Pergantian tahun merupakan momen yang paling ditunggu-tunggu seluruh masyarakat di dunia. Momen dimana kemeriahan dan kemegahan bersatu dengan kehangatan dan keceriaan. Momen dimana jalanan akan ramai dengan lapak dagangan mereka yang giat mencari nafkah meski harus mengorbankan waktu senggang. Momen dimana menghitung waktu mundur adalah hal yang menggembirakan. Saat waktu sudah menginjak pukul 00.00, maka langit hitam akan berubah menjadi warna-warni. Sungguh indah apalagi dinikmati bersama orang-orang tersayang.
Namun, jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501 membuat tidak sedikit orang merelakan perayaan tahun barunya yang megah dengan panjatan doa yang tulus bagi musibah yang baru saja menimpa Indonesia ini. Diperkirakan korban yang ditemukan terus bertambah, ditandai dengan penemuan benda-benda yang tidak asing milik korban, sebagai identitas. Pergantian tahun yang seharusnya gembira dan menyenangkan, berubah menjadi isak tangis yang mengharukan bagi para keluarga korban yang ditinggalkan.
Tidak sedikit pula yang tetap melaksanakan momen yang hanya terjadi setahun sekali itu. Membeli terompet, membeli petasan dan kembang api, membakar ayam dan jagung, menikmati segalanya hingga dini hari tiba. Tidak sedikit yang tertawa bahagia bersama keluarga, bersama orang-orang yang dicintainya, membuat resolusi dan berharap tahun 2015 akan menjadi tahun yang indah dan lebih baik bagi semuanya.
Namun, merayakan pergantian tahun saat ini, pantaskah?
Di saat saudara kita terkena musibah yang bisa jadi inilah musibah yang paling menyakitkan bagi mereka, sepatutnya kita turut berbela sungkawa dan memanjatkan doa, agar kejadian ini tidak terjadi lagi di kemudian hari. Di saat saudara kita menangis haru mengenang jasad keluarganya yang telah tiada, seharusnya kita ikut merasakan sakitnya ditinggal pergi oleh orang yang kita cintai. Mereka hanya dapat berdoa, menangis, berdoa dan menangis, memohon agar orang terkasihnya pergi dengan tenang dan damai. Mereka tidak dapat membakar ayam dan jagung, mereka tidak dapat menyalakan petasan dan kembang api. Mereka tidak dapat melakukan semua itu.
Kita harus memastikan bahwa mereka tidak sendirian dalam menghadapi  kejadian buruk tersebut. Dengan pendampingan, beban  seberat apapun yang mereka pikul akan terasa  lebih ringan. Kita tak pernah mengharapkan musibah, tetapi ketika ia datang, kita semestinya menghadapi dengan tabah. Yang terpenting, kita harus  menunjukkan bahwa duka keluarga korban kecelakaan pesawat Air Asia ialah duka kita semua, duka Indonesia, juga duka dunia. Setidaknya, dengan tidak merayakan pergantian tahun menunjukkan bahwa kita tidak bersenang-senang saat orang lain terluka.
Jadi, merayakan pergantian tahun saat ini, pantaskah?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H