Mohon tunggu...
Atika Septarini
Atika Septarini Mohon Tunggu... Perawat - Perawat merangkap mahasiswa saat ini

Saya hobi memasak dan makan, suka cerita humoris, saya sulit beradaptasi dengan lingkungan yang baru

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kenali Stunting pada Anak

21 Agustus 2024   19:15 Diperbarui: 21 Agustus 2024   19:20 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

KENALI STUNTING PADA ANAK

 

 

Tangsel,24 April 2024

Presiden Joko Widodo secara resmi membuka kegiatan Rapat Kerja Kesehatan Nasional (Rakerkesnas) tahun2024 yang diselenggarakan pada tanggal 24-25 April 2024,di  ICE BSD, Tangerang Selatan,Banten. Presiden menambahkan saat ini masih ada sejumlah pekerjaan rumah (PR) disektor kesehatan yang perlu bersama-sama diselesaikan.Diantaranya adalah masalah stunting yang meski mengalami lonjakan penurunan cukup signifikan yakni dari 37% kasus stunting di Indonesia 10 tahun lalu menjadi 21,5% di Desember 2023 kemarin. Menurut Presiden mengatasi stunting bukanlah hal yang mudah dan perlu melibatkan berbagai sector untuk mengatasinya.

Stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat masalah gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu yang lama dan infeksi berulang.Sehingga anak lebih pendek dari anak normal seusianya dan memiliki keterlambatan dalam berpikir. Kekuranga gizi dalam waktu lama itu terjadi sejak janin dalam kandungan sampai awal kehidupan anak (1000 hari pertama kelahiran).(kemenkes RI,2018)

Stunting ditandai dengan panjang atau tinggi badannya berada di bawah standar. Hal Ini Terjadi karena Asupan nutrisi yang Tidak adekuat (Kemiskinan, praktek pemberian ASI dan MPASI yang salah),Ketersediaan pangan yang tidak mencukupi, Kebutuhan nutrisi yang meningkat akibat infeksi dan penyakit kronis Serta Penyakit atau Infeksi berulang. Stunting terjadi mulai dari dalam kandungan dan baru terlihat saat anak berusia dua tahun. Menurut UNICEF, Stunting didefinisikan sebagai persentase anak-anak usia 0 sampai 59 Bulan, dengan tinggi dibawah minus (stunting sedang dan berat) dan minus tiga (Stunting kronis) diukur dari standar pertumbuhan anak keluaran WHO. Adapun Gejala Stunting adalah Sebagai Berikut : Pertumbuhan tulang pada anak yang tertunda, Sang anak berbadan lebih pendek dari anak seusianya, Proporsi tubuh yang cenderung normal tapi tampak lebih muda/kecil untuk seusianya, Serta berat badan rendah apabila dibandingkan dengan anak seusianya.

Dampak dari stunting sangatlah banyak, adapun salah satunya berupa : Terganggunya pertumbuhan fisik yaitu bertubuh pendek, Memperlambat perkembangan otak anak yang akan mempengaruhi anak dalam proses belajar di usia sekolah yang akan berpengaruh pada produktivitas saat dewasa Dan meningkatkan resiko terkena penyakit diabetes, hipertensi, jantung koroner dan stroke.

Adapun upaya yang harus dilakukan untuk mencegah stunting itu sendiri yaitu berupa pencegahan dini berupa  Ibu hamil mengkonsumsi tablet tambah darah selama  proses kehamilan, melakukan IMD (Inisiasi Menyusu Dini),Memberikan ASI eksklusif pada bayi hingga usia 6 bulan, dan juga memberikan makanan pendamping ASI yang begizi dan kaya protein hewani untuk bayi berusia diatas 6 bulan, memberikan imunisasi dasar lengkap, memantau perkembangan dan pertumbuhan anak dengan membawa ke posyandu secara rutin dan berkala, melakukan perilaku hidup bersih dan sehat dan selalu membiasakan mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum dan sesudah makan, setiap keluarga harus memiliki jamban yang sehat di rumah masing-masing.

Salah satu focus pemerintah saat ini adalah pencegahan stunting sebagai upaya agar anak –anak Indonesia dapat tumbuh dan berkembang secara optimal dan maksimal, dengan disertai kemampuan emosional, sosila, dan fisik yang siap untuk belajar, serta mampu berinovasi dan berkompetensi ditingkat global.

Tatalaksana penanganan kasus stunting menitik beratkan pada pencegahan bukan lagi proses pengobatan. Orang tua berperan untuk mengontrol tumbuh kembang anaknya amsing-masing dengan memperhatikan status gizinya. Pertumbuhan dan perkembangan sesudah lahir harus naik atau baik dan apabila ada masalah haru segera di konsultasikan kedokter atau ahli gizi. Upaya pencegahan lebih baik dilakukan semenjak dini demi masa depan sang buah hati sebagai generasi penerus bangsa yang berhak tumbuh dengan sehat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun