Mohon tunggu...
Athifah Siregar
Athifah Siregar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Badminton

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ancaman Perang di Selat Taiwan: Pergulatan Geopolitik Tiongkok dan AS

22 Juni 2024   08:27 Diperbarui: 22 Juni 2024   08:27 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Selat Taiwan, badan air selebar 180 kilometer yang memisahkan pulau Taiwan dari daratan Tiongkok, telah menjadi arena pergulatan geopolitik yang semakin memanas dalam beberapa bulan terakhir. Ketegangan meningkat setelah kunjungan Ketua DPR AS Nancy Pelosi ke Taiwan pada Agustus 2022, memicu serangkaian latihan militer berskala besar yang dilakukan Tiongkok di sekitar pulau tersebut. 

Aktor-aktor utama dalam krisis ini adalah Tiongkok dan Taiwan, dengan Amerika Serikat (AS) sebagai pihak yang semakin terlibat dan mendukung Taiwan. Tiongkok memandang Taiwan sebagai provinsi yang memberontak dan bertekad untuk "menyatukan kembali" pulau itu dengan daratan, bahkan jika perlu dengan kekerasan. Di sisi lain, pemerintah Taiwan dan sekutu-sekutunya, termasuk AS, berusaha menjaga status quo dan menolak klaim kedaulatan Tiongkok.

Ketegangan di Selat Taiwan telah berlangsung dalam beberapa dekade terakhir, namun eskalasi terbaru terjadi pada Agustus 2022 setelah kunjungan Ketua DPR AS Nancy Pelosi. Tiongkok segera melakukan latihan militer besar-besaran di sekitar Taiwan, termasuk peluncuran rudal balistik. Situasi ini terus memanas dalam beberapa bulan terakhir, dengan AS dan sekutu-sekutunya meningkatkan kehadiran militer di wilayah tersebut.

Epicentrum krisis adalah Selat Taiwan, perairan strategis yang menjadi jalur pelayaran dan penerbangan internasional yang vital. Pulau Taiwan sendiri menjadi panggung utama, dengan latihan militer Tiongkok yang dilakukan di sekitar pulau dan perairan di sekitarnya. Ketegangan juga meluas ke Laut Timur Tiongkok dan Laut China Selatan, di mana AS dan sekutu-sekutunya mengirimkan kapal perang untuk menegaskan kebebasan navigasi.

Akar masalah krisis ini adalah klaim kedaulatan Tiongkok atas Taiwan, yang ditolak oleh pemerintah Taiwan dan sekutu-sekutunya. Tiongkok menganggap Taiwan sebagai bagian tak terpisahkan dari wilayahnya, sementara Taiwan mempertahankan status quo sebagai entitas politik yang independen. Bagi Tiongkok, isu Taiwan adalah "masalah dalam negeri" yang tidak bisa ditolerir campur tangan asing, khususnya AS.

Eskalasi ketegangan dapat berakibat fatal, dengan potensi konflik militer terbuka yang dapat meluas menjadi perang global. Tiongkok telah meningkatkan latihan militer di sekitar Taiwan, termasuk peluncuran rudal balistik dan pengerahan armada laut dan udara. Di sisi lain, AS dan sekutu-sekutunya juga menguatkan kehadiran militer di Selat Taiwan dan perairan sekitarnya untuk menegaskan kebebasan navigasi.

Perkembangan terbaru menunjukkan bahwa kemungkinan perang terbuka di Selat Taiwan semakin nyata. Tiongkok telah menegaskan "hak dan kesiapan untuk mengambil tindakan militer" jika Taiwan terus mempertahankan status quo. Sementara itu, AS dan sekutu-sekutunya berkomitmen untuk mempertahankan perdamaian dan stabilitas di kawasan tersebut.

Pemimpin-pemimpin dunia semakin terlibat dalam upaya meredam ketegangan. Presiden Tiongkok Xi Jinping dan Presiden AS Joe Biden telah melangsungkan pertemuan bilateral untuk membahas isu Taiwan. Sementara itu, negara-negara sekutu AS di Indo-Pasifik, seperti Jepang dan Korea Selatan, juga terlibat dalam upaya diplomasi untuk mencegah eskalasi konflik.

Krisis Selat Taiwan telah berlangsung selama beberapa dekade, namun ketegangan terbaru mencapai titik kritis pada Agustus 2022. Dalam beberapa bulan ke depan, situasi di wilayah tersebut diperkirakan akan tetap tegang, dengan kemungkinan konfrontasi militer yang semakin nyata jika langkah-langkah diplomasi gagal mencapai solusi yang dapat diterima semua pihak.

Isu Taiwan telah menjadi salah satu sumber utama ketegangan geopolitik di kawasan Asia-Pasifik, yang berpotensi menjadi pemicu perang global. Stabilitas di Selat Taiwan menjadi kunci bagi keamanan dan kemakmuran di wilayah tersebut, serta bagi tatanan internasional berbasis aturan. Upaya untuk menjaga perdamaian di wilayah ini akan menentukan arah masa depan hubungan Tiongkok-AS dan stabilitas kawasan secara keseluruhan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun