Mohon tunggu...
Saiful Zahari
Saiful Zahari Mohon Tunggu... Guru - Staf Pengajar Pesantren Modern Misbahul Ulum

Pecinta literasi juga anggota Fame capter Lhokseumawe, tinggal di kota Lhokseumawe Aceh

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Jangan Hilangkan Makna Pendidikan

6 Oktober 2022   11:53 Diperbarui: 6 Oktober 2022   12:24 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
santri MU, kelas 2d, doc pribadi

*Guru tidak boleh kaya
Kala seorang memilih untuk menjadi seorang guru, maka nilai-nilai materialisme bukanlah orientasinya, kekayaan bukanlah tujuannya namun kesejahteraan wajib baginya. Kita harus memahami, antara kekayaan dan kesejahteraan, adalah dua hal yang berbeda, dimana kekayaan berdefenisi; memiliki harta lebih dari kebutuhan yang di miliki. Namun kesejahteraan adalah mencukupi apa pun yang di perlukan untuk memadai kehidupan. 

Seorang guru sangat wajar memiliki sebuah mobil, karena dia membutuhkannya. Mewah bukanlah memiliki barang yang bermerek, akan tetapi mewah adalah menggunakan sesuatu bukan pada tempatnya, sedangkan sederhana menggunakan benda pada tempatnya sesuai kebutuhan; seorang guru di anggab mewah apa bila menggunakan sandal ketika mengajar, akan tetapi di anggab sederhana ketika menggunakan sepatu, walau pun sepatu di gunakan oleh para pejabat ketika masuk kantor.

*Pendidikan bukanlah proyek
Selayaknya kehidupan guru dalam kesejahteraan, sehingga fokusnya terhadap pendidikan; penelitian pengembangan metode pembelajaran, hingga tolak ukur evaluasi peserta didik yang afektif. Sehingga dengn pendidikan bangsa ini bisa berkembang, karena pendidikan adalah satu-satunya cara dalam memajukan suatu negara. Kita bisa memastikan perkembangan negeri ini, di 30 tahun kedepan dengan melihat kwalitas pendidikan yang di dapatkan oleh generasi sekarang. 

Menurunnya nilai-nilai kesejahteraan masyarakat dewasa ini, akibat kwalitas pendidikan yang didapatkan oleh pemangku kekuasaan di 30 tahun yang lalu, dimana pendidikan di jadikan sebagai proyek-proyek penghasil uang, berbagai program di luncurkan dengan topeng kesejahteraan pelaku pendidikan, namun kesejahteraan guru di ambang kekhawatiran, kwalitas pendidikan peserta didik di bawah standar, serta fasilitas pendukung pendidikan pun menjadi proyek pembangunan bagi mafia-mafia pendidikan.

*Jangan ada jual beli
Terjadi proyek-proyek dalam dunia pendidikan, menggiring pelaku pendidikan kedalam lingkaran pasar jual beli; sehingga kwalitas pendidikan di standarkan oleh mereka pemangku kekuasaan, agar bisa di rubah menjadi nilai-nilai material. Lalu dijual kepasar pendidikan, konsumennya adalah guru dan peserta didik. Lalu terjadilah persaingan antar lembaga pendidikan, yang menawarkan bermacam ragam fasilitas demi kemudahan keberlangsungan pendidikan, sehingga wali peserta didik berusaha membayar dengan harga berapa pun, agar anaknya mendapatkan fasilitas yang bagus, benar adanya bahwa uang adalah salah satu syarat seseorang bisa belajar, namun bukanlah satu-satunya syarat untuk mendapatkan pendidikan yang bagus, ada 6 syarat untuk mendapatkan ilmu pendidikan kata Imam Syafi' Namun uang adalah syarat terakhir yang tanpanya pula kadang kala ilmu bisa di dapatkan. Jadi jangan sampai ada jual beli ilmu, dimana harga yang telah di bayar harus mendapatkan ilmu yang sempurna.

*Hilangnya substansi pendidikan
Mengandalkan uang, sebagai ukuran pendidikan yang bagus adalah kesalahan besar, karena kata Imam Syafi'i "Ilmu itu cahaya Allah dan Allah tidak memberikan ilmu-Nya kepada pelaku maksiat. 

Jadi ukuran seseorang mendapatkan ilmu adalah kwalitas ketaatannya kepada Allah, walau pun beragam metode yang dipakai oleh seorang guru untuk memahami peserta didik , namun hak Allah yang memberi pemahaman, metode yang dipakai oleh seorang guru hanya bersifat memudahkan peserta didik dalam memahami, akan terapi guru tidak mampu membuat seorang siswa paham apa yang dia sampaikan, porsinya adalah metode pembelajaran yang di gunakan bertujuan memudahkan pemahaman bukan membuat siswa paham, karena Allah lah yang mempunyai kekuasaan dalam memberi pemahaman. 

Jadi tidaklah uang adalah semata-mata dalam memperoleh ilmu pengetahuan. Karena dewasa ini uang di jadikan ukuran pendidikan maka hilanglah substansi pendidikan dengan sendirinya; dimana pendidikan adalah usaha perubahan karakter, malah menjadi perusakan karakter bergeserlah substansi-substansi pendidikan yang di harapkan. Wallamuafiq ila aqwamit Thariq. Wallahu'alam bissaqab. (SZ)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun