Dalam sejarah sastra, representasi perempuan dalam seni pada periode modern mengalami lebih banyak kesetaraan dibandingkan dengan periode klasik. Sastra klasik sering kali menggambarkan perempuan dalam peran stereotip sebagai ibu rumah tangga, istri yang setia, atau sebagai karakter pasif yang hanya merupakan lampiran dari cerita pria. Misalnya, novel Sitti Nurbaya yang ditulis oleh Marah Rusli adalah contoh bagaimana perempuan dikendalikan oleh konflik adat dan patriarki yang membatasi karakter mereka.
Di sisi lain, sastra modern menampilkan perempuan dengan otonomi yang lebih besar, karakter yang lebih rumit dan beragam, serta sebagai anggota masyarakat yang aktif. Misalnya, dalam novel Saman karya Ayu Utami, karakter perempuan digambarkan sebagai wanita mandiri yang menentang ekspektasi konvensional masyarakat mereka. Ini berarti bahwa sastra modern cenderung mengakui kekayaan pengalaman hidup perempuan.
Pendekatan Feminisme dalam kritik sastra dapat dilakukan melalui prosedur berikut, antara lain:
1. Identifikasi Bias Gender: Ini melibatkan deskripsi tentang perempuan dan pria dalam sastra serta mencari atau menyoroti bias atau stereotip gender yang jelas.
2. Mempertimbangkan Sudut Pandang Perempuan: Ini melibatkan tinjauan terhadap cerita tentang isu-isu dari perspektif perempuan untuk memastikan bahwa pengalaman mereka disajikan dengan cara yang benar.
3. Struktur Patriarkal dalam Sastra: Ini mencakup diskusi tentang bagaimana pengeditan laki-laki secara langsung mempengaruhi elemen plot atau perkembangan karakter.
4. Mengapresiasi Kesetaraan: Ini mencakup mengapresiasi teks yang menggambarkan hubungan gender yang non-hierarkis dan saling menghormati.
Dalam perspektif ini, sastra perlu dikritisi terutama pada isu gender dan perlu ada dukungan untuk menghasilkan lebih banyak karya yang berani mendorong keadilan gender.
Ada beberapa karya sastra Indonesia yang dapat dianalisis dengan tanda-tanda feminisme. Di antaranya adalah novel Layar Terkembang yang ditulis Sutan Takdir Alisjahbana yang menjadikan Tuti sebagai wanita yang berpendidikan dan mandiri. Secara sederhana, novel ini mengisahkan Tuti dan bagaimana dia hidup di tengah modernisasi dan tradisionalisme. Isu perempuan bertindak dan membuat keputusan bagi dirinya sendiri menjadi salah satu perhatian feminis yang dapat dan telah dijelaskan di sini.
Novel Perempuan Berkalung Sorban karya Abidah El Khalieqy juga merupakan karya yang signifikan. Novel ini bercerita tentang perjuangan perempuan. Pertama-tama hatinya ditujukan untuk mencandui masyarakatnya yang patriarkis tradisional walaupun religius. Dengan narasi sedemikian, perempuan tidak lagi dieksploitasi, bahkan dalam 'menggambarkan' perjuangan revolusioner.
Kesimpulan