[caption id="attachment_192694" align="aligncenter" width="576" caption="Ilustrasi/Admin (Ajie Nugroho)"][/caption]
“Maaaammmmmmmm.....how do you find mudcake’s recipe?” “Google it!”
“Maaaammmm.....do you know any rain forest?” “Google it!”
Errrrrrr,,,ini yang kadang saya jawab kepada anak saya dikala saya sedang sibuk di rumah. Dikarenakan kesibukan kita sebagai orang tua yang berusaha memenuhi kebutuhan keluarga, akhirnya kita sering sekali kurang berkomunikasi dengan anak-anak.
Jujur saja, kita sebagai orang tua bukan super hero J Sebaik mungkin kita mencoba untuk memberikan yang terbaik untuk anak-anak kita. Baik pendidikan, hiburan dan yang paling penting adalah komunikasi. Tapi sangat sulit untuk menjadi orang tua yang sempurna, apalagi dengan tuntutan pekerjaan yang mengharuskan kita untuk bekerja long hours. Anak-anak pun terpaksa harus ke “after care school" setelah mereka usai sekolah.
Sebagai pekerja di tempat penitipan anak atau “child care”, saya sering merasa iba terhadap anak-anak disana. Mereka harus dititipkan 5 hari di child care dari pagi hingga sore. Terutama dengan kultur orang bule, yang mewajibkan anak-anaknya untuk mempunyai jam tidur yang awal, bagaimana mereka mempunyai waktu bersama anak-anaknya?
Sering sekali anak-anak itu dimanja dengan materi, orang tuanya tidak mau galak terhadap anak-anaknya dan membuat anak-anak itu agak kurang ajar terhadap mereka, itu menurut saya pribadi (apalagi dengan perbedaan kultur).
Biarpun saya hidup disini, tapi saya tetap memegang teguh ajaran adat orang Timur yang menjunjung tinggi rasa hormat.
Tidak jarang, saya harus bersikap galak terhadap anak-anak di childcare, dan lucunya setiap saya datang, mereka suka bisik-bisik dan pernah ada yang bilang, “Athe is coming!” :)
Tapi selain galak, mereka tahu kalau saya juga senang bermain dengan mereka, jadinya mereka mengerti “there is limit between us”.
Mempunyai pekerjaan ini, membuat saya lebih peka untuk mengintropeksi hubungan keluarga saya, hubungan orang tua-anak.
Sudahkah saya memberikan waktu yang cukup kepada anak-anak saya? Apakah saya menuntut terlalu banyak dari mereka? Apakah saya cukup bijaksana sebagai orang tua? Pertanyaan-pertanyaan seperti ini selalu merambah hati saya.
Sebagai orang tua, saya menyadari saya tidak luput dari kesalahan. Sebagai orang tua, yang harus berjuang di negeri orang untuk membesarkan anak-anaknya tanpa ada bantuan keluarga adalah susah. Kita dituntut untuk lebih bijaksana dan selalu berkomunikasi dengan anak-anak.
Dan itulah yang saya dan suami saya lakukan sejak mereka kecil. Kami selalu mempunyai “family meeting” setiap saat, jika ada masalah didalam keluarga. Baik menyangkut keuangan, sekolah dan perilaku. Dari dini, anak-anak kami sudah “aware” dengan masalah keuangan keluarga. Mereka menghargai dan mengerti setiap keputusan yang kami ambil jika kami tidak memiliki uang. Sering kali, kami memberikan mereka power untuk memutuskan sesuatu, seperti misalnya jika kami akan keluar untuk makan malam, kami bilang “Kita hanya ada $70, mau diapakan uang ini? Dan akan kemana kita pergi?” Anak-anak kami akan memberikan beberapa usulan, dan kita akan menanyakan “open ended questions” terhadap mereka. Dan akhirnya mereka akan memutuskan yang terbaik untuk memakai uang $70 ini.
Bagi saya, di era yang modern ini sangat penting sekali untuk selalu berkomunikasi dengan anak-anak kita. Jujur, tidah mudah menjalankannya, karena kita sudah penat bekerja, dan sesampainya dirumah kita masih dituntut untuk mencurahkan perhatian kepada mereka.
Rasanya tangan ini sudah gatal sekali untuk memilih bbm an kepada teman2 daripada mendengar celoteh mereka soal sekolah dan segala macam kegiatan mereka hari itu. Tapi bagaimanapun juga, celoteh mereka adalah “hidup kita”, celoteh mereka yang selalu mengingatkan kita untuk sebisa mungkin menyediakan waktu untuk keluarga .
Dengan artikel ini, saya ingin mengingatkan apakah kita sebagai orang tua sudah meluangkan waktu yang cukup untuk anak2 kita disela kesibukan kita? Atau apakah kita akan selalu menjadi “Google it” orang tua selamanya?
Salam,
Athe ARIFIN
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H