Mohon tunggu...
Atira Zahra
Atira Zahra Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Nature

Permasalahan Kelapa Sawit sebagai Komoditas Unggul di Indonesia

19 Juni 2020   03:10 Diperbarui: 19 Juni 2020   03:47 3057
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam. Sumber daya alam yang terdapat di Indonesia sangat beragam jenisnya. Melimpahnya sumber daya alam yang ada di Indonesia membuat Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki banyak  jenis komoditas dalam sektor pertaniannya. Pertanian merupakan salah satu sektor yang berperan dalam menjaga kestabilan perekonomian negara. Menurut Kusumaningrum (2019) Sektor pertanian di Indonesia merupakan sektor yang memiliki peran dalam meningkatkan pertumbuhan perekonomian di Indonesia di era globalisas dan sektor pertanian juga menjadi sektor yang menopang kegiatan perekonomian masyarakat pada umumnya. Sektor pertanian dibagi menjadi beberapa sub sektor yakni tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, kehutanan, perikanan dan peternakan. Setiap sub sektor memiliki jenis komoditas yang beragam. Jenis komoditas pada subsektor perkebunan sangat beragam diantaranya yaitu teh, kakao, karet, tebu, kopi, tembakau dan kelapa sawit. Salah satu jenis komoditas perkebunan yang potensial adalah kepala sawit.

Kelapa sawit merupakan salah satu tanaman yang memiliki banyak manfaat. Kelapa sawit dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku minyak goreng, oli, pelumas dan lainnya. Perkebunan kelapa sawit di Indonesia terletak di beberapa provinsi seperti Provinsi Kepulauan Riau, Sumatera Utara, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Tengah. Menurut Kementrian Pertanian perkebunan kelapa sawit di Indonesia memiliki luas mencapai 14,32 juta hektar. Perkebunan kelapa sawit terbesar terletak pada Provinsi Kepulauan Riau dengan luas mencapai 2,74 pada tahun 2018. Luasnya perkebunan kelapa sawit di Indonesia menjadikan Indonesia sebagai negara dengan penghasil kepala sawit terbesar di dunia dengan tingkat produksi yang tinggi mencapai 40,56 juta ton pada tahun 2018.

Kepala sawit merupakan salah satu komoditas unggul yang sangat menjanjikan untuk dibudidayakan. Sebagai komoditas unggulan kelapa sawit memiliki peluang besar dalam dunia bisnis atau usaha tani. Hal ini dapat dibuktikan dengan keunggulan tanaman kelapa sawit jika dilihat dari permitaan pasar yang terus meningkat dan diiringi dengan kenaikan harga dari minyak sawit (Pardamean, 2011). Di Indonesia sendiri perkebunan kelapa sawit sudah dikuasi oleh beberapa perusahaan besar seperti PT. Mahkota Group, Tbk. (MGRO), PT. Astra Agro Lestari, Tbk. (AALI), PT. Dharma Satya Nusantara, Tbk. (DSNG), PT. Jaya Agra Wattie, Tbk. (JAWA), PT. PP London Sumatra Indonesia, Tbk. (LSIP), dan PT. Sampoerna Agro, Tbk. (SGRO). Kelima perusahaan tersebut menguasai beberapa perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Perusahaan-perusahaan tersebut mengelola perkebunan kelapa sawit  dan agroindustri kelapa sawit. Hasil produksi kelapa sawit di Indonesia tidak hanya digunakan di dalam negara saja tetapi juga diekspor keluar negeri. Hal ini tentu saja sangat membantu perekonomian di Indonesia. Permasalahan yang sering kali terjadi pada pengolahan kelapa sawit yaitu tingginya biaya produksi. Tingginya biaya produksi ini disebabkan oleh beberapa hal seperti adanya biaya keamanan dan biaya sosial yang sulit untuk dihilangkan dan dihindari oleh perusahaan. Selain itu permasalahan hama dan penyakit juga sering menyerang pohon kelapa sawit. Dibutuhkan ketelitian ekstra dari para pekerja dalam mengelola kebun kelapa sawit yang luas agar tidak kehilangan hasil panen. Permasalahan lain perusahaan adalah dalam pengolahan limbah. Pengolahan limbah kelapa sawit masih banyak yang tidak sesuai dengan standar. Hal ini dapat mencemari lingkungan dan merusak kualitas tanah. Perusahaan seharusnya dapat mengatasi permasalahan dalam pengolahan limbah kelapa sawit agar sesuai dengan standar. Kebijakan-kebijakan pemerintah pusat maupun daerah yang kontraproduktif juga merupakan permasalahan yang sering dihadapi oleh perusahaan maupun petani kelapa sawit. Kebijakan yang dibuat pemerintah terkadangberdampak buruk pada usaha tani dan perusahaan. Petani dan perusahaan harus meyiapkan strategi untuk mengatasi dampak buruk yang akan terjadi akibat kebijaka kontraproduktif yang dibuat oleh pemerintah. Tingkat produktivitas kelapa sawit juga tergolong rendah. Luasnya kebun kelapa sawit membuat petani kewalahan dalam mengurus kebunnya dan juga mahalnya bibit kelapa sawit membuat petani banyak yang menggunakan bibit yang tidak sesuai.

Permasalahan lain yang sering dihadapi oleh perusahaan kelapa sawit adalah sarana dan prasarana. Dalam proses pemanenan alat yang digunakan masih berupa alat sederhana seperti egrek, karung, dan kampak. Selain alat panen alat pelindung diri juga penting digunakan pekerja pada saat di lapang. Tetapi terkadang masih ada pekerja di lapang yang melupakan alat pelindung diri, hal tersebut tentu dapat membahayakan keselamatan pekerja dan keselamatan pekerja merupakan tanggung jawab dari perusahaan. Permalasahan yang sering terjadi pada sarana dan prasarana transportasi. Kebun kelapa sawit di Indonesia rata-rata berada di hutan atau daerah yang jauh dari perkotaan. Hal ini menimbulkan permasalahan dalam hal proses pengangkutan hasil panen. Berada di daerah yang dari jauh pusat kota membuat kondisi jalan sangat rusak. Untuk menuju ke perkebunan biasanya membutuhkan kendaraan khusus agar dapat melewati jalan yang rusak tersebut. Hal tersebut membuat perusahaan harus mengeluarkan modal kembali untuk memperbaiki jalan dan membeli alat transportasi yang mendukung.

Permasalahan turunnya harga kelapa sawit juga sering terjadi. Pihak yang sering merasakan kerugian dari penurunan adalah perkebunan kelapa sawit rakyat dan petani kelapa sawit plasma. Penurunan harga kelapa sawit atau TBS (tanda buah segar) sawit disebabkan oleh adanya punggutan ekspor CPO. Pada keadaan pandemi Covid-19 saat ini juga berdampak pada turunnya harga TBS (tanda buah segar) sawit karena banyak perusahaan  atau pabrik yang meghentikan sementara proses produksinya mengikuti kebijakan yang dibuat oleh pemerintah. Proses ekspor kelapa sawit pun menjadi tergganggu karena permitaan yang semakin menurun dari berbagai negara.  Hal ini sangat berdampak kepada petani yang sumber utama mata pencaharianya berada pada perkebunan kelapa sawit. Dalam kasus ini pemerintah harus ikut adil untuk menjaga keberllangsungan hidup para petani yang terancam mengalami kerugian besar akibat Covid-19.

Permasalahan-permasalahan yang sering dihadapi oleh perusahaan dan petani kelapa sawit adalah dalam usaha tani dan agroindsitrusinya, sarana dan prasarana, serta harga yang sering engalami penurunan. Permasalahan tersebut harus diatasi dengan baik agar perkebunan kelapa sawit di Indonesia semakin mengalami kemajuan dan dapat mengahasilkan hasil panen yang lebih berkualitas hal ini dapat meningkatkan nilai ekspor kelapa sawit. Dengan kemajuan teknologi saat ini kita sebagai generasi muda harus bisa memanfaatkan hal tersebut agar menciptakan inovasi-inovasi baru yang nantinya dapat membantu Indonesia dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang terjadi pada perkebunan kelapa sawit.

#EkonomiPertanian #FakultasPertanianUniversitasJember #TraditionOfExcellence

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun