Mohon tunggu...
Nature

Sedotan Plastik Membunuh Satwa Laut, Adakah Solusinya?

11 Desember 2018   14:00 Diperbarui: 13 Desember 2018   07:39 518
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Apakah Anda tahu bahwa sampah sedotan plastik di Indonesia makin bertambah tiap tahunnya? Di zaman modern ini, masih banyak orang yang belum sadar dan tidak peduli terhadap lingkungan sekitarnya, terutama pada sampah plastik. Sampah plastik merupakan salah satu penyumbang sampah terbesar di dunia. Plastik adalah zat organik yang stabil pada suhu biasa, tetapi pada beberapa tahap pembuatannya elastis, sehingga dapat diubah bentuk dengan menggunakan kalor dan tekanan. 

Selain itu, plastik juga mudah terbakar sehingga dapat menjadi suatu ancaman untuk meningkatkan potensi kebakaran. Bentuk plastik dapat berupa batangan, lembaran, maupun blok. Dalam bentuk produk, plastik biasanya dapat diolah menjadi sedotan, botol, pembungkus makanan, pipa, peralatan makan, dan lain-lain. Produk plastik memang memiliki banyak kegunaan, namun di sisi lain penggunaan produk plastik secara berlebih dapat merusak lingkungan.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Jambeck mengatakan bahwa sampah plastik yang dihasilkan di dunia mencapai 1,3 miliar ton setiap tahunnya. Bank Dunia memperkirakan jumlah ini akan terus bertambah hungga 2,2 miliar ton pada tahun 2025. Indonesia masuk dalam peringkat kedua dunia setelah Tiongkok dalam menghasilkan sampah plastik di perairan, yang mencapai 187,2 juta ton. 

Hal tersebut berkaitan dengan data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang menyebutkan bahwa plastik hasil dari 100 toko dalam waktu 1 tahun dapat mencapai 10,95 juta lembar sampah kantong plastik. Jumlah itu ternyata setara dengan luasan 65,7 hektar kantong plastik.

Menurut Ocean Consevancy bahwa penyumbang sampah plastik ke laut terbesar di dunia yaitu negara China, negara ini merupakan negara dengan konsumen plastik terbesar di dunia. Setiap penduduk di wilayah pesissir Cina membuang 33,6 kilogram plastik ke laut per tahunnya. Selanjutnya Indonesia merupakan negara penyumbang sampah plastik ke laut kedua terbesar didunia. Sebanyak 87 persen dari 3,8 juta ton sampah plastik yang dibuang setiap tahun mengambang di laut. 

Negara ketiga adalah Vietnam sebanyak 2 juta ton sampah plastik yang diproduksi Vietnam, 1,8 juta ton alias 88 persen mencemari air laut, maka setiap penduduk pesisir Vietnam membuang 32,9 kilogram sampah plastik ke laut per tahun. Negara keempat adalah Filipina Sedikitnya 2,2 juta ton sampah plastik diproduksi Filipina setiap tahun, 83 persen di antaranya tidak diolah alias mengapung di laut. 

Secara keseluruhan, setiap penduduk pesisir Filipina membuang 22,6 kilogram sampah plastik ke laut setiap tahunnya. Negara kelima adalah Sri Lanka sebanyak 1,8 juta ton sampah plastic, tapi diantaranya 84% diantaranya sampah yang tidak diolah dan mencemari laut, maka setiap penduduk Sri Lanka bertanggung jawab atas 109 kilogram sampah plastik setiap tahunnya.

Setiap tahunnya, sekitar sepertiga makhluk hidup laut termasuk terumbu karang dan burung laut mati disebabkan oleh sampah plastik, termasuk sedotan plastik yang digunakan dan berakhir di lautan. Hal ini tentu sangat mengkhawatirkan, mengingat terumbu karang sangat berperan besar untuk melindungi pantai dari erosi, banjir pantai, dan peristiwa perusakan lain yang diakibatkan oleh fenomena air laut. 

Terumbu karang juga merupakan tempat mencari makanan, tempat tinggal, dan hewan laut. Lebih dari 11 miliar fragmen plastik yang mengendap di terumbu karang berasal dari Asia-Pasifik, di mana kondisi terumbu karang di Indonesia lebih buruk karena pengelolaan sampah yang tidak berjalan dengan baik. Terumbu karang yang telah tertutup sampah plastik lambat laun akan mengalami pemutihan (coral bleaching) selama 4 hari karena fragmen yang dihasilkan dari plastik dapat melukai tubuh terumbu karang dan menghambat penetrasi cahaya matahari dan oksigen. 

Akibatnya, terumbu karang akan lebih rentan terhadap penyakit dan dapat mati. Selain itu, sampah plastik yang terbuang ke laut bisa saja termakan oleh hewan atau memerangkap hewan yang melintas sehingga dapat membahayakan kelangsungan hidup makhluk laut.

Sedotan plastik termasuk ke dalam 10 jenis sampah yang ditemukan dalam kategori sampah di laut dunia. Sedotan terbuat dari polipropilena dan diciptakan untuk tahan seumur hidup sehingga butuh waktu yang sangat lama untuk hancur dan terurai. Dari data yang dikumpulkan oleh  Divers Clean Action, perkiraan pemakaian sedotan di Indonesia setiap harinya mencapai 93.244.847 batang. 

Penggunaan sedotan tersebut berasal dari restoran, minuman kemasan, dan sumber lainnya (packed straw). Jumlah tersebut jika direntangkan dapat mencapai jarak 16.784 km, atau sama dengan jarak tempuh Jakarta -- Meksiko. Bila dihitung per minggu, pemakaian sedotan akan mencapai 117.449 km, atau hampir tiga kali mengelilingi bumi. Bahaya yang dihasilkan oleh sampah sedotan plastik tidak jauh berbeda dengan sampah plastik lainnya.

Menurut Dr. Agus Haryono dari Pusat Penelitian Kimia (LIPI), sampah plastik dapat mengganggu ekosistem lingkungan, seperti: dapat mengakibatkan banjir, menurunkan kesuburan tanah, menjerat hewan yang ada di laut, pencemaran air, dan polusi udara. Selain berbahaya bagi lingkungan, sedotan plastik juga memiliki dampak yang buruk untuk kesehatan manusia. Menurut Christy Brissette seorang Ahli Gizi, di luar dampak lingkungan yang tidak sehat, ada beberapa alasan untuk menghindari penggunaan sedotan plastik bagi kesehatan. Minum dengan sedotan plastik dapat menyebabkan lebih banyak udara masuk ke sistem pencernaan. Kondisi ini akan meningkatkan kemungkinan penggunaan sedotan mengalami peningkatan gas dan kembung di perut. Dampak lainnya adalah minum menggunakan sedotan plastik dapat membuat gigi berlubang karena sedotan plastik cenderung mengirim aliran cairan yang terkonsentrasi ke area kecil gigi yang dapat mengikis enamel sehingga menyebabkan kerusakan pada gigi.
        

Program sampah plastik ini telah dilakukan di Universitas Indonesia dengan membuat program "Zero Plastic", program ini ditujukan untuk mengurangi produksi sampah plastic di lingkungan Universitas Indonesia. Program "Zero Plastic" ini merupakan program bertahap yang nantinya bertujuan untuk membuat SK Rektor Universitas Indonesia mengenai penggunaan plastic di Universitas Indonesia dan akan membuat program-program seperti penggunaan sedotan bambu untuk mengurangi pemakaian sedotan plastik. Unit Pelaksana Teknis Keselamatan, Kesehatan Kerja, dan Lingkungan Universitas Indonesia (K3L) sudah melakukan roadshow ke fakultas-fakultas di Universitas Indonesia termasuk ke FEB, FKM, FMIPA, FIB. Dalam roadshow yang diadakan oleh pihak K3L UI ini menjelaskan kepada para mahasiswa mengenai program "Zero Plastic" yang sedang dilangsungkan dan tujuan dari program ini. Setiap mahasiswa juga diminta untuk mengisi kuisioner yang menunjukan bahwa para Mahasiswa mendukung program "Zero Plastic" ini.
        

Setelah mengetahui bahaya yang dihasilkan dari penggunaan sampah dan sedotan plastik, kita harus lebih sadar terhadap kesehatan lingkungan di sekitar kita. Salah satu caranya adalah mengganti produk plastik dengan bahan yang lebih ramah lingkungan. Seperti produk dari Ber-ulang yang mengganti bahan sedotan plastik dengan menggunakan bamboo dan besi. Sedotan berbahan bamboo dan besi ini dapat dipakai berulang kali sehingga bisa mengurangi dampak sampah yang ditimbulkan oleh plastik.
        

Program penghentian penggunaan sedotan plastik ini sudah dilaksanakan oleh beberapa restoran cepat saji. Nantinya, sedotan plastik ini akan diganti dengan sedotan yang ramah lingkungan dan mudah didaur ulang. Banyak masyarakat yang mendukung program ini karena dapat mengurangi dampak limbah plastik. Dengan adanya program ini, sama saja menjaga lingkungan kita dari limbah plastik, lho. Ayo sayangi lingkungan dengan mengurangi penggunaan sedotan plastik.

Sumber Bacaan:
*Mieftha K. Founder Ber-ulang. 2018.
*Edwin Y. Jumlah sampah sedotan di Indonesia bisa 3 kali kelilingi Bumi.
https://beritagar.id/artikel/sains-tekno/jumlah-sampah-sedotan-di-indonesia-bisa-3-kali-kelilingi-bumi (Diakses 5 November 2018, pada pukul 21.00 WIB)
*Sampah Sedotan Plastik Peringkat ke-5 Penyumbang Sampah Plastik di Dunia. https://www.greeners.co/berita/sampah-sedotan-plastik-peringkat-ke-5-penyumbang-sampah-plastik-di-dunia/ (Diakses 5 November 2018, pada pukul 21.00 WIB)
* Purwaningrum, P. (2016). UPAYA MENGURANGI TIMBULAN SAMPAH PLASTIK DI LINGKUNGAN. [online] Media.neliti.com. Available at: https://media.neliti.com/media/publications/64124-ID-none.pdf [Accessed 4 Dec. 2018].
*Nationalgeographic.grid.id. (2018). Rencana Starbucks dalam Mengurangi Limbah Plastik Terkait Sedotan - Semua Halaman - Nationalgeographic.grid.id. [online] Available at: http://nationalgeographic.grid.id/read/13896299/rencana-starbucks-dalam-mengurangi-limbah-plastik-terkait-sedotan?page=all [Accessed 4 Dec. 2018].
*Hidup, B. (2018). Masalah Sampah Plastik di Indonesia dan Dunia | LingkunganHidup.co. [online] Lingkungan Hidup. Available at: https://lingkunganhidup.co/sampah-plastik-indonesia-dunia/ [Accessed 4 Dec. 2018].
*kumparan. (2018). Bahaya plastik bagi kesehatan tubuh dan lingkungan. [online] Available at: https://kumparan.com/tendi-rostendi/bahaya-plastik-bagi-kesehatan-tubuh-dan-lingkungan [Accessed 11 Dec. 2018].
*Sampahmuda.com. (2018). Ini dia 5 negara penimbul sampah plastik ke laut terbesar. Indonesia masuk nggak ya? -- Sampah Muda. [online] Available at: https://sampahmuda.com/blog/?p=43 [Accessed 11 Dec. 2018].
*Feb.ui.ac.id. (2018). Krisis Sampah Plastik, K3L UI Sosialisasikan Program "Zero Plastic" Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia. [online] Available at: http://www.feb.ui.ac.id/blog/2018/10/13/krisis-sampah-plastik-k3l-ui-sosialisasikan-program-zero-plastic/ [Accessed 11 Dec. 2018].

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun