tunggu... Administrasi - Anak kampung

Saya anak kampung yang kampungan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Gay Bukan Ciptaan Tuhan bagian 3: Gay, Akibat dari Pergaulan Buruk

8 September 2014   17:13 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:18 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ulasan ini merupakan lanjutan dari dua tulisan sebelumnya tentang gay (disini: http://sosbud.kompasiana.com/2014/09/06/gay-bukan-ciptaan-tuhan-2-menjadi-gay-itu-pilihan-672920.html). Yang pertama, secara tegas, saya mengatakan gay bukan ciptaan Tuhan! Gay merupakan rekayasa manusia saja; rekayasa gay itu sendiri. Sementara pada ulasan yang kedua, sebagai respon atas berbagai komentar terhadap ulasan pertama, saya menulis: Menjadi gay itu pilihan. Artinya, menjadi gay bukan takdir sehingga tak bisa ditolak. Gay bukanlah suatu keadaan yang melebihi out of controle. Seseorang menjadi gay karena ia mau menjadikan dirinya demikian. Saat seseorang mengadopsi cara hidup gay sebagai gaya hidupnya, itu berarti orang tersebut memilih untuk menjadi gay. Bukan karena ditakdirkan menjadi gay. Itu sebabnya dalam banyak kasus kita menemukan orang-orang yang bertobat dari hidup sebagai gay. Dan mayoritas mereka mengaku hidup sebagai gay merupakan pilihan yang salah.

Ada orang yang mengatakan,kecenderungan seks menyimpang dibawa sejak lahir.Bahkan mereka memberikan contoh, misalnyaada pria tapi isi dalamnya berupa wanita. Itu sebabnya dia mempunyai orientasi seks yang tertarik dengan pria juga.Telah saya jelaskan dalam ulasan kedua bahwa secara ilmiah setiap orang, laki-laki dan perempuan, memiliki sifat yang tak sesuai dengan jenis kelaminnya. Maksud saya, setiap laki-laki pastilah mempunyai sisi feminim namun tidak mendominasi sifat maskulinnya. Begitu pula perempuan mempunyai sisi maskulin yang tidak mendominasi sisi feminimnya. Kenyataan ini perlu perhatikan secara khusus oleh orang tua. Pola asuh orang tua berkontribusi besar terhadap pemahaman seseorang tentang dirinya, termasuk tentang jenis kelamin dan orientasi seksualnya. Bila orang tua mengabaikan hal ini dan membiarkan anak laki-laki atau perempuannya berperilaku tak sesuai dengan jenis kelaminnya, lambat laun sisi feminim atau maskulin pada laki-laki dan perempuan akan mendominasi sisi aslinya, sehingga yang tampak adalah sisi sebaliknya. Maka tidak heran bila ada laki-laki yang begitu feminim dan ada pula perempuan yang sangat maskulin. Namun laki-laki yang sangat feminim dan perempuan yang sangat maskulin belum tentu berkecenderungan seks menyimpang.

Lalu kapankah seseorang mempunyai kecenderungan seks menyimpang? Pada saat ia hidup dan beraktifitas di antara orang-orang yang memiliki gaya hidup demikian atau minimal mempunyai pandangan setuju terhadap hal itu. Tak bisa dipungkiri, lingkungan mempunyai pengaruh yang cukup effektif terhadap hal ini. Jika lingkungan mendukung seseorang untuk hidup sebagai gay, maka ia akan hidup sebagai gay. Lekas atau lambat. Saya contohkan dengan hal-hal praktis. Ada seseorang bernama A. Ia tidak merokok apalagi miras. Suatu waktu ia berkenalan dengan seseorang, sebut saja B, yang pemadat dan peminum. Si B suka mengajak si A dalam lingkungan pergaulannya. Teman-teman B mempunyai kebiasaan yang sama dengan B. Oleh karena begitu seringnya A menghabiskan waktu bersama mereka, kebiasaan B dan teman-temannya mulai menjadi perhatiannya. Seiring dengan berjalannya waktu, si A mulai memiliki ketertarikan terhadap rokok dan minuman keras. Ada rasa penasaran. Ia ingin tahu rasanya merokok dan menenggak minuman keras. Tak disadarinya, rasa penasaran ini mulai mempengaruhi keinginannya untuk mencoba merokok dan minum minuman keras. Ditambah lagi dengan lingkungan pergaulan yang sepertinya memberikan dukungan, akhirnya si A mencoba pengalaman yang baru baginya itu. Singkat cerita, A menjadi pemadat dan peminum, sama seperti si B dan teman-temannya. Analogi ini hanya untuk memberikan gambaran bahwa lingkungan berkontribusi besar terhadap perilaku seseorang. Jangan lupa, “Pergaulan yang buruk merusak kebiasaan yang baik!” Seseorang yang bukan gay akan menjadi gay bila ia bergaul dengan gay dan memiliki ketertarikan untuk merasakan hidup sebagai gay. Bagi saya, gay merupakan akibat dari pergaulan yang buruk. Itu sebabnya saya tak setuju dengan pendapat: “orientasi seks menyimpang dibawa sejak lahir”.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun