KAI Commuter siapa yang tidak tahu? Rangkaian besi kuat yang digabungkan menjadi satu bagian dengan tujuan untuk membawa penumpang ke stasiun pemberhentiannya dengan aman, nyaman dan selamat diperjalanan.
Dahulu pasti kita sempat menaiki kereta ekonomi dengan banyaknya orang yang tidak mementingkan keselamatan dirinya. Ada yang naik diatas atap kereta dan ada juga yang duduk dekat pintu supaya bisa turun dengan cepat tanpa memikirkan bahaya yang dapat terjadi. Tetapi sejak Agustus 2013 Bapak Ignasius Jonan mengambil keputusan tegas untuk membuat wajah baru KAI Commuter. Beliau menghapus KRL ekonomi yang sebelumnya kumuh, semrawut, dan tak manusiawi, menjadi bersih, tertib dan terpelihara.
Sebagai pengguna kereta sejati sejak duduk di bangku Sekolah Dasar, saya sempat merasakan menggunakan kereta yang masih kumuh, semrawut dan tak manusiawi. Saya merasakan sendiri bagaimana tidak layaknya transportasi tersebut jika harus saya gunakan setiap hari untuk bepergian.
Sempat terpikirkan oleh saya apakah kelak nanti ketika saya kuliah atau bekerja, saya akan merasakan menggunakan transportasi seperti ini? Tetapi ternyata pemikiran saya salah besar, belum sampai saya kuliah KAI Commuter sudah menunjukkan wajah barunya dengan segala hal yang akan membawa penumpang sampai tempat tujuan dengan nyaman. Bagaimana tidak? Mulai dari kebersihan sangat jauh jika dibandingkan dengan sebelumnya, begitupun dengan keamanan.
Sejak terjadinya transformasi tersebut, saya berpikir untuk menjadikan KAI Commuter sebagai sobat perjalanan saya. Mengapa demikian?
Saya pengguna Commuter yang selalu naik dari Depok, ketika suatu hari saya sedang terburu-buru karena harus pergi ke kampus. Bisa dibayangkan bagaimana rasanya mejadi mahasiswa akhir, mengejar dosen hanya untuk bimbingan dengan waktu 10 menit saja tetapi perjalanan yang harus saya tempuh untuk sampai dikampus selama 2 jam. Terlihat jauh sekali ya waktu bimbingan dengan waktu perjalanan saya.
Tidak ada dipikiran saya pada saat itu untuk menggunakan transportasi lain selain Commuterline. Karena saya orang yang tidak ingin mengambil resiko terlalu besar, dibandingkan saya harus menggunakan motor dengan kecepatan tinggi, akhirnya saya menggunakan Commuter dan sampailah saya di kampus tepat waktu.
Sepanjang perjalanan saya tidak perlu memikirkan terlambat karena sebagai pengguna Commuter kita dapat melihat kapan kereta kita tiba di stasiun tujuan kita. Senyaman itu Commuter sekarang.
Kemudian ada salah satu hal yang menarik yang ingin saya ceritakan. Jikalau orang lain merasa diajak ngobrol di KRL adalah hal yang sangat mengganggu, tetapi tidak bagi saya.
Saya pernah mengalami kekecewaan karena saya sudah cape berangkat dari Depok setelah saya sampai di kampus ternyata dosen yang saya ingin temui tidak jadi datang. Padahal sebelumnya saya sudah konfirmasi kembali tetapi mungkin beliau ada hal yang sangat mendesak. Pada saat saya merasa sangat lelah karena kejadian seperti ini tidak hanya terjadi satu atau dua kali tetapi ini sudah kesekian kalinya terjadi pada saya.
Saya benar-benar sudah lelah dengan hal seperti ini yang terus menerus kembali terjadi sampai saya tidak sadar kalau air mata saya turun begitu saja pada saat saya ada didalam kereta. Kali itu saya beruntung karena kereta sepi hanya ada beberapa orang saja dan itu berjarak. Tetapi tiba-tiba saja ada seorang ibu-ibu kelihatannya beliau seorang guru, kemudian bertanya kepada saya
“Mba turun dimana?” katanya.
Saya jawab “di Depok Bu, Ibu sendiri turun dimana?”.
“Saya di citayam Mba” katanya.
“Mba saya lihat sedang sedih, ada masalah ya?” katanya.
“Ngga Bu, saya sedang cape saja hehe” kata Ku sambil sedikit tertawa.
“Mba kerja atau kuliah?” katanya.
“Saya kuliah Bu, sekarang lagi bikin skripsi hehe” kata Ku sambil tertawa sedikit.
“Wah sedikit lagi ya Mba, Semangat selalu ya Mba. Kalau mau bercerita ke saya boleh Mba, tujuan kita masih jauh juga” katanya.
Aku menceritakan apa yang aku alami dihari itu, aku tidak takut untuk menceritakan apa yang aku alami karena yang aku lihat sepertinya Ibu ini seorang guru yang bekerja di Jakarta dan rumahnya di Citayam. Aku bercerita bahwa aku lelah dengan proses yang seperti ini, bahkan sempat terpikirkan oleh ku kalau aku salah mengambil jurusan kuliah, memang jurusan ini kemauan dari orang tua ku tetapi aku sudah coba ikhlas dengan pilihan tersebut dan selama jalannya kuliah aku merasa bahwa tidak terlalu sulit aku beradaptasi di jurusan ini.
Kemudian ibu ini menepuk pundak ku dan berkata “Teruskan proses mu mba, ini kemauan orang tua mu insyaallah berkah untuk mu, orang tua tidak akan menjerumuskan anak ke dalam lubang yang salah. Orang tua mu sudah menjalani pahit dan manisnya hidup, orang tua mu pasti sudah memikirkan ini matang-matang”.
Aku benar-benar kaget, bagaimana bisa orang yang baru saja aku kenal beberapa menit lalu bisa memberikan wejangan sehebat dan selembut ini.
“Ibu yang saat ini berbicara dengan mu seorang guru SD loh “ katanya.
“Oh iya bu ? maaf kalo aku boleh tanya Bu, kenapa Ibu mau menjadi guru SD ?” tanya Ku.
“Menurut Ibu guru SD itu pekerjaan yang mulia loh mba, ga akan ada presiden dan menteri beserta jajaran nya kalo tidak di didik oleh guru. Mba akan merasakan senang saat anak didik kita berhasil diluar sana, ditambah lagi jika mereka masih ingat dengan kita. Selain pekerjaan yang mulia guru SD itu bekerja sambil beribadah, Mba tau itu?” katanya.
“Maaf Bu maksudnya kerja sambil beribadah itu gimana ?” tanya Ku.
“Mba mengajarkan anak-anak dan jika anak-anak itu sukses berarti Mba berhasil kan. Mba mengajar, membagikan ilmu, menebarkan kebaikan, berupa mengajarkan caranya berbagi, caranya saling peduli. Itu adalah ibadah menurut saya Mba “ jawabnya.
Aku tercengang bahkan sampai merinding mendengarkan jawaban dari Ibu itu, campur aduk rasanya. Karena aku merasa mental ku selemah ini ternyata. Di dunia pekerjaan nanti akan lebih sulit pastinya, ditambah lagi mengenai peraturan untuk guru yang tidak ada habisnya.
“Kita hidup di dunia hanya sementara toh mba? semua yang kita miliki sekarang itu hanya titipan yang maha kuasa, benar kan?” katanya.
“Iya Bu benar “ jawab Ku.
“Maka dari itu dalam memilih masa depan Mba juga harus memilih dengan baik dan memikirkan untuk jangka panjang. Memilih jurusan pendidikan guru sekolah dasar menurut saya bisa menguntungkan loh Mba “ kata Ibu itu
“Maksudnya menguntungkan gimana Bu ?” tanya Ku.
“Iyakan kamu ini perempuan, kelak kamu akan memiliki keluarga kecil dimasa depan dan ga semua perempuan di izinkan bekerja oleh suaminya kan. Ilmu kuliah kamu nantinya ga akan sia-sia kalo kamu tidak dibolehkan bekerja, karena ilmu yang kamu punya bisa kamu ajarkan ke anak-anak kamu nanti” Katanya.
“Saya saja nanti ketika sudah pensiun tidak mau berhenti mengajar” katanya.
“Kenapa begitu bu ?” tanya ku.
“Saya gamau berhenti mengajar hanya karena saya pensiun nanti, saya mau berhenti mengajar sampai saya tutup usia. Kalaupun saya tidak bisa lagi mengajar di sekolah, saya akan buka dirumah seperti les tapi mungkin nanti murid nya terbatas tidak banyak seperti di sekolah” jawabnya.
Saya benar-benar merinding mendengar keinginan ibu ini, sangat mulia sekali cita-cita dan tujuan hidupnya. Kami berbincang sangat lama sampai-sampai saya kelewatan turun akhirnya saya turun bersama Ibu itu di Stasiun Citayam. Saya mengantarkan Ibu itu sampai ke pintu keluar, lalu saya kembali menuju peron untuk naik kereta ke arah Stasiun Depok.
Sesampainya dirumah saya coba untuk mencerna kembali percakapan dengan seorang guru didalam kereta tadi, ternyata pembicaraan tersebut membawa dampak positif kepada saya, saya yang tadinya sudah cape bahkan ingin berhenti tetapi melihat semangat seorang guru yang sudah lanjut usia tetapi tetap ingin mengajar dan mengajarkan kebaikan, membangkitkan semangat didalam diri saya.
Naik KAI Commuter tidak hanya aman, nyaman dan murah untuk dijadikan transportasi. Bagi saya menggunakan KAI Commuter dengan kondisi saya yang sedang sedih atau lelah ataupun bahagia adalah pilihan yang tepat. Maka dari itu saya akan selalu menjadikan KAI Commuter sebagai sobat perjalanan ketika saya harus menggunakan transportasi umum.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H