Mohon tunggu...
A EdiPurwanto
A EdiPurwanto Mohon Tunggu... Teknisi - Domisili di Lampung
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Saat ini bekerja sebagai wiraswasta

Selanjutnya

Tutup

Financial

Investasi Berbalut Asuransi atau Sebaliknya

9 Agustus 2021   21:24 Diperbarui: 9 Agustus 2021   21:47 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Kenyataan bahwa kesadaran ber-asuransi masyarakat masih lemah (hanya 10% masyarakat punya asuransi individual). Saya mengalami bagaimana sulitnya mengajak teman, pengunjung blog, untuk membeli asuransi. 

Menawarkan asuransi saja itu sulit. Ini " bisnis penolakan, bisnis sakit dan kematian" , kata seorang teman di asuransi.

Fakta memang jika mau untung kita harus sakit dan mati dulu itupun dengan s&k berlaku.

Apalagi ditambah dengan bermunculannya perlawanan terhadap Perusahaan Asuransi yg diakibatkan kekecewaan, ketidak puasan, yg tiada akhir sehingga berakhir pada hilangnya kepercayaan terhadap apapun produk Asuransi.

Namun, ketika ditawari investasi, bunga, keuntungan investasi, jangka pengambilan dg fix return yg tinggi dalam hal ini hal yg " pasti "  meskipun ada faktor s&k terkait naik turun saham, masyarakat lebih mudah untuk menerima dan ujung ujungnya membeli.

Mungkin karena dalam " investasi " , keuntungannya jelas. Ada manfaat 'tangible', kasat mata berupa uang yang nantinya bisa diambil.

Sementara, " asuransi "  masih dianggap uang hsl yg tidak pasti, uang hangus, hilang tanpa manfaat jika kita tdk sakit atau mati, apalagi dengan nilai premi besar yg wajib kita bayar setiap bulan atau tahunnya.

Dengan kondisi seperti ini, buat perusahaan asuransi, lebih mudah menjual produk yang dikawinkan dengan investasi.

Jangan jual produk asuransi saja jika ingin dagangan kita cepat terjual, target tercapai, pundi pundi uang segera terisi.

Itu makanya, asuransi pendidikan marak karena masyarakat lebih mudah digaet dengan iming -- iming dana pendidikan, walaupun sebenarnya dibalik produk dana pendidikan itu adalah asuransi. Cara menjualnya pun tidak jarang dibalik, tawarkan dahulu investasi, baru kemudian menjual asuransi ('ini investasi dengan bonus asuransi').

Nah inilah yg perlu mendapat perhatian lebih dari Regulator keuangan ( OJK  ), tidaklah cukup dengan menerbitkan regulasi A, regulasi B, regulasi C sampai Z, namun tanpa diimbangi proses monitoring sampai kelapangan yang cukup. Fakta ini yg terjadi di lapangan sehingga banyak sekali keluhan kekecewaan bermunculan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun