Diskriminasi dan Pelecehan Seksual terhadap Laki-laki
 Pelecehan seksual dan diskriminasi adalah isu-isu serius yang kerap diidentikkan dengan perempuan sebagai korban utama (Ridho dkk., 2022). Stereotip gender dan norma sosial yang telah mengakar kuat dalam masyarakat sering kali membatasi pemahaman masyarakat tentang kompleksitas masalah ini. Pada kenyataannya, laki-laki juga bisa menjadi korban pelecehan seksual dan diskriminasi, meskipun fenomena ini kurang mendapatkan perhatian dan pengakuan.
 Pelecehan seksual terhadap laki-laki bisa terjadi dalam berbagai bentuk. Salah satu bentuknya adalah komentar seksual yang tidak pantas (Irfawandi dkk., 2023). Ini bisa berupa komentar verbal atau tulisan yang berkonotasi seksual dan membuat seseorang merasa tidak nyaman. Misalnya, komentar tentang penampilan fisik seseorang, lelucon seksual, atau bahkan pesan teks atau email yang berisi materi seksual
 Bentuk lainnya adalah sentuhan fisik yang tidak pantas. Ini bisa berupa sentuhan, meraba, atau kontak fisik lainnya yang tidak diinginkan dan berkonotasi seksual. Misalnya, memegang, mencubit, atau meraba seseorang tanpa persetujuan mereka. Dengan kemajuan teknologi, pelecehan seksual juga bisa terjadi secara online. Ini bisa berupa pesan seksual yang tidak diinginkan, pengiriman gambar atau video seksual, atau bahkan ancaman seksual (Wicaksono dkk., 2023).
 Bentuk pelecehan seksual yang paling serius adalah pemaksaan seksual, di mana seseorang dipaksa untuk melakukan aktivitas seksual tanpa persetujuan mereka (Asrori & Ahmadi, 2024). Penting untuk diingat bahwa pelecehan seksual tidak selalu melibatkan kontak fisik. Kata-kata dan tindakan yang membuat seseorang merasa tidak nyaman juga bisa dianggap sebagai pelecehan seksual. Selain itu, pelecehan seksual bisa terjadi di mana saja, baik di tempat kerja, sekolah, rumah, atau bahkan secara online.
 Salah satu alasan mengapa pelecehan seksual terhadap laki-laki kurang terungkap adalah stigma sosial yang melekat pada korban laki-laki. Masyarakat cenderung memiliki pandangan yang keliru bahwa laki-laki harus selalu kuat dan tidak mungkin menjadi korban pelecehan seksual (Kirana & Listyani, 2023). Pandangan ini membuat banyak korban laki-laki merasa malu atau takut untuk melapor, khawatir akan dianggap lemah atau kehilangan maskulinitasnya. Akibatnya, banyak kasus pelecehan seksual terhadap laki-laki yang tidak terlaporkan dan tidak tertangani dengan baik.
 Selain itu, penelitian tentang pelecehan seksual terhadap laki-laki masih sangat terbatas. Kurangnya data dan studi mendalam mengenai pengalaman korban laki-laki membuat masalah ini sulit untuk ditangani secara komprehensif. Dalam banyak kasus, data yang ada sering kali tidak memisahkan antara korban laki-laki dan perempuan, yang dapat menyebabkan kebijakan dan program pencegahan yang tidak memadai atau tidak sesuai dengan kebutuhan spesifik korban laki-laki.
 Pelecehan seksual dapat memiliki dampak psikologis yang mendalam pada korban, termasuk laki-laki. Korban dapat mengalami trauma, depresi, kecemasan, dan berbagai masalah kesehatan mental lainnya (Wulandari & Saefudin, 2024). Rasa malu dan takut untuk berbicara tentang pengalaman mereka, seringkali disebabkan oleh stigma sosial, dapat memperparah kondisi mental korban. Ketidakmampuan untuk mengungkapkan pengalaman mereka dan mendapatkan dukungan yang diperlukan dapat menyebabkan penderitaan psikologis yang berkepanjangan dan penurunan kualitas hidup secara signifikan.
 Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pelecehan seksual terhadap laki-laki adalah masalah yang serius yang sering kali tidak mendapatkan perhatian yang cukup. Korban laki-laki menghadapi berbagai hambatan, termasuk stigma sosial, ketika mencoba melaporkan kasus pelecehan seksual. Upaya untuk mengatasi masalah ini memerlukan pendekatan holistik yang mencakup pendidikan, dukungan bagi korban, dan penegakan hukum yang tegas terhadap pelaku. Dengan meningkatkan kesadaran, memberikan dukungan kepada korban, dan menegakkan keadilan, kita dapat berusaha untuk mengakhiri diskriminasi dan pelecehan seksual terhadap laki-laki.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H