Mohon tunggu...
athe arifin
athe arifin Mohon Tunggu... -

Senang menulis dan memotret diwaktu senggang.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Don't Just Say No.....

19 September 2012   11:16 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:14 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Mom, can I try to cook omelette tonight please?”  No!

“Mom, can I help you make a cake?” No!

Kenapa ya mengucapkan kata-kata “NO” itu cepat sekali keluarnya dari mulut orang tua.  Mungkin karena dari kita kecil, kita sudah terbiasa mendengar kata-kata “NO” ini dan tidak pernah membantah.  Tidak seperti jaman sekarang, biarpun tetap mudah mengucapkan kata-kata “NO” ini tetapi susah sekali untuk menjelaskan kepada anak-anak kita mengapa mereka dilarang.

Karena setiap kita melarang mereka melakukan sesuatu, mereka akan berbalik bertanya “Kenapa?”

Dan dari sini lah kita sebagai orang tua mulai menjelaskan kepada anak-anak mengapa kita tidak setuju dengan permintaan mereka.

Kalau ditelaah dengan lebih dalam, sebagai bangsa Asia, kita sudah terbiasa dengan pola didik orang tua kita yang kadang terlalu otoriter.  Orang tualah yang selalu memegang andil dalam diskusi dirumah, dalam memilih jurusan sewaktu di uni, dan juga dalam urusan berteman!

Tentu saja sebagai bangsa Asia, kita tidak pernah mencoba untuk membantah.  Tapi apakah masih bisa kita terapkan pola mendidik seperti ini di jaman sekarang?

Saya sangat terkesima sekali ketika saya mendengarkan salah satu ceramah yang mengulas bagaimana sebaiknya kita menghadapi anak-anak kita.  Tanpa harus selalu menganggap mereka sebagai perahu yang kosong dan berusaha mengisi mereka dengan muatan, tetapi sebaiknya kita sebagai orang tua seharusnya berlayar bersama mereka.

Yang dimaksudkan dengan penceramah ini, kita harus mengerti perkembangan usia mereka.  Kebanyakan kita sebagai orang tua terlalu khawatir anak-anak kita kurang tata santun, kurang cekatan, kurang ini kurang itu.  Kita sering lupa, kalau kita tidak bisa menyamakan mereka dengan kita.  Misalnya, sering kali kita lupa kalau mereka belum lah dewasa, kita memaksa mereka untuk membuat keputusan yang cepat.

Sebagai seorang ibu, saya sangat tersentuh dengan kata-kata penceramah ini.  “Berlayarlah bersama anak kalian” – Jadilah teman mereka disamping menjadi orang tua mereka.  Saya terapkan pola didik ini dirumah kami dan ternyata sangat membantu saya dan suami dalam mendidik anak-anak kami.

Misalnya anak kami tidak mau mencoba makanan baru, kami mengajak mereka untuk memasak bersama.  Kami membiarkan mereka terjun didalam proses memasak dan membiarkan mereka mengeksplor pengalaman ini.  Akhirnya karena mereka merasa bangga dengan hasil yang mereka capai, mereka akan mencoba makanan ini.

Tidak bohong kalau hati saya dag dig dug juga ketika melihat mereka ikut memasak.  Saya sudah terpikir, “Duh bagaimana kalau panci saya nanti jadi rusak, bagaimana kalau nanti dapur saya jadi berantakan sekali” dan lain-lain pikiran yang silih berganti.

Karena jujur, saya lebih senang kalau mereka tidak membantu saya memasak, karena seperti yang saya ungkapkan diatas, saya suka dapur saya bersih :)

Tapi melihat kepuasan dimata mereka untuk bisa ikut andil dalam kegiatan keluarga sehari-hari sangat berharga sekali.  Terutama dijaman sekarang, yang mayoritas orang tua sangat sibuk mencari uang demi masa depan anak-anaknya.

Saya juga berusaha membangun anak-anak dari kelebihan yang mereka miliki, dan bukan hanya selalu mencari kesalahan mereka.

“Be co-learner for our children, rather than fill them as the empty vessel”

“Tell what you want, rather than tell them what you don’t want”

Salam,

Athe ARIFIN

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun