Sukabumi, 6 Maret 2023. Gamelan Sari Oneng yang berasal dari Parakan Salak pernah menjadi ikon saat pembukaan Menara Eiffel. Gamelan sendiri adalah alat musik tradisional yang biasanya ditemukan di sekitar daerah Jawa. Alat musik gamelan menjadi salah satu warisan budaya yang ada di Indonesia. Salah satu gamelan yang terkenal adalah Gamelan Sari Oneng.
Gamelan Sari Oneng pada awalnya dibuat di Sumedang pada tahun 1825. Berbeda dengan rancak atau tempat gamelannya yang  dibuat negara Thailand sekitar tahun 1800-an. Rancak atau tempat dari gamelan terbuat dari kayu besi. Lalu, gamelan Sari Oneng sampai di Parakan Salak tahun 1857. Namun, gamelan tersebut sudah dipesan dari tahun 1825.
Seorang seniman dan tokoh masyarakat, Abah Dawang memaparkan awal mula gamelan tiba di Parakan Salak. Saat itu, Perkebunan Parakan Salak dipimpin oleh Adrian W. Holle. Kemudian, Gamelan Sari Oneng dibawa oleh salah satu orang yang memang ahli dengan gamelan. "Cikal bakalnya adalah yang menjadi guru di wilayah Parakan Salak untuk bisa memainkan gamelan tersebut," tutur Abah Dawang. Â
Gamelan Sari Oneng biasanya dipakai untuk hiburan orang Belanda saat dahulu kala. Pada tahun 1889, gamelan dibawa atas prakarsa salah satu administrator perkebunan Sinagar dan Parakan Salak. Gamelan Sari Oneng dibawa untuk memeriahkan peresmian Menara Eiffel. Selain itu juga dipakai untuk memperingati 100 tahun revolusi Prancis.
Pada tahun 1893, gamelan Sari Oneng juga mengikuti pameran teh sedunia di Eropa. Ada tiga tempat diadakannya pameran teh yaitu Deen Haag, Paris, dan Chicago. Abah Dawang menyatakan bahwa orang-orang di Eropa dahulu sangat tertarik dengan alat musik gamelan. Konon katanya ada sebuah alat musik yang tertinggal di Belanda namun sudah dikembalikan pada tahun 1992.
Setelah gamelan kembali, gamelan tersebut terus berada di Parakan Salak semenjak dari Eropa. Namun, kepengurusannya terus berganti-ganti karena setiap keturunan administratornya berbeda-beda. Gamelan Sari Oneng diurus secara estafet oleh banyak administrator yang berbeda-beda. Awal mulanya diurus oleh keluarga Adrian W. Holle. Kepengurusan berganti-ganti karena adanya keluarga yang meninggal dan lain hal.
Kemudian, ditahun 1942 Jepang datang yang merupakan suatu ancaman. Karena itu, maka gamelan dititipkan oleh orang belanda ke bupati Sukabumi yang kedua. Bupati Sukabumi II pada saat itu adalah Soeria Danoeningrat. Lalu, gamelan disimpan di pendopo kabupaten. Setelah Jepang pergi, gamelan kembali ke Parakan Salak.
Saat Belanda sudah tidak ada Indonesia, gamelan itu diberikan lagi ke Bupati Soeria Danoeningrat. Walaupun pada saat itu Bupati Soeria sudah bukan bupati, Belanda tetap mengembalikan gamelan kepada beliau. Hal itu terjadi karena adanya kedekatan antara Bupati Soeria dengan orang-orang belanda.
Ketika Bupati Soeria Danoeningrat wafat ditahun 1975, gamelan dititipkan di museum  Geusan Ulun, Sumedang. Sampai akhirnya ditahun kemarin, tahun 2022 diduga sudah tidak lagi berada di museum Geusan Ulun. Banyak dugaan yang menyatakan bahwa gamelan Sari Oneng sudah diambil kembali oleh ahli waris.Â
"Saya juga belum kesana lagi, tapi konon katanya ada salah satu ahli warisnya yang pernah kesini, katanya sudah diambil lagi sama warisnya sekarang dan ada di salah satu rumah ahli waris di Bandung yaitu Dadang Garninda, mantan Kapolda Jabar," ungkap Abah Dawang.