Mohon tunggu...
Atika Aprianti
Atika Aprianti Mohon Tunggu... Bankir - APRIANTI

atika adalah salah satu mahasiswa jurusan PGMI di UIN Malang.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Generasi Milenial Jangan Terjebak di Zona Nyaman

3 Maret 2018   16:35 Diperbarui: 3 Maret 2018   16:41 589
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemikiran anak millenial, millenial itu apa? Jangan ribet-ribet mendefinisikan millenial, kita sendiri termasuk anak millenial, yang dikatakan anak millenial adalah anak yang dimana lahiran tahun antara 1980 sampai 2000, coba kita analisa pikiran kita sendiri aja kita kan juga anak millenial, hampir semua ruang diotak kita yang tersave hanyalah informasi sampah berita hoax yang tidak ada keterlibatan dalam hidup kita, iya kan? Jangan bilang tidak!!.

Anak millenial mudah terpengaruh, mudah terdotrin dan lebih parahnya menyukai hal-hal yang baru ntah itu sesuatu hal positif atau negatif tetap saja digemari dengan tanpa adanya memfilter atau menyaring hal-hal yang diterpanya anak millenial rela melakukanya hanya dengan satu alasan "biar dibilang hits kekinian" anak millenial lebih mementingkan keseragaman sesama dengan teman bergaul berefekkan menjadi orang lain bukan dirinya sendiri berakibatkan pula hilanglah eksistensi dirinya.

Bukankah pikiranlah yang menjadi pembeda antara manusia sama binatang, mmerujuk pada ideologi dualisme yaitu ragukanlah segala sesuatu jangan menerima begitu saja dengan cara meragukan seperti itu sama halnya kita memfilter atau menyaring hal yang dihadapi dalam tanda kutip meragukan sesuatu sama dengan berfikir berarti ada satu kepastian: aku yang berfikir kalau yang berfikir itu pasti berarti aku juga pasti oleh karena itu "aku berfikir maka aku ada".

Eksis tidaknya seseorang manusia tergantung ide/akal/mind. Sekarang jarang menemukan pemuda yang berpotensial dalam bidang pemikiran yang lues wawasan luas, kreatif, inovatif, peduli sesama, memikirkan masa depanya, mereka para anak millenial terlalu asik in comfort zone (zona nyaman) mereka tidak berani mengambil resiko lebih memilih di zona nyaman mereka belum mengerti dampak dari semua aktifitas-aktifitasnya yang mempersempit pola pikir juga dapat mengkerdilkan mentalitas diri.

Kalau boleh menyinggung masalah ML bukan making love loh yah tapi ML Mobile Lagend, game online ML memiliki daya tarik yang luar biasa mampu membuat si penggemar Kecanduan terutama anak millenial hampir disetiap tempat nongkrong cafe atau tempat kopian pasti kita jumpai games ML.

Tanpa mereka sadari oleh para penggemar game online ML bahwa game tersebut memiliki kebijakan diskriminatif, rasisme, jika hal ini dibiarkan terus menerus tidak menutup kemungkinan menggeserkan pola pikir dan membentuk karakter diri baru seperti kehilangan daya kontrol diri (egois), muncullah keresahan-keresahan, kurangnya rasa partisipasi, kepekaan terhadap lingkungan sekitar tak terlihat adanya, sudah jelas nampak kan sisi gelapnya Game online ML bukanya menjelek-jelakkan game mobile legend (ML) tapi memang benar kenyataanya.

Dibenak anak millenial istilah kata proses hampir punah, sebab musabab dari semua ini karena mereka hanya berkepiran hasil tanpa harus melewati proses maunya mereka simpel,praktis, instan. Bagi anak yang lagi menduduki bangku perkuliahan mahasiswa mahasiswi yang katanya penerus bangsa, penegak keadilan yang membangga-banggakan almamaternya semata terlihat begitu gagah dalam eksistensi universal.

Namun dibalik kolom kegagahannya terselip kerancuan rasa,akal yang lembek mudah terpengaruh tak memiliki karakter diri alias taklid ikut-ikutan. Anak millenial lebih memilih pengakuan universal ketimbang pengakuan orang lain terhadap eksistensi dirinya sendiri. Terlihat begitu mudahnya mengelabui anak millenial menjadikan dirinya sebagai mangsa empuk, selalu dan selalu menjadi objek jadi sasaran target feodal kapitalis.

Apa mau jadi rakyat tertindas ploretar tentunya semua insan manusia ingin merdeka (berdikari) berdiri diatas kaki sendiri, jadi, ayolah kita rubah cara pandang kita demi suatu perubahan, memang merubah seuatu kebiasaan perlu adanya kebiasaan yang membiasakan , sibukkanlah diri dengan kesibukan yang berpotensi: baca buku, buku adalah jendela dunia, bersahabatlah dengan buku niscaya buku akan memperlihatkanmu kemegahan dunia seisinya.

Hanya ini yang bisa saya paparkan jika ada ketersinggungan dengan penyajian ini mohon maaf sebesar besarnya dan jika ada kekurangan atau salah menyusun kata mohon dimaklumi,  dan semoga penyajian diatas bermanfaat dan berguna bagi yang membutuhkanya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun