Mohon tunggu...
Atiah Humaira
Atiah Humaira Mohon Tunggu... Penulis - mahasiswa

sedang belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Kekuasaan Politik dan Gender dalam Dunia Pendidikan

2 Desember 2024   18:45 Diperbarui: 2 Desember 2024   21:47 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Pendidikan merupakan pilar pembangunan masyarakat yang paling penting, namun  tantangan  dalam bidang ini sangat kompleks di Indonesia, terutama mengingat interaksi kekuatan politik dan isu gender. Dalam konteks desentralisasi pendidikan yang meningkatkan otonomi  pemerintah daerah, diharapkan pendidikan dapat  lebih disesuaikan dengan kebutuhan pemerintah daerah. Namun kenyataannya tidak sesederhana itu. Banyak daerah masih kekurangan staf dan terbatasnya dana pendidikan, sehingga menghambat upaya peningkatan kualitas pendidikan. Seiring dengan kemajuan globalisasi dan kebutuhan akan sumber daya manusia  berkualitas tinggi, negara-negara harus berperan aktif dalam menciptakan model pendidikan yang efektif dan inovatif. Sayangnya, menemukan model ini masih menjadi tantangan besar bagi pemerintah.

Hubungan antara pendidikan dan politik sangat erat dan saling mempengaruhi. Kebijakan politik  pemerintah seringkali menentukan arah pendidikan suatu negara. Pendidikan berfungsi tidak hanya  sebagai sarana transmisi pengetahuan tetapi juga sebagai sarana mempertahankan kekuasaan politik. Prinsip-prinsip pemerintahan dapat secara implisit disisipkan melalui kurikulum dan materi pendidikan, sehingga mereka yang berpartisipasi dalam proses pendidikan  tanpa disadari mendukung tujuan politik tertentu. Hal ini menimbulkan pertanyaan penting: Sejauh mana pendidikan benar-benar bebas dari pengaruh politik? Bisakah kita  memastikan  kurikulum sekolah bersifat netral dan tidak mengutamakan kepentingan kelompok tertentu?

Salah satu permasalahan utama dalam  pendidikan adalah kesenjangan gender. Meskipun tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam wajib belajar di Indonesia, terdapat kesenjangan yang jelas dalam praktiknya. Di banyak lembaga pendidikan, khususnya pesantren, materinya seringkali ditujukan untuk laki-laki. Buku-buku yang diajarkan biasanya ditulis oleh penulis laki-laki dan memperkuat pandangan patriarki tentang peran laki-laki dan perempuan dalam masyarakat. Hal ini menyebabkan ketidaksetaraan hak dan tanggung jawab antara laki-laki dan perempuan dan memperkuat stereotip gender yang berdampak negatif terhadap perempuan. Dalam konteks ini, penting untuk mempertanyakan bagaimana kita dapat menciptakan lingkungan pendidikan yang lebih inklusif dan adil bagi semua gender.

 Pengajaran nilai-nilai moral dalam pendidikan juga menjadi tantangan tersendiri. Kurangnya dukungan  masyarakat dan keterbatasan guru dalam menggunakan metode yang tepat membuat proses ini sulit dilaksanakan. Tanpa nilai moral yang kuat, pendidikan tidak dapat membentuk karakter berkualitas pada generasi muda. Oleh karena itu, penting bagi seluruh pemangku kepentingan, baik pemerintah, pendidik, dan masyarakat, untuk bekerja sama  menciptakan sistem pendidikan yang tidak hanya berfokus pada penyampaian pengetahuan tetapi juga pada pengembangan karakter.

 Kesimpulannya, hubungan antara kekuasaan politik dan kehadiran gender dalam pendidikan di Indonesia merupakan persoalan yang kompleks dan saling berkaitan. Untuk mencapai kemajuan yang signifikan di bidang pendidikan, kita harus menyadari perlunya mempertimbangkan kesetaraan gender dan kualitas sumber daya manusia ketika merumuskan kebijakan pendidikan. Hanya dengan memahami dan mengatasi masalah-masalah ini kita dapat membangun sistem pendidikan yang lebih adil dan berkualitas tinggi untuk semua lapisan masyarakat, tanpa memandang gender. Merombak struktur pendidikan kita dan menjadikannya lebih inklusif merupakan langkah penting menuju masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun