Mohon tunggu...
Suharyati (Athi')
Suharyati (Athi') Mohon Tunggu... -

Kutuangkan setiap goresan tintaku di sini, berharap ada saudara, sahabat, teman, yang bersedia memberi kritik dan saran dalam setiap tulisanku ^^

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Yuk, Belajar (Lagi) dari Anak Kecil!

12 Februari 2014   09:31 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:55 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa waktu lalu, sering banget aku denger seseorang bilang padaku “Kamu kok kayak anak kecil sih? Dewasa dikit dong!” Hingga, aku berusaha keras untuk bisa belajar jadi dewasa. Dewasa yaa, BUKAN tua! Namun setelah dipikir-pikir, dewasa yang terlalu dewasa ternyata juga kurang tepat, karena sejatinya “Seorang anak kecil adalah guru terbaik untuk semua orang dewasa."

Yuk, kita belajar dari anak kecil, or luangin sedikit waktu kita untuk sejenak mengingat kembali masa kecil kita! Sebab, ada kalanya kita tidak hanya perlu mendidik anak kecil melainkan kita perlu belajar juga dari mereka. Coba sejenak kita kembali menjadi anak kecil dan merenungi “keberhasilan” pendewasaan diri hingga hari ini.

Gimana?? Udah merenung, tapi masih belum percaya kalau kita bisa belajar dari anak kecil? Sebenernya, banyak hal yang bisa kita pelajari dari anak kecil, tapi di sini 4 point aja yang ingin Aku jabarin di sini!

1) Belajar Optimis

Pernahkah Kita mengamati seorang anak kecil yang jatuh lalu melihat sekeliling untuk mendapatkan alasan untuk marah atau menangis? Ketika anak kecil itu merasa tidak ada yang melihatnya, secara otomatis mereka melepaskannya, menghilangkannya dan bertindak seperti tidak pernah terjadi apa-apa. Dan ada anak kecil yang serupa dengan situasi di atas, anak kecil itu melihat ada kesempatan untuk mendapatkan perhatian, mungkin anak itu akan menangis dan berlari ke tangan orang tuanya.

Sebenarnya sifat alami yang dimiliki anak kecil masih kita miliki saat Kita dewasa, namun karena faktor lingkungan membuat sifat alami kita terkubur. Ketika Kita terjatuh yang terlintas dalam benak Kita adalah Kita tidak bisa bangkit lagi, karena dalam pikiran kita telah tertanam lagu-lagu yang membuat kita sulit untuk bangkit. Coba deh, sekarang Kita ingat-ingat lagu apa saja itu?

Sejatinya, hidup ini adalah sebuah perjalanan yang kadang tersandung dan membuat Kita terjatuh, yang Kita perlukan hanya menghadapi dan melaluinya dengan tetap tersenyum dan optimis. Kita pasti BISA!

2) Belajar Jujur

Anak kecil itu adalah makhluk mungil nakal yang tidak bisa bohong. Emm. . .sepertinya memang bener sih, soalnya anak kecil itu tidak bisa menyembunyikan satu perasaan pun dari orang tuanya. Contohnya ni yaa, seumpama anak kecil itu lapar, pasti deh dia nangis. Tapi kalo sudah kenyang pasti mau nambah lagi, tapi tidak mau makan lagi. Pokoknya di kamus anak kecil itu tidak ada kata "tersenyum dalam luka" ataupun "menangis karena bahagia".

3) Melepaskan Dendam dan Tidak Membesarkan Masalah

Mungkin Kita pernah melihat seorang anak kecil yang marah pada teman bermainnya. Dan anak kecil itu berkata, “Aku benci kamu, nggak mau temanan lagi sama kamu.” Namun apa yang terjadi setelahnya? Hanya berselang beberapa waktu saja, anak kecil itu merasa dan melakukan sesuatu seperti tidak terjadi apa-apa. Mereka kembali bermain bersama.

Lalu, coba deh lihat diri Kita! Dalam keseharian, terkadang Kita marah dengan seseorang, hanya karena beda pendapat. Bahkan terkadang sampai bermusuhan seminggu, sebulan, atau mungkin seumur hidup Kita.

Sebegitu berhargakah sebuah dendam untuk dipertahankan? Atau, ini hanya masalah gengsi semata untuk meminta maaf atau memaafkan?

4) Percaya Pada Impian

Anak kecil memiliki banyak impian dengan dunia imajinasi yang tak terbatas. Namun orang dewasa seringkali tersekat dengan logika dan realita. Untuk dapat merealisasikan impian Kita, terkadang kita perlu berpikir seperti anak kecil. Maksudnya begini, pada saat Kita kecil, apapun yang Kita inginkan (pikirkan) akan dicoba tanpa berpikir ke depan apa itu resikonya. Contohnya, anak kecil yang ingin naik pohon, tanpa pikir panjang dia akan berusaha menaiki pohon tersebut. Anak kecil yang ingin menjadi superman, langsung saja di berkostum menggunakan sarung/handuk sebagai sayap/jubah superman.

Intinya adalah anak kecil itu “tidak kebanyakan mikir”. Benar bukan? Kebanyakan dari kita yang sudah dewasa, akan berpikir dua kali bahkan lebih untuk melakukan suatu hal yang Kita sadari kalau perbuatan itu baik untuk diri Kita dan bisa juga baik untuk orang lain. Contohnya, ketika Kita ingin melamar kerja di sebuah perusahaan ternama di Indonesia. Kita yakin banget, kalo Kita akan dapat membangun karir baik di sana. Tetapi sebelum mencoba kita udah berpikir “Bisa nggak ya, aku kerja di sana? Susah deh kayaknya! Nanti aku punya waktu istirahat nggak ya kalo kerja di sana?” Dan karena Kita kebanyakan mikir, ending-nya Kita ragu dan mengurungkan niat Kita.

Agar mimpi Kita yang mulia itu cukup berharga untuk diwujudkan, imbangi dengan usaha yang real dan berpikirlah seperti anak kecil. Ini akan membuat Kita lebih aktif daripada orang lain. Sehingga Kita menjadi cepat tanggap dalam memanfaatkan peluang dan tidak bertele-tele kalo melakukan suatu hal/to the point. Percaya pada impian seperti anak kecil (BUKAN kekanak-kanakan).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun