Mohon tunggu...
Atikah Handayani
Atikah Handayani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

saya suka membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Gordang Sambilan: Ekspresi Jiwa Dan Identitas Masyarakat Mandailing Natal

23 November 2024   14:15 Diperbarui: 23 November 2024   14:35 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gordang  Sambilan adalah salah satu alat musik tradisional yang berasal dari daerah Mandailing Natal, Sumatera Utara. Alat musik ini terdiri dari Sembilan gendang besar yang dimainkan bersama, menciptakan irama yang mendalam. Sebagai bagian integral dari budaya Mandailing, Gordang Sambilan tidak hanya berfungsi sebagai alat musik, tetapi juga sebagai simbol ekspresi jiwa.

Sejarah dan Asal Usul Gordang Sambilan 

Gordang Sambilan, Gordang artinya gendang sedangkan Sambilan artinya sembilan. Gordang Sambilan muncul sejak tahun 1475 di daerah Mandailing Natal pada saat itu Raja yang memimpin adalah Raja Sibaroar dari Kerajaan Nasution. Kata Sambilan dalam alat musik ini memiliki arti arti yang beragam versi. Ada yang berpendapat.

Sembilan gendang tersebut sama dengan jumlah raja yang dulunya pernah berkuasa di Mandailing Natal yaitu, Nasution, Pulungan, Rangkuti, Hasibuan, Lubis, Matondang, Parinduri, Daulay, dan Batubara. Menurut pendapat lain gendang  yang berjumlah sembilan merupakan jumlah pemainnya yang terdiri dari raja, naposo nauli bulung  (Kaum muda), anak boru, dan kahanggi.

Makna dan Fungsi Sosial Gordang Sambilan 

Gordang Sambilan merupakan alat musik yang sakral. Alat musik ini berfungsi sebagai sarana upacara pemanggil roh nenek moyang. Upacara ini disebut Paturuan Sibaso yang bertujuan untuk  mengatasi kesulitan yang sedang menimpa masyarakat, misalnya wabah penyakit.

Selain itu Gordang Sambilan juga berfungsi sebagai upacara adat untuk meminta hujan dan sebaliknya meminta dihentikan ketika hujan terus menerus turun sehingga menimbulkan bencana, penyambutan tamu-tamu besar, perayaan hari besar nasional, acara pemukaan kegiatan tertentu serta dimainan pada saat Hari Raya Idul Fitri.

Gordang Sambilan Juga dimainkan pada saat Horja Godang Markaroan Boru (upacara perkawinan) dan Horja Mambulungi (upacara kematian).  Jika digunakan untuk acara pribadi, alat musik ini dibutuhkan izin dari raja dan Namora Natoras yang merupakan pemimpin musyawarah adat yang disebut Markobar adat. Serta pihak yang memiliki acara pribadi tersebut diharuskan untuk menyembelih satu ekor Kerbau jantan dewasa yang sehat. Jika syarat-syarat ini tidak dipenuhi maka tidak boleh menggunakan Gordang Sambilan.

Struktur dan Teknik Permainan Gordang Sambilan

Sesuai dengan namanya Gordang Sambilan mempunyai  9 gendang yang dibuat dengan ukuran yang berbeda serta bunyi yang berbeda juga. Menariknya Gordang Sambilan hanya di mainkan oleh 6 orang. Adapun di Mandailing sendiri diberi nama mulai dari gendang yang terbesar sampai yang terkecil adalah sebagai berikut: 3 jangak, 1 kudong-kudong, 1 patam-patam, 1 kudong-kudong mambalik, 1 tepe-tepe, 2 taba-taba.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun