Ramadan, engkau telah pergi. Seakan baru kemarin kami menyambutmu dengan gegap gempita, menata niat, dan menyiapkan hati untuk memaksimalkan ibadah. Tapi nyatanya, seperti tahun-tahun sebelumnya, tak semua rencana berjalan mulus. Aku harus jujur mengakui, Ramadan kali ini belum maksimal.
Ada begitu banyak target yang meleset, begitu banyak kesempatan yang terlewat. Malam-malam yang seharusnya diisi dengan munajat justru berlalu dengan kelelahan duniawi. Tilawah yang seharusnya mengalun merdu terkadang tertinggal karena kesibukan yang (kalau boleh jujur) tak selalu mendesak. Shalat malam yang diniatkan setiap hari, ternyata hanya terwujud di sebagian kecil malam.
Tahun lalu, konten Ramadan yang berseliweran penuh dengan perang takjil, tahun ini berganti dengan "persiapan lebaran core." Tapi yang paling menarik perhatianku adalah semangat para anak muda yang membagikan momen iktikaf mereka di masjid-masjid besar di Indonesia, lengkap dengan tips dan pengalaman mereka. Tak hanya itu, konten umroh Ramadan juga tak kalah viral---orang-orang dari berbagai negara membagikan suasana Ramadan di Masjidil Haram, memperlihatkan betapa indahnya beribadah di tanah suci di bulan yang penuh berkah ini.
Aku sangat iri dengan mereka. Betapa mereka bersemangat mengisi Ramadan dengan ibadah dan keseriusan, sementara aku masih belum selesai dengan diri sendiri. Tahun depan, aku tidak ingin hanya menjadi penonton. Aku bertekad, insya Allah, semoga Allah mengizinkanku untuk bisa melewati Ramadan tahun depan di tanah suci. Hal ini mendorongku untuk mempersiapkan dari sekarang agar tahun depan benar-benar siap lahir batin. Semoga ada rezeki dan kesempatan untuk mewujudkannya.
Namun, Ramadan, meskipun aku gagal memanfaatkanmu sebaik mungkin, aku ingin berdoa dengan segala harapan yang tersisa. Semoga aku masih dipertemukan denganmu di tahun depan. Ya Allah, panjangkan umurku agar aku bisa bertemu lagi dengan Ramadan-Mu. Bukan hanya bertemu, tetapi juga lebih siap, lebih sadar, lebih menghargai kehadiran bulan yang penuh berkah ini. Jika tahun ini aku masih banyak lalai, semoga tahun depan aku bisa lebih baik.
Selamat tinggal, Ramadan. Kau tak akan kembali.
Salah satu hal yang paling menyedihkan tentang Ramadan adalah kenyataan bahwa ia hanya datang sekali dalam satu tahun dan tidak pernah kembali dengan wajah yang sama. Ramadan 1445 H telah berlalu dan tak akan pernah kembali. Ramadan yang akan datang adalah Ramadan yang berbeda.
Setiap Ramadan adalah kesempatan yang unik, yang tak bisa digantikan oleh Ramadan berikutnya. Setiap malam Lailatul Qadar yang terlewat, setiap doa yang tertahan, setiap istighfar yang belum terucap---semuanya telah berlalu dan tak bisa diulang kembali. Oleh karena itu, di tahun depan, semoga aku tidak mengulang kesalahan yang sama.
Ramadan boleh berakhir, tapi Allah tetap ada.
"Sesungguhnya Ramadan telah berlalu, namun Rabb Ramadan tidak pernah berlalu. Maka tetaplah istiqamah di atas ibadah kepada-Nya."