Hai, sadarkah kita bahwa belakangan ini, topik tentang kesehatan mental cukup mencuri perhatian. Suatu perkembangan yang baik, ketika masyarakat mulai menyadari pentingnya keseimbangan antara kestabilan fisik dan psikis. Kesehatan mental sendiri, menurut World Health Organization (WHO) dimaknai sebagai suatu kondisi sejahtera yang memungkinkan seseorang untuk mengenali dan mengembangkan potensi diri, mengatasi tekanan hidup secara normal, bekerja produktif serta berkontribusi kepada komunitasnya. Kondisi mental yang sehat berpengaruh terhadap kesehatan fisik, kepuasan, ketentraman dan kebahagiaan batin.
Sebagaimana fitrah yang dianugerahkan Tuhan, manusia merupakan makhluk ciptaan-Nya yang paling sempurna, dengan segala kompleksitas dan dinamika emosi yang luar biasa. Manusia, sepanjang hidupnya, tidak selalu berada dalam kondisi aman dan kondusif. Meskipun, secara tersurat hidupnya nampak baik -- baik saja tanpa ada masalah berarti, akan tetapi kondisi mental seseorang sama sekali tidak dapat dan tidak seharusnya ditakar atau didiagnosis tanpa pertimbangan medis.
Tidak berbeda dari keluhan fisik, persoalan psikis juga perlu ditangani dengan tepat. Banyak upaya bisa dilakukan, antara lain mengunjungi dokter ahli kejiwaan, psikolog, pemuka agama, atau melakukan coping mechanism yang sesuai. Setiap orang membutuhkan coping mechanism sebagai bentuk pelampiasan dari emosi negatif dengan tujuan agar tubuh dan pikiran lebih rileks.
Bentuk coping mechanism tiap orang tentunya tidak sama. Salah satu bentuk coping mechanism yang cukup membantu mengatasi kecemasan atau rasa tidak nyaman dalam diri seseorang ialah journaling. Journaling ialah aktivitas mencurahkan segala isi hati dan pikiran ke dalam satu media tertentu, baik media konvensional berupa buku atau catatan maupun media digital. Kegiatan ini cukup efektif untuk melepaskan emosi negatif. Berbagai emosi negatif seperti kecemasan, kesedihan, kekhawatiran, kekecewaan, ketakutan dan lainnya bersifat abstrak dan tidak kasat mata. Oleh sebab itu, untuk memunculkan perasaan lebih nyaman, yang pertama kali perlu dilakukan adalah mengkonkritkan segala bentuk emosi negatif tersebut.
"Journal writing gives us insights into who we are, who we were, and who we can become." Sandra Marinella
Lalu, apa saja yang perlu disiapkan untuk journaling? Jika lebih tertarik journaling melalui media digital, maka cukup siapkan smartphone, laptop atau gadget penunjang lainnya. Sementara, jika lebih memilih journaling secara konvensional, minimal siapkan buku dan pena. Kegiatan journaling dapat dilakukan sekreatif mungkin. Saat ini sudah banyak tersedia buku catatan khusus journaling yang dilengkapi dengan fitur -- fitur menarik sehingga menjadikan journaling lebih seru dan menyenangkan. Boleh juga menggunakan spidol warna, stabilo maupun page marker.
Tidak ada aturan baku dalam journaling. Beberapa orang mungkin akan merasa kebingungan ketika pertama kali memulai. Seperti halnya memperoleh tugas mengarang pada pelajaran Bahasa Indonesia, seringkali kita terjebak saat menuliskan kalimat pertama. Tujuan utama journaling adalah melepaskan emosi baik positif maupun negatif, sehingga yang perlu dilakukan adalah cukup tuliskan! Kesampingkan standard tulisan yang bagus. Ini bukanlah tugas sekolah atau kuliah yang akan dikumpulkan untuk penilaian. Jika menulis kalimat terasa sulit, sangat diperbolehkan untuk membuat coret -- coretan, gambar atau kata -- kata lepas. Semua bentuk ekspresi emosi tersebut valid dan dapat diterima. Seiring dengan intensitas melakukan journaling, maka kita akan terbiasa memetakan berbagai jenis emosi yang muncul di fikiran kita. Sedikit tips merilis emosi, terutama emosi negatif melalui journaling dapat dilakukan melalui langkah-langkah berikut:
- Menuangkan emosi apa yang sedang dirasakan, uraikan tentang apapun yang saat itu mengendap di hati dan fikiran;
- Menuliskan alasan kenapa emosi tersebut muncul. Untuk poin satu ini perlu bersikap terus terang kepada diri sendiri;
- Membuat daftar kemungkinan baik positif maupun negatif atas munculnya emosi itu;
- Menuliskan hal-hal sederhana yang bisa diupayakan untuk mengatasi ketidaknyamanan.
Lakukan sesering mungkin, kapanpun dan dimanapun. Kebiasaan baik ini akan membuat kita lebih mengenal emosi yang muncul, lebih mudah menerima dan berdamai dengan diri sendiri serta meningkatkan potensi dalam mengelola stimulasi baik internal maupun eksternal. Selamat mencoba dan happy journaling!!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H