INTERMEZO 2 (Membongkar persoalan & mendudukkan persoalan pada tempatnya - Bagian 2)
Kemudian kita bahas juga anggapan orang yang mengatakan bahwa penulis merupakan orang yang penuh tipu muslihat & serakah, yang ingin memiliki segalanya (harta, tahta, & wanita) dengan cara mudah. Sebelum membahasnya kita perlu ketahui dulu bahwa untuk mencapai puncak gunung yang memungkinkan kita untuk memiliki sudut pandang yang lebar & jauh, kita harus mendaki gunung terlebih dahulu untuk sampai di puncak.
Setelah sampai di puncak, kita dapat melihat & menikmati pemandangan alam di sekeliling kita, di samping itu, kita juga dapat merasakan kebebasan & kepuasan memandangi cakrawala langit yang seolah tak berbatas. Berdasarkan perumpamaan ini, maka kemampuan penulis dalam melihat permasalahan tidaklah dapat disebut sebagai tipu muslihat jika penulis menggunakannya untuk membuat tulisan-tulisan yang berisi tentang hal-hal yang positif & bermanfaat.
Jika masih ada yang mendebat hal ini & menganggap penulis bersembunyi di balik topeng kebaikan untuk menyembunyikan keburukan penulis, maka agar menjadi lebih objektif, silahkan menelusuri perjalanan penulis dari awal hingga akhir, bahkan kalau perlu menelusuri silsilah keturunan penulis sampai ke nenek moyang penulis untuk lebih menguatkan kemungkinan apakah penulis mungkin untuk melakukan hal itu/tidak. Katakanlah bahwa saran penulis terlalu berlebihan & siapa juga yang mau repot menelusuri latar belakang penulis sampai sejauh itu. Jika seperti itu, maka apakah selama ini ada tulisan penulis yang mengarahkan kepada hal-hal yang negatif? Bukankah penulis selama ini banyak menulis hal-hal yang mengajak kepada hal-hal yang positif? Jika masih ada yang mendebatnya, maka penulis akan bertanya pada mereka, apakah mereka bisa membedakan orang baik & orang jahat? Orang yang benar & orang yang salah?
Katakanlah mereka kesulitan untuk membedakannya, jika seperti itu, maka selama yang penulis lakukan adalah menyebarkan ide positif & menginspirasi orang lain, maka apa yang jadi masalahnya? Selanjutnya kita bahas persoalan tentang anggapan yang mengatakan bahwa penulis adalah orang yang serakah. Tidak dipungkiri bahwa penulis menginginkan segalanya, harta melimpah, tahta yang luas, & wanita yang banyak, tetapi jika kita mau berkata sejujurnya, bukankah kebanyakan pria akan menginginkan hal serupa?
Di atas itu semua, meskipun penulis menginginkan segalanya, tapi penulis hanya akan mendapatkan semuanya itu dengan cara & jalan yang dibolehkan & tidak terlarang. Jadi apa yang jadi masalahnya? Â
Setelah membahas beberapa hal di atas, kita bahas juga persoalan yang biasa diangkat & dijadikan isu untuk memojokkan penulis, yang mengatakan bahwa penulis adalah peselingkuh, pengingkar janji, pembohong, & memanfaatkan harta & tahta orang lain. Untuk persoalan seingkuh dengan perempuan lain sudah pernah dibahas dalam tulisan penulis sebelumnya, yang penulis definisikan sebagai perbuatan terlarang seseorang yakni dengan memuaskan hasrat dirinya kepada lawan jenis tanpa ikatan pernikahan, walaupun orang tersebut sudah memiliki suami/istri.
Karena penulis masih jomblo & bukan pelaku pergaulan bebas, maka orang yang menyebut penulis sebagi peselingkuh adalah jelas merupakan fitnah. Sedangkan yang menganggap penulis ingkar janji atas apa yang telah diikrarkan, maka dahulu penulis memang pernah berniat untuk membangunkan Indonesia yang sedang tertidur pulas & untuk mewujudkan hal itu, saat ini penulis semakin mendapatkan tempatnya setelah penulis terjun di dunia tulis menulis yang merupakan minat-bakat & bidang yang dikuasai penulis.
Penulis menyatakan buah pikirannya serta menyalurkan & mewujudkan ide-idenya tentang gerakan memajukan Indonesia melalui tulisan. Dengan demikian niat penulis yang pernah disampaikan pada suatu waktu di masa lalu, yang dianggap sebagai janji, telah ditunaikan oleh penulis dalam bentuk tulisan-tulisan tentang Gerakan Memajukan Indonesia di masa kini.Â
Jika ada yang mendebat hal itu & mengatakan bahwa yang dimaksud adalah ingkar janji terhadap perempuan tersebut, maka penulis tidak menyangkal jika pernah mengatakan sesuatu terhadap perempuan tersebut, tetapi perempuan tersebut juga telah mengatakan sesuatu kepada penulis. Jadi, jika yang dikatakan penulis dianggap sebagai janji, maka yang dikatakan perempuan tersebut juga bisa disebut sebagai janji. Jika penulis & perempuan tersebut berpisah maka itu artinya satu sama lain saling mengingkari janji.
Jadi, jika ada yang memojokkan penulis dengan isu ingkar janji ini, maka tidak bisa hanya menyebut penulis sebagai satu-satunya pihak yang ingkar janji karena di sini ada juga pihak perempuan yang ikut terlibat di dalamnya. Perpisahan ini tidak lain merupakan hasil dari perkembangan persoalan yang sudah berjalan sampai sejauh ini & hingga seperti ini.