Mohon tunggu...
Atmo
Atmo Mohon Tunggu... Freelancer - mahasiswa unimar

saya atmo mahasiswa Universitas Muhammadiyah A.R. Fachruddin Tangerang mengambil Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia hobi bikin konten dan menulis artikel

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pendekatan Feminisme dalam Kritik Sastra

9 Desember 2024   11:52 Diperbarui: 9 Desember 2024   13:02 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Perkembangan karya sastra menunjukkan adanya perubahan signifikan dalam cara perempuan direpresentasikan, terutama di era modern. Berbeda dengan karya klasik yang sering menggambarkan perempuan dalam peran stereotip, seperti ibu rumah tangga, istri yang setia, atau figur pasif yang melengkapi cerita laki-laki, karya sastra modern lebih menekankan pada penggambaran perempuan sebagai individu yang memiliki otonomi. Misalnya, dalam novel Sitti Nurbaya karya Marah Rusli, perempuan digambarkan sebagai sosok yang terikat oleh adat dan dominasi patriarki, yang membatasi ruang gerak mereka.

Sebaliknya, karya sastra modern, seperti Saman karya Ayu Utami, menampilkan tokoh perempuan dengan kepribadian kompleks dan peran aktif di masyarakat. Tokoh-tokohnya sering digambarkan sebagai individu mandiri yang berani melawan norma sosial. Perubahan ini menunjukkan bahwa sastra modern cenderung lebih menghargai keragaman pengalaman perempuan.

Pendekatan feminisme dalam kritik sastra dapat dilakukan melalui beberapa langkah utama. Pertama, dengan menganalisis bias gender dalam penggambaran perempuan dan laki-laki, serta mengidentifikasi stereotip yang mungkin mendominasi narasi. Kedua, mengutamakan sudut pandang perempuan untuk memastikan pengalaman mereka diwakili secara autentik. Ketiga, mengkritisi pengaruh struktur patriarki terhadap alur cerita dan pengembangan karakter. Terakhir, memberikan apresiasi kepada karya yang mempromosikan hubungan gender yang setara dan saling menghormati.

Dengan langkah-langkah ini, kritik sastra feminis dapat memperluas wawasan pembaca terhadap isu gender dan mendorong lahirnya karya-karya yang lebih adil dan inklusif.

Beberapa karya sastra Indonesia relevan untuk dianalisis melalui teori feminisme. Sebagai contoh, novel Layar Terkembang karya Sutan Takdir Alisjahbana menampilkan tokoh Tuti sebagai perempuan modern yang mandiri, berpendidikan, dan memiliki pandangan progresif. Novel ini mengangkat tema kebebasan perempuan dalam menentukan pilihan hidup dan menolak tekanan adat, sehingga cocok untuk analisis feminisme.

Selain itu, novel Perempuan Berkalung Sorban karya Abidah El Khalieqy juga layak menjadi objek analisis. Novel ini mengisahkan perjuangan perempuan dalam lingkungan patriarki berbasis agama, mengajak pembaca untuk memahami tantangan yang dihadapi perempuan dalam mencapai keadilan dan kebebasan.

Kesimpulannya, representasi perempuan dalam karya sastra telah mengalami kemajuan, terutama dalam hal memandang gender secara lebih inklusif. Dengan menerapkan pendekatan feminisme, kritik sastra dapat mengungkap dinamika gender yang lebih kompleks dan membuka ruang diskusi yang lebih luas tentang peran perempuan, baik dalam konteks tradisional maupun modern.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun