Mohon tunggu...
Mas Fauzi
Mas Fauzi Mohon Tunggu... wiraswasta -

PENSIUNAN

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tangis Setan di Hari Lebaran

4 Agustus 2012   13:01 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:15 531
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Matahari terakhir bulan Ruwah mulai tenggelam.Bulan sabit tipis muncul di ufuk memandu hari-hari puasa di bulan Ramadhan. Ibu-ibu mulai sibuk menyiapkan lauk-pauk buat makan sahur. Maklum, sahur pertama –terutama bagi anak-anak- biasanya malas-malasan makan. Jadi lauk-pauk musti ekstra istimewa dibanding hari-hari biasa.

Sementara itu di kerajaan kegelapan kehebohan juga muncul. Gendruwo, wewe, ilu-ilu, banaspati, pocongan, tuyul dan sebangsanya pada menangis meraung-raung. Anak-anak setan berteriak histeris ketakutan. Maklum, di bulan puasa mereka semua akan dibelenggu sebulan penuh dan dimasukkan ke penjara yang borgol dan jerujinya terbuat daribesi yangmenyala-nyala, yangditambang oleh para malaikat dari dasar neraka jahanam. Sementara diet mereka terdiri dari buah zakkum beracun serta air mendidih yang bercampur darah dan nanah yang membusuk. Bangsa setanyang ketakutanpun meraung, mengumpat dan mengamuk yang membuat pada hari itu para setan benar-benar kesetanan.

Ramadhan tiba. Siang hari restoran dan warung makan menutup jendela dan pintunya dengan kain biar orang-orang yang berpuasa tidak terganggu dan tergiur dengan jajanan dan lauk yang menggugah napsu. Habis lohor, ada satu dua orang yang menyusup masuk, lalu disusul satu lagi, lagi, lagi dan warung yang terlihat sepi ternyata ramai di dalam. Ada lagi seorang yang masuk, seragamnya rapi, sepatunya mengkilap, dia menyapa para pengunjung yang malu-malu menyembunyikan muka, assalamu’alaikum, katanya. Aneh, semua hadirin fasih menyambut salamnya, wa’alaikumsalam.

Malam menjelang, habis tarawih sebagian langsung tadarus, baca al Qur’an sambil sesekali ustad menjelaskan makna ayat-ayat yang dibaca. Di ujung jalan, dibawah lampu remang sekelompok orang duduk melingkar. Sesekali berteriak gembira sesekali mengumpat. Di depan mereka, kartu domino berserakan, campur aduk denganduit taruhan sementara dibawah sarung atau peci, tergeletak beberapa botol bergambar topi miring yang sesekali ditenggak dengan asyik.

Malam semakin larut. TV tengah malam menyajikan kisah perampokan, lalu pembunuhan berantai yang menghabisibelasan jiwa, kemudian kisah hansip yang hampir melayang jiwanya gara-garamemeras warga miskin, berita ditutup dengan kisah penangkapan otoritas pemerintah yang membawa tas berisi milyaran rupiah di kaki elevator sebuah hotel.

Nafas Ramadhan terus mengalir hari demi hari mengantar purnama yang makin tenggelam. Ketika matahari Syawal terbit di ufuk timur, neraka bergetar oleh gegap-gempita gerombolan setan yang bersuka ria lantaran belenggu sudah dilepas dan pintu api sudah dibuka. Jin, setan, peri prayangan, ilu-ilu, banaspati, thethekan, gendruwo dan para tuyul langsung melesat ke udara kebebasan.

Raja iblis melayang di udara yang memerah oleh api neraka, udara dipenuhi asap hijau yang menyesakkan dada, lalu dariatas singgasana mega hitam, Iblis tertua meneriakkan perintah yang disambut raungan anak-anaknya: “maksiaaaaaat, maksiaaaat, maksiaaaat!!!!”. Kelompok iblis langsung melesat memenuhi penjuru bumi, dari kutub utara sampaiselatan, dari negeri masyriki sampai maghribi!.

Alam mendadaksenyap, semua iblis terdiam, saling memandang, lalu menatap raja mereka Sang Iblis tertua. Lalu tiba-tiba mereka meratap, meraung dan menangis tersedu-sedan. Resesi telah melanda dunia iblis!Milyaran iblis kehilangan pekerjaan! Selama bulan Ramadhan, ketika kaum iblis terantai terpenjara, banyak manusia yang diam-diam mengambil alih tugas dan fungsi mereka.

Matahari mulai menyentuh pupus pisang, sekelompokanak-anak berbaju putih, sebagian berkopiah dan sebagian yang lain memakai mukena berbondong memenuhi lorong kampung. Dari mulut-mulutmungil mereka terlantun takbir yang tak jelas lafalnya lantaran mulut penuh kembang gula, sementaratangan kiri menggenggam kue,tangan kanan memegang angpau dan di ketiak mengepit tikar sajadah buat sholat Iedul Fitri. Di atas kepala mereka, sepasang malaikat putih melayang dengan sayap terbentang memenuhi cakrawala.

Mas Fauzi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun