Permasalahan  lingkungan  global  yang  semakin kompleks, seperti polusi udara, pencemaran tanah, serta penumpukan sampah plastik, telah menjadi perhatian  serius  di  berbagai  negara,  termasuk Indonesia. Sampah plastik yang sulit terurai seperti bahan organik lainnya, menjadi salah satu tantangan terbesar dalam pengelolaan sampah. Menurut data dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat RI, produksi sampah pastik di Indonesia menduduki peringkat kedua sampah domestik yaitu 5,4 juta ton per tahun. Sampah plastik membutuhkan waktu yang sangat lama untuk terurai secara alami, sehingga dampaknya bagi lingkungan bisa berlangsung lama.
Untuk mengatasi permasalahan ini, pendidikan lingkungan menjadi kunci utama untuk menanamkan kesadaran tentang pentingnya menjaga keberlanjutan lingkungan sehingga terbentuk individu yang peduli dan aktif dalam melestarikan alam. Salah satu pendekatan yang efektif adalah dengan mengenalkan konsep pengelolaan sampah berbasis 3R, yakni Reduce, Reuse, dan Recycle. Reduce (mengurangi) berfokus pada usaha mengurangi jumlah limbah yang dihasilkan. Reuse (menggunakan kembali) adalah proses memanfaatkan barang-barang yang masih dapat digunakan, sehingga mengurangi sampah yang terbuang. Sementara itu, Recycle (mendaur ulang) mengubah sampah plastik menjadi produk baru yang bermanfaat. Pengenalan gerakan 3R kepada generasi muda sejak dini dapat membangun kebiasaan sadar lingkungan, sehingga jumlah sampah plastik dapat diminimalkan dan dampaknya terhadap lingkungan dapat dikurangi.
Sebagai respons terhadap masalah sampah plastik ini, Tim KKN MBKM Universitas Sebelas Maret (UNS) di Kelurahan Tawangmangu melakukan kegiatan pengelolaan sampah plastik melalui pembuatan vertical garden dari botol bekas kepada siswa SD Negeri 4 Tawangmangu. Berdasarkan hasil kajian pustaka, vertical garden telah terbukti sebagai metode yang ramah lingkungan dan efektif dalam mengurangi jumlah sampah plastik. Dengan memanfaatkan botol plastik bekas sebagai pot untuk media tanam, vertical garden membantu meminimalkan sampah plastik sekaligus mempercantik ruang terbatas. Menurut Khotjiah dkk (2021), manfaat vertical garden tidak hanya terlihat dari sisi estetika, tetapi juga dari sudut pandang ekologis. Tanaman dalam vertical garden berfungsi sebagai penghalang alami untuk meredam kebisingan serta meningkatkan kualitas udara dengan menyaring polutan dan menghasilkan oksigen, sehingga menciptakan atmosfer yang lebih bersih dan sehat bagi lingkungan sekolah. Tim KKN MBKM ini fokus pada siswa SD dengan tujuan mengenalkan pengelolaan sampah secara kreatif sejak usia dini agar anak-anak dapat mengembangkan kesadaran mengenai isu lingkungan, khususnya masalah sampah.
Pembuatan vertical garden yang dilakukan oleh Tim KKN MBKM UNS Kelurahan Tawangmagu bersama siswa SD Negeri 4 Tawangmangu ini berlangsung menyenangkan dan penuh semangat. Sebelum melakukan praktik pembuatan vertical garden, semua siswa diberi materi tentang pengelolaan sampah untuk meningkatkan pemahaman mereka mengenai vertical garden. Ketika sesi praktik dimulai, antusiasme siswa langsung terlihat. Para siswa dengan penuh semangat membuat pot dari botol plastik bekas dan saling berlomba menyelesaikan pot masing-masing. Antusiasme ini karena pembuatan vertical garden merupakan pengalaman pertama bagi para siswa. Setelah semua pot selesai dan terkumpul, seluruh siswa dengan gembira membantu menyusun puluhan pot tersebut di atas rangka besi yang telah dipasang di salah satu dinding sekolah. Program ini diharapkan dapat memperluas wawasan siswa tentang pengelolaan sampah plastik yang praktis dan bermanfaat untuk diterapkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H