Dalam sejarah sastra Indonesia, terdapat pembagian periodisasi sastra. Di dalam periodisasi sastra tersebut terdapat beberapa  angkatan sastra, salah satu angkatan sastra tersebut diberi nama "Angkatan 66". Pemberian nama "Angkatan 66" tersebut pada awalnya diutarakan oleh H.B Jassin di dalam artikelnya yang diberi judul "Angkatan 66: Bangkitnya Satu Generasi". Artikel tersebut dimuat dalam majalah Horison. Pada artikel kali ini penulis tidak akan membahas terkait angkatan 66, tetapi pada artikel kali ini penulis akan membahas terkait majalah Horison.  Lantas apa itu majalah Horison dan apa saja peranan majalah tersebut?
Artikel ini dibuat karena penulis ingin mengetahui lebih mengenai semual hal-hal yang berkenaan dengan majalah Horison. Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk mengetahui segala macam hal yang berkaitan dengan majalah sastra Horison, misalnya peranan majalah Horison, tahun terbit majalah Horison, tokoh yang memimpin majalah Horison, visi majalah Horison, dan lain sebagainya.Â
Manfaat penulisan artikel ini adalah untuk menambah pengetahuan serta wawasan penulis atau pembaca terkait segala hal yang berkenaan dengan majalah sastra Horison, seperti tahun terbit majalah Horison, peranan majalah Horison, tokoh yang memimpin majalah Horison, tokoh-tokoh redaksi majalah Horison, karya apa saja yang terbit di majalah Horison, dan lain sebagainya.
Majalah Sastra Horison
 Majalah Horison merupakan majalah yang eksklusif berisikan karya sastra di Indonesia. "Cakrawala" atau "kaki langit" merupakan arti dari kata Horison. Arti dari kata tersebut merupakan wujud representasi pencarian horison yang baru dengan tujuan yaitu untuk menghapuskan telaah, batas-batas pemikiran, serta kreativitas di segala bidang kehidupan. Majalah Horison sendiri terbit pada bulan Juli tahun 1966 setelah melewati bulan-bulan yang penuh dengan ketegangan untuk melakukan penumpasan partai komunis Indonesia.Â
Mochtar Lubis merupakan nama tokoh yang memimpin majalah Horison. Sedangkan Zaini, Taufiq Ismail, H.B. Jassin, D.S. Moeljanto, dan Soe Hok Djin (Arief Budiman) merupakan nama-nama tokoh redaksi majalah Horison.Â
Terdapat beberapa nama tokoh yang terlihat pada awal penerbitan majalah Horison yang ternyata kini menjadi tokoh-tokoh terkenal dalam sastra Indonesia, beberapa di antaranya yaitu Arief Budiman (Soe Hok Djin), Gerson Poyk, Hartojo Andangdjaja, Mochtar Lubis, Taufiq Ismail, Umar Kayam, dan lain-lain.
Mengembalikan krisis budaya yang terjadi selama belasan tahun dengan harapan agar tumbuh semangat baru untuk memperjuangkan demokrasi dan martabat manusia Indonesia, merupakan visi dari majalah Horison.Â
Majalah ini juga mendorong masyarakat untuk meninggalkan ruang sempit yang telah membelenggu jiwa masyarakat Indonesia selama puluhan tahun sehingga mendapatkan kehidupan baru yang segar dan terlepas dari kekuasaan yang monolitik.
Majalah Horison menitikberatkan untuk memuat sastra dengan kesadaran yang penuh bahwa bidang sastra memiliki peranan yang vital sebagai perangsang kreativitas pemikiran, baik individu atau antarbangsa.