Mohon tunggu...
BULAN SEPOTONG
BULAN SEPOTONG Mohon Tunggu... Administrasi - BULAN SEPOTONG

Malam tak pernah dusta pada pagi, karena pagi selalu menepati janji.

Selanjutnya

Tutup

Bola

Bahasa Orang Indonesia

2 April 2014   18:33 Diperbarui: 16 Agustus 2017   08:47 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya berbahasa Indonesia. Karena saya lahir di salah satu daerah di Jawa dan saat ini saya  tinggal di Jakarta. Karena  bahasa Indonesia saya kurang baik dan kurang benar, saya mencoba mencari kursus Bahasa Indonesia. Dari sabang  sampai Merauke, sisa-sia pencarian saya. Tak satu pun tempat kursus yang membuka kelas les bahasa Indonesia khusus untuk orang Indonesia yang lahir dan besar di Indonesia seperti saya.  Bahkan yang menyakitkan, salah satu petugas di tempat kursus  berkata nyinyir: ‘udah engga jaman mas kursus bahasa Indonesia, emangnya jaman kompeni …? Yang lagi tren itu kursus bahasa Inggris, Perancis, Jerman  ….’ Dan dia sebutkan negara-negara yang lain.

 

Saya lalu melangkah ke sebuah tempat berbelanjaan modern. Saya makin pusing karena semua label dan petunjuk penjualan berbahasa Inggris.  Orang-orang yang berseliweran pun menggunakan bahasa Inggris campur bahasa Indonesia yang sudah tidak beraturan, paling tidak menurut saya yang  belum baik  dan benar  berbahasa Indonesia-nya.

Malah saya lihat, orang-orang  lebih bersemangat menggunakan bahasa asing itu dalam berkomunikasi  menggunakan telepon genggam dengan lawan bicaranya di pelosok desa sekali pun.

Saya jadi semakin linglung dan merasa asing di Tanah Air saya sendiri …  saya seperti  cicak yang terdampar di padang pasir  maha luas dan tak berujung.  Saya merasa  jadi orang asing di Indonesia  yang  jelas-jelas tumpah darah saya sendiri. Saya berteriak ….! Rasanya mau saya tampar semua mulut orang Indonesia di sini yang dengan sombongnya berceloteh dengan bahasa asing  yang dikedepankan ketimbang bahasanya sendiri …

Tapi apalah daya saya …

Dengan perasaan campur aduk, saya pulang. Di rumah siapa tahu saya bisa menenangkan diri. Namun begitu saya sampai di rumah, sulung saya menyambut  dengan ucapan Selamat Sore dalam  bahasa  Jepang. Saya sedikit marah, tapi dia malah balik menyerang saya dengan argumentasi  globalisasi dunia.  Lagi-lagi saya KO.

Saya pasrah, menonton televisi sebentar.  Sontak saya diberondong dengan tayangan yang kebarat-baratan. Padahal acaranya dangdut,  tapi si pembawa acara selalu menggunakan campuran bahasa asing lagi. Bahasa Indonesianya hanya beberapa kata,  seterusnya  bahasa susah lagi. Kepala saya makin pusing.

Saya mau mengadu kemana …? Kalaupun ada yang siap menampung pengaduan saya, saya harus berbahasa apa?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun