Mohon tunggu...
atiek srimujiati
atiek srimujiati Mohon Tunggu... -

Guru Matematika dan TIK di SMPN Bandung

Selanjutnya

Tutup

Catatan

"Mega Benci Mama..."

23 Desember 2011   09:30 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:51 367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

'Gubrakk!!', terdengar suara pintu kamar ditutup sangat keras. Mama Mega hanya bisa tertegun bingung didepan pintu kamar Mega dengan sedikit alis hitam kecoklatan hasil lukisan pensil alis warna coklat kesayangannya pada alur alis yang setengahnya dicukur hampir gundul. Dalam benaknya, dia hanya bisa bergumam, kenapa anak ini? Bagaimana ia harus menjelaskan kepada anak usia 6 tahun tentang foto yang barusan disodorkan padanya. Ya, hanya karena selembar foto mampu membuat suatu kesalahpahaman antara anak dengan ibunya. Foto yang sebenarnya tidak terlalu penting namun mampu menceritakan banyak sejarah untuk Mega, gadis kecil yang sangat mencintai ibunya. Namun rasa cinta itu berubah 180 derajat menjadi rasa benci yang amat sangat luar biasa tanpa mampu untuk seorang ibu tengah baya berprofesi guru ini menahan rasa amarah pada diri anaknya tersebut. Dan pengalaman ibu dua anak ini pun tak kuasa ia ceritakan kepada saya. Dengan semangat, beliau ceritakan kisahnya dari awal hingga akhir penyelesaian konfliknya dengan anaknya tersebut. Saya pun hanya bisa mendengar cerita mama Mega dengan sesekali mengomentari sedikit ceritanya.

"Mamaaa...lihat ini, apa yang Mega temukan. Aku ga suka,Ma! Aku ga suka mama bersikap seperti difoto ini! Dia bukan papaku. Mama apa-apaan ini! Mega benci mama! Bencii...", kata-kata tersebut keluar sangat keras dari bibir mungil Mega anak kedua mama. Entah apa yang ada dipikiran dan perasaan Mega saat itu, tapi yang pasti rasa marah, kecewa dan kekesalan atas kenyataan yang ia peroleh dari ketidaktahuannya. Mama Mega hanya bisa menjawab," Emang apa yang ada difoto itu, Nak? Kenapa kamu marah-marah ke mama seperti itu?". Lagi-lagi Mega berteriak dan kali ini mulai berderai air matanya..Sambil menangis sesenggukkan, Mega berkata "Ini, Ma.Ini foto mama sama om Ega, kan? Kok mama mesra sekali sama om Ega? Mama pacarankan sama om Ega?". Foto yang ada digenggaman Mega diperlihatkan ke mamanya sambil ia tunjuk-tunjuk wajah lelaki yang ada difoto itu. Dan benar, lelaki difoto itu adalah om Ega. "Ooh, foto ituu..", jawab mama Mega. "Iya, itu emang om Ega, Mega..Apa ada yang salah dengan foto itu?",mama Mega berusaha menjelaskan. "Iya, tapi kenapa mama rangkul-rangkulan sama om Ega?Mama pacaran ya? Ini, kan, seperti orang pacaran, Ma..Pokoknya Mega ga suka,titik!", ujar Mega setengah berlari ke arah kamarnya. Di saat yang bersamaan, papa Mega pulang dan sayup-sayup mendengar pertengkaran anak dan ibu dari luar. Setelah ditanyakan apa yang terjadi pada istrinya, papa Mega pun segera menuju kamar anaknya itu. "Nduk nduk...ada apa? Ini papa...Ceritakan ke papa, apa masalahmu, Nak? Mudah-mudahan papa bisa bantu", dengan sabar papa Mega menunggu reaksi dari anak tercintanya itu keluar dari kamar dan berharap mau menceritakan apa yang baru saja terjadi dengan mamanya. Beberapa menit kemudian, Mega kecil keluar dari persembunyiannya dan langsung memeluk papanya dengan sisa-sisa tangisnya tadi. "Mega..Papa udah tau masalahnya. Mama Mega sudah menceritakan semuanya dengan papa..Mega ga salah, mama juga ga salah. Kalian hanya salah paham". "Begini Mega, Mega punya abang, kan? Namanya abang Opik". Mega mengangguk. Papa melanjutkan penjelasannya setelah ia melihat gadis kecilnya itu sedikit lebih tenang. "Abang Opik juga anak mama dan papa, sama seperti Mega, anak papa dan mama juga. Jadi abang Opik dan Mega saudara kandung karena kalian dari mama dan papa yang sama. Kalau sudara kandung, ga mungkin pacaran apalagi sampai menikah, itu tidak boleh. Mega sayang ga sama abang Opik?", tanya papa Mega yang dijawab dengan anggukan kecil dari Mega. "Nah, mama dengan om Ega juga gitu..Mama dan om Ega itu saudaraan. Mereka saling menyayangi, maka mama rangkul tu om Ega sebagai ungkapan sayang mama sebagai saudara, bukan sebagai pacar...Sekarang Mega mengerti,kan??". Kali ini tidak hanya dengan anggukan, namun juga dengan kata-kata singkat dan pasrah, "Iya pa, Mega mengerti...". "Ya sudah kalau Mega sudah mengerti. Berarti mama ga salah, kan?? Mega ga benci mama, kan? Sana, Mega sampaikan ke mama yaa..". Dengan langkah pelan, Mega mendekati mamanya, sambil tertunduk Mega berkata, "Maafkan Mega,ya Ma...Mega udah salah. Mega kira mama pacaran sama om Ega. Mega kira om Ega bukan sodara kandung mama. Maafkan Mega,ya Ma..MEGA SAYANG SAMA MAMA".

Rupanya kejadian salah paham itu menjadi salah satu kisah yang tak mudah terlupakan oleh mama Mega. Di kisah itu sempat muncul kebencian antara mereka. Namun, berakhir dengan indah. kata-kata maaf yang terlontar dari gadis kecilnya itu sangat menyentuh sisi keibuan mama Mega. Hingga kisah itu ia jadikan pelajaran untuk lebih perhatian kepada anak-anaknya. Akhir dari kisah itu, Mega jadi lebih mengetahui sejarah dan silsilah keluarga mama dan papa nya. Anak dan ibu ini pun makin kompak untuk menyelesaikan masalah bersama-sama. Seperti yang diceritakan mama Mega ke saya, ASM.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun