Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuhh sahabat reader semuanyaaa yang ada di seluruh penjuru dunia, semoga kalian baik-baik saja sehat diberi umur panjang dan diberi kebahagiaan dunia dan akhirat amiiiinnnnnn. Baiklah bertemu lagi dengan saya Atiyyatul Karimah selaku creator dari hasil tulisan ini akan membagikan sedikit pengalaman yang saya alami didesa saya sendiri mengenai minoritas yang biasa terjadi dikalangan masyarakat.Â
Kalian pasti kepo kan seperti apa kejadian-kejadian yang bersangkutan dengan minoritas pada desa saya??? Wkwk oke maka dari itu kalian pastinya harus menyimak dengan seksama tulisan kali ini sampai akhir yaaaaa!!! Jangan lupa like share dan komen yaaa karena itu sangat membantu dan membangkitkan semangat saya untuk terus berkarya menulis berbagai macam kejadian, kisah, pengalaman, dan motivasi lainnya  yang akan tayang setiap minggu sekaliii.
Haiiii sahabat readerrr apa kalian tau minoritas itu apa? Menurut kesimpulan saya pribadi minoritas adalah menyendiri, tidak mau terbuka dengan yang lain bisa disebut egois juga sihh misalnya sepert satu kelompok A tidak mau menerima adanya kemajuan teknologi sehingga kelompolk A tersebut ketinggalan jauh dengan kelompok-kelompok yang lain akibat kurangnya update kurang lebihnya seperti itu.
Berikut pengertian minoritas menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah golongan sosial yang jumlah warganya jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan golongan lain dalam suatu masyarakat dan karena itu didiskriminasikan oleh golongan lain itu. Sedangkan menurut Wikipedia bahasa Indonesia minoritas bisa diartikan sebagai :Â
- Minor (hukum), seseorang di bawah usia tertentu, biasanya usia mayoritas
- Usia mayoritas, ambang masa dewasa sebagaimana diakui atau dinyatakan dalam undang-undang
- Usia hukum, usia dimana seseorang secara hukum terlibat dalam aktivitas tertentu
- Kelompok minoritas, kategori orang yang dibedakan dari mayoritas sosial (misalnya etnis minoritas)
- Kelompok minoritas seksual, sebuah kelompok yang identitas seksual, orientasi atau praktiknya berbeda dari mayoritas masyarakat
Setelah memahami penjelasan diatas, sahabat reader semua pasti bisa membayangkan seperti apa contoh dari minoritas itu dan bagaimana efeknya untuk kedeoannya nanti, akankah berdampak positif atau negative ya? Yuk simak pengalaman di desa saya yang menurut saya pribadi tergolong minoritas.
Kata "Maulud Nabi" pasti sudah tidak asing didengar apalagi bagi kalangan umat muslim untuk yang tidak paham apa itu maulud nabi, yaitu suatu acara yang diadakan oleh umat muslim tiap tahunnya tepat ditanggal 12 robi'ul awal untuk memperingati lahirnya baginda Nabi kita Nabi besar Muhammad SAW yang umumnya biasa membawa buah-buahan, makanan ringan, atau makanan pokok lainnya lalu dibawa ke masjid-masjid terdekat untuk di doakan dan memberi rasa hormat kepada nabi Muhammmad SAW. Â
Nah yang akan saya bahas kali ini adalah perbedaaan tipis antara acara selamatan yang dibawa kemasjid dengan acara selamatan yang biasa di letakkan dibawah-bawah pohon atau pojokan rumah-rumah warga setempat.
Dengan tujuan yang sama yaitu memperingati maulud nabi, seseorang bisa terjerumus kemusyrikan akibat terlalu mempercayai nenek moyang terdahulu tanpa memilah mana yang baik untuk dilestarikamn dan mana yang tidak baik untuk dilakukan apalagi untuk kalangan muslim. Biasanya orang-orang melebih-lebihkan dengan tidak cukup membawa buah-buahan dan makanan untuk maulud nabi, kadang ada yang membawa sesajen atau bunga dan lain-lain.
Didesa saya yaitu Sumberdawesari yang terletak di Pasuruan bagian timur ini mayoritas masyarakatnya menggunakan buah-buahan dan makanan saja tanpa berlebihan dengan sesajen atau apalah, sebagai rasa hormat untuk maulud nabi, mereka yakin bahwa cara terbaik untuk memperingati lahirnta kanjeng nabi bukan hanya dengan sesembahan seperti itu melainkan dengan sholawat yang banyak meminta mohon kepada Allah agar termasuk golongan yang diakui nabi Muhammad sebagai umatnya kelak di akhirat.Â
Di sisi lain masyarakat desa Sumberdawesari juga terdapat beberapa orang yang memang bisa dibilang sangat kental dengan budaya-budaya leluhur pada zaman dahulu, padahal mereka sama-sama menganut agama islam tetapi saat mengadakan acara untuk memperingati kelahiran nabi Muhammad mereka malah melebih-lebihkan persembahannya dengan diberikannya sesajen, bubur 3warna, bunga-bunga, dan membakar sesuatu seperti dupa lalu dibuangnya bubur-bubur dan bunga tersebut ditengah jalanan.Â
Mereka percaya bahwa dengan melakukan seperti itu mereka akan terhindar dari balak penyakit, kesusahan, dan dijauhkan dari hal-hal yang buruk, dan yakin bahwa nabi akan senang dengan apa yang diperbuatnya tadi.