Ada yang menarik dari sidang putusan kasus korupsi dengan terdakwa mantan Ketum Partai Demokrat. Sesaat setelah putusan selesai dibacakan, Anas tanpa ragu meminta diadakan muhabalah. Permohonannya ini dimaksudkan sebagai upaya pembuktian, apakahia benar-benar bersalah atau tidak. Sebelumnya, banyak pihak yakin Anas tak bersalah. Bahkan kuasa hukumnya menyatakan bahwa ada banyak doa untuk Anas, baik di Masjid,di Gereja, maupun di rumah-rumah. Entah apa tujuan mereka. Bahkan dalam talk show salah satu stasiun televisi, seorang loyalis Anas meragukan tegaknya keadilan dalam kasus ini. Penggirigan opini atau yang sebenarnya demikian?
Bagi kita, permohonan Anas mengada-ada, mungkin. MUI juga meminta agar permintaan tersebut tak disanggupi. Namun bagi Anas permintaan ini serius. Ya! Sebab tidak ada orang yang mau hidup di bawah kutukan, termasuk Anas. Apalagi kalau kutukan itu ada bukan karena permintaan, bukan karena ada dengan sendirinya. Dalam komentarnya, Anas yakin putusan atas dirinya merupakan produk ketidakadilan. Semua ini menimbulkan pertanyaan bagi kita: Apakah Anas sesungguhnya benar? Apakah Anas tak bersalah? Mengapa Anas mau menjalani sumpah kutukan? Jika Anas tak bersalah, siapa yang tak benar? Jika Anas benar, mengapa kasus ini didakwakan kepadanya? Apakah Anas korban atau pelaku?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H