Media sosial seringkali dikaitkan dengan betapa buruknya dampak yang dihasilkan. Memang benar, cepatnya persebaran informasi di media sosial menyebabkan informasi tersebut sulit untuk disaring dan dicari tahu kebenarannya terlebih dahulu sebelum disebarkan kembali. Akan tetapi, kemudahan dan kecepatan persebaran informasi di media sosial juga bisa menyebarkan informasi dari tempat-tempat dan orang-orang yang mungkin sulit untuk dijangkau tanpa media sosial.
Beberapa waktu ke belakang, tagar dan poster bertuliskan "All Eyes on Rafah" membanjiri media sosial. Pengguna media sosial berbondong-bondong mengunggah sebuah poster AI bertuliskan "All Eyes on Rafah" pada Instagram Story masing-masing dan menyebabkan  poster kampanye ini menjadi tren dalam seketika. Kampanye sosial yang bertujuan untuk membuka pandangan masyarakat akan penderitaan rakyat Palestina di Rafah ini juga diikuti oleh sejumlah selebritas baik dari dalam maupun luar negeri.
"All Eyes on Rafah" bukanlah satu-satunya kampanye gerakan sosial yang dilakukan secara masif melalui media sosial. Beberapa hari setelahnya, muncul kampanye "All Eyes on Papua" dan "All Eyes on Congo" yang juga digaungkan melalui media sosial. Sama halnya dengan "All Eyes on Rafah", kedua tren ini juga bertujuan untuk menyuarakan penderitaan yang dirasakan oleh masyarakat Papua dan Congo karena perampasan hak mereka oleh pihak yang lebih berkuasa.
Krisis kemanusiaan yang banyak terjadi di berbagai tempat di dunia tentu membutuhkan banyak usaha dan kekuatan untuk bisa dihentikan. Kampanye-kampanye ini menjadi salah satu usaha untuk menunjukkan bantuan dan dukungan dari masyarakat akan krisis kemanusiaan yang terjadi. Kampanye melalui sosial media ini dilakukan secara masif dan terus menerus untuk membuat masyarakat tetap mengingat dan mengetahui adanya krisis manusia yang sedang berlangsung.
Kampanye gerakan sosial melalui media sosial ini tentu hanyalah sebuah hal kecil yang mungkin tidak memiliki kekuatan yang cukup untuk menghentikan sebuah krisis kemanusiaan, Akan tetapi, dengan banyaknya jumlah masyarakat yang mengetahui adanya krisis kemanusiaan yang sedang terjadi dan siapa yang terlibat di dalamnya, pihak yang melakukan keburukan dan pihak lain yang memiliki kekuasaan tinggi diharapkan akan terdesak untuk menghentikan krisis tersebut.
Banyaknya kampanye gerakan sosial yang disebarkan melalui media sosial ini membuktikan bahwa terlepas dari dampak negatif yang ada, persebaran informasi yang cepat di media sosial dapat menjadi sarana yang baik untuk menyuarakan suatu hal yang membutuhkan sorotan publik dan mendesak pihak yang terlibat untuk segera bertindak.
Dengan kendali yang kita miliki atas media sosial yang kita gunakan, kita bisa memilih untuk melakukan hal-hal baik di media sosial seperti dengan aktif mengikuti kampanye gerakan sosial. Tentunya kita tetap harus memeriksa kebenaran dan agenda di balik suatu kampanye dengan baik sebelum menyebarkannya melalui media sosial.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H