Mohon tunggu...
Atok Syihabuddin
Atok Syihabuddin Mohon Tunggu... Dosen - Pecinta Ekonomi Islam

Selalu belajar, mengajar, sharing

Selanjutnya

Tutup

Financial

Rasulullah Wafat Meninggalkan Utang?

9 Maret 2022   17:30 Diperbarui: 9 Maret 2022   17:32 2618
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Kesimpulan dari berbagai hadis tentang hutang piutang itu:

. Orang yang menghutangi dapat pahala lebih besar dari sedekah.

. Orang yang berhutang dijamin Allah bisa melunasi, asal dia berkeinginan melunasi hutangnya.

. Kalau sudah bisa melunasi ko menunda-nunda pembayaran, maka dia telah dholim. Awass... Nanti karena penundaan (kedhaliman) itu lalu roda kehidupan berputar lantas pailit, ya jangan menagih Allah lah. Istigfar. Perbarui lagi niat membayar hutang nanti janji Allah (poin 2) akan terpenuhi lagi.

. Mati masih berhutang, ruhnya gentayangan diantara langit dan bumi. Karena sudah dijamin bisa membayar hutang, sampai mati kok masih punya hutang (karena memang tidak mau membayarnya), ya ruhnya gentayangan antara langit dan bumi. (Maaf saya sendiri tidak mengerti tempat apaan itu yang antara langit dan bumi). 

. Rasulullah enggan mensholati org yg punya hutang.

. Kalau membayar hutang dianjurkan melebihi hutangnya. Ya.. ini sebagai bentuk terimakasih kepada kreditur yang sudah menolongnya. Namun harus hati-hati. Janji penambahan atau kelebihan atas hutang itu tidak boleh dipersyaratkan di depan, itu riba namanya. Haram

Eit... ada yang ngeyel, Kan Rasulullah wafat meninggalkan hutang kepada si Yahudi?! SALAH. Rasulullah wafat meninggalkan gadaian. Lho gadaian kn hutang. SALAH BESAR. Akadnya saja jelas beda. Babnya juga beda. Ada bab qardh (hutang piutang). Ada bab rahn (gadai). Lha wong menjelang wafatnya saja, Rasulullah bingung karena masih memiliki 7 keping Dinar. Kok Beliau tidak kepikiran untuk membayar hutang atau menebus gadaian di Yahudi... Kok Rasulullah justru kepikiran untuk mensedekahkan dinar-dinar nya. Padahal jika itu bab hutang maka membayar hutang itu lebih wajib daripada bersedekah. Apakah Rasulullah tidak paham kalau membayar hutang lebih penting dari pada bersedekah??  Yang masih MENUDUH bahwa Rasulullah wafat masih meninggalkan hutang... Silakan ngaji lagi. Saya sebagai umat Rasulullah tidak berani untuk lancang menuduh seperti itu.

Rasullullah saw itu sedang memberi contoh muamalah yg sangat luar biasa. Beliau rela untuk berhutang dengan cara gadai (rahn) demi menjadi contoh. Jadi yang betul adalah: Rasulullah wafat dalam kondisi masih memiliki hutang yang berjaminan, alias gadai. Beliau saw pasti tahu bahwa jaminan itu sudah bisa melunasi hutang Beliau. Jadi sampai menjelang wafat pun Beliau ishlah.  Akad hutang yang berjaminan itu tidak menjadi beban pikiran Beliau. Sebaliknya, yang menjadi beban pikiran Beliau adalah beberapa keping uang emas dan perak yang dimilikinya. Beliau menyuruh istrinya, Aisyah r.a, untuk mensedekahkannya.

Yang bilang Rasulullah wafat meninggalkan hutang sebenarnya hanya kurang komplit saja menyebutkannya. Namun, salah juga kalau kalimat itu hanya berhenti bahwa Rasullullah wafat meninggalkan hutang. Titik. tapi harusnya Rasulullah wafat meninggalkan hutang yg berjaminan (rahn). InsyaAllah tidak sedikitpun mengurangi kemuliaan Beliau saw.. wallahu a'lam

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun