Mohon tunggu...
athaya syifa
athaya syifa Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - pelajar

^Mengenal diri sendiri adalah awal dari sebuah kebijaksanaan^

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Dampak Perilaku Cabut Terhadap Perilaku Siswa: Analisis, Penyebab dan Solusi

28 Januari 2025   18:10 Diperbarui: 28 Januari 2025   18:10 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Selain itu, Prof. James Comer, seorang pakar psikologi pendidikan, menyatakan bahwa cabut dapat mengganggu perkembangan sosial dan emosional siswa. Siswa yang sering cabut cenderung menghindari interaksi sosial dengan teman-teman mereka, yang bisa menyebabkan mereka merasa terisolasi. Untuk mengatasi hal ini, Comer menyarankan agar sekolah memberikan pendekatan yang lebih menyeluruh, yang tidak hanya fokus pada aspek akademik, tetapi juga pada kesejahteraan emosional siswa. Dengan demikian, siswa akan merasa lebih nyaman dan terdorong untuk terlibat dalam kegiatan pembelajaran.

Sebagai penulis, saya percaya bahwa fenomena cabut harus diatasi secara serius. Perilaku cabut yang dilakukan oleh siswa menunjukkan kurangnya rasa tanggung jawab terhadap pendidikan mereka. Oleh karena itu, sangat penting bagi pihak sekolah untuk mencari solusi yang dapat meningkatkan minat siswa terhadap pelajaran dan menciptakan suasana yang menyenangkan serta relevan bagi mereka. Pembelajaran yang menarik, interaktif, dan sesuai dengan kebutuhan siswa akan membuat mereka lebih termotivasi untuk tetap berada di kelas dan terlibat dalam proses belajar. Selain itu, peran orang tua juga tidak kalah penting dalam memberikan dukungan moral dan memastikan bahwa anak-anak mereka memahami nilai pendidikan.

Selain itu, sekolah perlu lebih memperhatikan aspek sosial dan emosional siswa yang mungkin menjadi penyebab mereka merasa tidak nyaman atau terasing di sekolah. Dengan menciptakan lingkungan yang inklusif dan ramah, siswa yang merasa terabaikan atau terisolasi dapat lebih mudah diatasi, sehingga mereka tidak merasa perlu untuk mencari pelarian dengan cara cabut. Pendekatan yang holistik akan membantu siswa merasa lebih dihargai dan lebih cenderung untuk berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran.

Sebagai penulis, saya juga menyarankan agar sekolah dan guru lebih proaktif dalam mengenali tanda-tanda awal siswa yang cenderung sering cabut. Melalui pendampingan yang lebih intensif, seperti konseling atau bimbingan secara individu, siswa dapat diberikan perhatian khusus untuk membantu mereka mengatasi masalah yang mendasari perilaku cabut. Dengan cara ini, bukan hanya prestasi akademik yang bisa diperbaiki, tetapi juga perkembangan karakter dan kesejahteraan emosional siswa.

Sebagai penulis, saya menyarankan agar sekolah lebih fokus pada pencegahan kebiasaan cabut dengan memperbaiki metode pembelajaran. Pembelajaran yang menyenangkan dan relevan sangat diperlukan untuk menarik perhatian siswa. Guru harus mampu menciptakan kelas yang dinamis dan menghubungkan materi pelajaran dengan kehidupan nyata siswa. Selain itu, peran orang tua dalam mendampingi anak-anak mereka di rumah sangat penting agar siswa tetap termotivasi dan menghargai pendidikan.

Sebagai kepala sekolah, saya menyarankan agar sekolah menerapkan sistem pengawasan yang lebih ketat terhadap kehadiran siswa dan memberikan sanksi yang tegas bagi siswa yang melanggar aturan. Sekolah juga bisa menyediakan konseling atau bimbingan untuk siswa yang sering cabut, guna memahami lebih dalam tentang alasan di balik perilaku mereka. Pembinaan disiplin yang bersifat mendidik dan bukan hanya hukuman akan lebih efektif dalam jangka panjang.

Sebagai ahli, saya menyarankan agar pendekatan pendidikan di sekolah bersifat lebih holistik dengan mempertimbangkan aspek sosial, emosional, dan akademik siswa. Keterlibatan orang tua, pelatihan guru dalam hal psikologi siswa, dan penciptaan suasana yang mendukung perkembangan karakter siswa dapat mengurangi kebiasaan cabut. Dengan menciptakan lingkungan yang mendukung, siswa akan merasa lebih nyaman dan termotivasi untuk tetap berada di kelas, sehingga kebiasaan cabut bisa diminimalisir.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Hantu Pocong Lembang, Hiburan Siang di Jalan Macet!

6 bulan yang lalu
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun