Mohon tunggu...
Atikah Pratami
Atikah Pratami Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya memiliki kebiasaan menulis, hasil tulisan saya bisa berupa cerita pendek, puisi atau artikel.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

KAI Commuter Sobat Perjalananku yang Hebat!

3 September 2023   11:10 Diperbarui: 3 September 2023   11:22 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku menceritakan apa yang aku alami dihari itu, aku tidak takut untuk menceritakan apa yang aku alami karena yang aku lihat sepertinya Ibu ini seorang guru yang bekerja di Jakarta dan rumahnya di Citayam. Aku bercerita bahwa aku lelah dengan proses yang seperti ini, bahkan sempat terpikirkan oleh ku kalau aku salah mengambil jurusan kuliah, memang jurusan ini kemauan dari orang tua ku tetapi aku sudah coba ikhlas dengan pilihan tersebut dan selama jalannya kuliah aku merasa bahwa tidak terlalu sulit aku beradaptasi di jurusan ini.

Kemudian ibu ini menepuk pundak ku dan berkata “Teruskan proses mu mba, ini kemauan orang tua mu insyaallah berkah untuk mu, orang tua tidak akan menjerumuskan anak ke dalam lubang yang salah. Orang tua mu sudah menjalani pahit dan manisnya hidup, orang tua mu pasti sudah memikirkan ini matang-matang”.

Aku benar-benar kaget, bagaimana bisa orang yang baru saja aku kenal beberapa menit lalu bisa memberikan wejangan sehebat dan selembut ini.

“Ibu yang saat ini berbicara dengan mu seorang guru SD loh “ katanya.

“Oh iya bu ? maaf kalo aku boleh tanya Bu, kenapa Ibu mau menjadi guru SD ?” tanya Ku.

“Menurut Ibu guru SD itu pekerjaan yang mulia loh mba, ga akan ada presiden dan menteri beserta jajaran nya kalo tidak di didik oleh guru. Mba akan merasakan senang saat anak didik kita berhasil diluar sana, ditambah lagi jika mereka masih ingat dengan kita. Selain pekerjaan yang mulia guru SD itu bekerja sambil beribadah, Mba tau itu?” katanya.  

“Maaf Bu maksudnya kerja sambil beribadah itu gimana ?” tanya Ku.

“Mba mengajarkan anak-anak dan jika anak-anak itu sukses berarti Mba berhasil kan. Mba mengajar, membagikan ilmu, menebarkan kebaikan, berupa mengajarkan caranya berbagi, caranya saling peduli. Itu adalah ibadah menurut saya Mba “ jawabnya.

Aku tercengang bahkan sampai merinding mendengarkan jawaban dari Ibu itu, campur aduk rasanya. Karena aku merasa mental ku selemah ini ternyata. Di dunia pekerjaan nanti akan lebih sulit pastinya, ditambah lagi mengenai peraturan untuk guru yang tidak ada habisnya.

“Kita hidup di dunia hanya sementara toh mba? semua yang kita miliki sekarang itu hanya titipan yang maha kuasa, benar kan?” katanya.  

“Iya Bu benar “ jawab Ku.

“Maka dari itu dalam memilih masa depan Mba juga harus memilih dengan baik dan memikirkan untuk jangka panjang. Memilih jurusan pendidikan guru sekolah dasar menurut saya bisa menguntungkan loh Mba “ kata Ibu itu

“Maksudnya menguntungkan gimana Bu ?” tanya Ku.  

“Iyakan kamu ini perempuan, kelak kamu akan memiliki keluarga kecil dimasa depan dan ga semua perempuan di izinkan bekerja oleh suaminya kan. Ilmu kuliah kamu nantinya ga akan sia-sia kalo kamu tidak dibolehkan bekerja, karena ilmu yang kamu punya bisa kamu ajarkan ke anak-anak kamu nanti” Katanya.

“Saya saja nanti ketika sudah pensiun tidak mau berhenti mengajar” katanya.  

“Kenapa begitu bu ?” tanya ku.

“Saya gamau berhenti mengajar hanya karena saya pensiun nanti, saya mau berhenti mengajar sampai saya tutup usia. Kalaupun saya tidak bisa lagi mengajar di sekolah, saya akan buka dirumah seperti les tapi mungkin nanti murid nya terbatas tidak banyak seperti di sekolah” jawabnya.

Saya benar-benar merinding mendengar keinginan ibu ini, sangat mulia sekali cita-cita dan tujuan hidupnya. Kami berbincang sangat lama sampai-sampai saya kelewatan turun akhirnya saya turun bersama Ibu itu di Stasiun Citayam. Saya mengantarkan Ibu itu sampai ke pintu keluar, lalu saya kembali menuju peron untuk naik kereta ke arah Stasiun Depok.

Sesampainya dirumah saya coba untuk mencerna kembali percakapan dengan seorang guru didalam kereta tadi, ternyata pembicaraan tersebut membawa dampak positif kepada saya, saya yang tadinya sudah cape bahkan ingin berhenti tetapi melihat semangat seorang guru yang sudah lanjut usia tetapi tetap ingin mengajar dan mengajarkan kebaikan, membangkitkan semangat didalam diri saya. 

Naik KAI Commuter tidak hanya aman, nyaman dan murah untuk dijadikan transportasi. Bagi saya menggunakan KAI Commuter dengan kondisi saya yang sedang sedih atau lelah ataupun bahagia adalah pilihan yang tepat. Maka dari itu saya akan selalu menjadikan KAI Commuter sebagai sobat perjalanan ketika saya harus menggunakan transportasi umum.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun