"Hendra, kita sudahi saja ya hubungan ini," Katanya sembari terus menatap laut lepas di sana, entah apa yang ia liat sampai perempuan ku ini tidak ingin menatapku. "Kau lebih baik melamar Raden Ayu Arumi saja, Hendra." Lanjutnya.Â
  "Apa maksud mu, Rukmi?"
  "Aku tau ini menyakitkan, Hendra. Tapi aku tidak bisa terus bersama mu, kita berbeda. Aku anak seorang pelacur, bagaimana bisa aku bersanding dengan seorang bangsawan sepertimu." Kini ia menatapku, helaan napas yang begitu berat terdengar oleh indera pendengaran ku.
  "Rukmi, aku mencintaimu lebih dari apapun. Tak peduli dirimu bangsawan, rakyat biasa atau bahkan anak pelacur sekalipun, aku tak peduli dengan status sosial itu, karena hatiku memilih mu bukan memilih yang lain." Entah apa rasa yang sedang aku rasakan saat ini, campur aduk rasanya. Aku tak ingin kehilangan perempuan ku. "Aku akan meyakinkan Romo untuk merestui kita, Rukmi. Kita akan me---"
  "Cukup, Hendra. Kita tidak akan pernah bisa bersatu. Lebih baik kau melamar Raden Ayu Arumi, aku dengar dia sangat baik. Aku yakin dia bisa mencintaimu lebih dari diriku. Tolong nikahi Raden Ayu Arumi, Hendra." Bak disambar petir di siang hari, hatiku sakit mendengar ucapanmu barusan. Dengan gampangnya kau menyuruhku untuk menikahi perempuan lain, sedangkan hatiku sudah dipenuhi tentang dirimu.
  Sakit Rukmi, ini sangat sakit rasanya. Aku sangat yakin dirimu juga merasakannya, matamu tidak bisa berbohong, Rukmi. Aku sempat bertanya kepada Tuhan, kenapa kita dipertemukan pada zaman yang seperti ini? Zaman yang hanya memperdulikan status sosialnya. Ini sangat tidak adil, Rukmi. Aku hanya mencintaimu, bukan mencintai perempuan lain.Â
  Pada akhirnya ketakutan yang menghantui ku selama ini beneran terjadi, Rukmi. Persetanan dengan status sosial, aku akan mendapatkan mu bagaimana pun caranya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H