Salah satu alasan utama mengapa budaya patriarki masih ada di Indonesia adalah karena budaya ini memang sudah tertanam kuat pada masyarakat sejak zaman nenek moyang bahkan sebelum masyarakat mengenal tulisan. Masih ditemukan keluarga yang memutuskan untuk mewariskan budaya patriarki kepada keturunan mereka.
Masyarakat pada zaman berburu pun sudah menegakkan budaya patriarki, entah itu disadari atau tidak. Pada masa itu, kaum perempuan tidak ikut berburu. Mereka hanya tinggal di rumah dan menjaga anggota keluarga.Â
Sementara, laki – laki yang sudah dewasalah yang justru pergi mencari hewan buruan. Setelah kembali dari tempat berburu, kaum perempuan memasak hasil buruan tersebut. Mereka juga memetik buah – buahan di sekitar tempat hunian mereka sebagai makanan tambahan.
Pada masa penjajahan Indonesia juga, wanita hanya dijadikan sebagai budak seks bagi para penjajah. Wanita yang ingin ikut berjuang dalam peperangan melawan penjajah, hanya dianggap remeh dan tidak mampu dalam melakukannya.
Hidup perempuan sepertinya hanya sebatas memiliki tugas hidup yang akan berputar dalam pekerjaan rumah saja, seperti halnya memasak, membersihkan rumah, mengurus anak, dan suami. Namun sebaliknya, hanya pria yang dianggap mampu mencari nafkah untuk keluarga.Â
Maka dari itu, banyak stereotip gender yang telah ada di kalangan masyarakat bahwa perempuan tidak perlu memiliki tingkat pendidikan tinggi sebab dianggap tidak berguna di masa depan dan juga dapat membuat setiap pria yang akan mendekat merasa kurang percaya diri.
Dampak yang ditimbulkanÂ
Sistem patriarki yang mendominasi kebudayaan masyarakat menyebabkan adanya kesenjangan dan ketidakadilan gender yang memengaruhi hingga ke berbagai aspek kehidupan manusia.Â
Laki – laki memiliki peran sebagai kontrol utama, sedangkan perempuan memiliki sedikit pengaruh dalam masyarakat, baik secara ekonomi, sosial, politik, psikologi, termasuk di institusi pernikahan. Hal ini menyebabkan perempuan diletakkan pada posisi subordinat atau inferior.Â
Pembatasan – pembatasan oleh budaya patriarki itu dapat membuat perempuan terbelenggu dan mendapatkan perlakuan diskriminasi. Ketidaksetaraan antara peran laki – laki dan perempuan ini menjadi salah satu hambatan struktural yang menyebabkan individu tidak memiliki perlakuan yang sama.
Dengan adanya sistem patriarki, sebagian besar perempuan tidak mendapatkan haknya, sehingga tidak dapat melakukan apa yang mereka inginkan. Hal demikian, sangat merugikan perempuan yang dimana seharusnya mereka dapat mendapatkan jabatan atau posisi sebagai hasil dari kerja keras untuk mencapainya namun harus dikalahkan dengan sistem patriarki tersebut. Terjadi banyak penindasan serta kekerasan, karena laki – laki merasa memiliki hak superior dibandingkan perempuan.