Mohon tunggu...
Felicia Tyas
Felicia Tyas Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Bagaimana, Seharusnya Generasi Muda Bertindak?

26 Februari 2016   23:12 Diperbarui: 26 Februari 2016   23:34 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Minggu ini, kami membahas mengenai kasus LGBT di Indonesia. LGBT di Indonesia, kerap kali dianggap meresahkan masyarakat. Mengapa? Karena, sebagai negara yang berdasarkan agama, LGBT dianggap tidak sesuai menurut ajaran ke – 6 agama yang diakui oleh Indonesia, LGBT pun dianggap dapat merusak generasi muda di Indonesia. Karena, LGBT dianggap sebagai “penyakit” yang dapat menular, dan generasi muda sebagai generasi yang rawan “tertular penyakit tersebut”. Dan, diawal tahun 2016 ini, kasus LGBT sedang marak dibicarakan oleh media dan masyarakat, terkait kasus dugaan pelecehan yang dilakukan oleh Indra Bekti dan Saiful Jamil. Dan, yang terdahulu terdapat kasus pembunuhan berantai yang dilakukan oleh Ryan Jombang. Alasan terakhir yang digunakan oleh banyak masyarakat Indonesia, yang menolak adanya gerakan LGBT di Indonesia adalah, menyebarnya penyakit AIDS.

Dari alasan – alasan yang kami paparkan, sebagai beberapa alasan yang kerap digunakan untuk menentang adanya pelegalan LGBT di Indonesia. Terdapat beberapa tokoh di Indonesia yang kami tampilkan sebagai, perwakilan dari masyarakat yang anti LGBT. Yaitu, ada Ridwan Kamil, mengatakan bahwa beliau sebagai Pemkot Bandung, akan ambil tindakan terhadap gerakan LGBT apabila melakukan tindakan mengajak secara tidak langsung terhadap masyarakat luas untuk menjadi salah satu bagian dari mereka, yang menurut Ridwan Kamil sudah melanggar etika norma. Dan, yang kedua adalah Mahfud MD, beliau menegaskan statement nya menolak LGBT di Indonesia di sosial media Twitter, dengan menuliskan bahwa LGBT tidak boleh menjadi gerakan sebagai sifat dan perilaku. Karena itu, seseorang yang terkena LGBT harus diselamatkan. Sama dengan problem sosial lainnya, LGBT harus ditertibkan oleh negara sesuai dengan hukum dan konstitusi. Dan, beliau mempertanyakan, “apakah moralitas nilai – nilai agama kita sekarang sudah menerima LGBT?”. Dan, tokoh yang terakhir adalah Menteri Riset, Teknologi, Pendidikan Tinggi, yaitu Muhammad Nasir yang mengkritik bahwa LGBT dianggap sebagai perusak moral bangsa dan melarang bahwa gerakan LGBT dilarang untuk masuk kedalam ranah – ranah pendidikan, seperti Universitas.

Tetapi, terdapat beberapa alasan – alasan juga dari tokoh di Indonesia, yang mendukung adanya gerakan LGBT di Indonesia. Sherina Munaf memaparkan bahwa semua orang mempunyai hak yang sama untuk mencintai orang yang dicintainya di media sosial Twitter, dan Anggun, penyanyi yang sudah lama berkecimpung di dunia entertainment ini juga menyatakan dukungannya terhadap LGBT dengan mengatakan “Marriage is between love and love” di Twitter. Joko Anwar pula terang – terangan menyatakan di twitter akan dukungannya dan pembelaannya terhadap kaum LGBT yang dilarang di Indonesia, beliau mengatakan bahwa “sebuah kemajuan bagi umat manusia, di mana pun itu terjadi, ini adalah kemajuan bagi seluruh umat manusia #LoveWins”.

LGBT di Indonesia bukanlah hal yang baru dikenal, karena, dahulunya seorang transgender yang dikenal Dorce Gamalama berhasil membuktikan kepada masyarakat, bahwa kaum LGBT mampu menjadi sosok yang bisa dijadikan panutan oleh orang banyak dalam kebaikan dan kemurahan hatinya. Dan, masyarakat seharusnya berfikir bahwa LGBT tidak selalu mengandung unsur yang negative, tetapi positive pun juga. Jangan hanya karena muncul kasus yang menyangkut LGBT tentang Indra Bekti dan Saiful Jamil, membuat masyarakat Indonesia mengeneralisasi LGBT sebagai kaum yang meresahkan.

Indonesia merupakan negara demokrasi, maka menurut kami, masyarakat bebas mengutarakan haknya apakah mereka pro atau kontra mengenai eksistensi LGBT di Indonesia berdasarkan alasan mereka masing – masing. Tetapi, bahwasannya, seluruh masyarakat Indonesia berhak menghargai setiap manusia yang hidup di dunia ini tanpa mengenal orientasi seksualnya. Setiap manusia dimanapun boleh menolak adanya LGBT, tetapi setiap manusia dimanapun diharuskan menghargai sesamanya, karena mereka pun adalah manusia sama seperti kita.

Banyak alasan yang mengatakan bahwa “LGBT itu dosa”. Berhubung, Indonesia merupakan negara yang berlandaskan agama, maka setiap hal di Indonesia disangkut pautkan terhadap agama. Memang, kami setuju bahwa LGBT itu adalah dosa. Lantas, tidak membuat orang lain memandang rendah LGBT berdasarkan pandangan agama. Karena, percaya atau tidak, setiap orang yang pernah hidup di bumi, adalah pendosa.

Kita sebagai generasi muda, seharusnya menghargai seluruh ciptaan Tuhan, apapun orientasi seksualnya. Seperti kata Aming, saat ditanya apakah Beliau seorang LGBT, Aming berkata bahwa “I don’t accept, I don’t refuse, but I do respect them”.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun